
SIARAN PERS
No.SP-733/HUM/ROKOM/SET.MARVES/XI/2021
Marves, Jakarta – Dalam rangka penjajakan potensi kerja sama sister university antara Indonesia dan Tiongkok, pada Selasa (16-11-2021) Sekretariat Dialog Tingkat Tinggi dan Mekanisme Kerja Sama/High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) RI-RRT mengadakan Focus Group Discussion bersama dengan 17 Universitas dengan program studi Bahasa Mandarin yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sekjen HDCM Ayodhia G. L. Kalake menyampaikan bahwa Indonesia saat ini telah memasuki fase bonus demografi di mana proporsi penduduk usia produktif mencapai 70,72%, sementara Tiongkok adalah salah satu contoh negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografinya. Dengan adanya fenomena bonus demografi ini meningkatkan urgensi krusial pengembangan di bidang pendidikan untuk mempersiapkan generasi usia produktif dan memperluas wawasan mereka agar dapat lebih bersaing dan terserap pada pasar kerja secara baik, terutama di tingkat pendidikan tinggi. Eratnya hubungan bilateral RI-RRT ditambah dengan dibentuknya Sekretariat HDCM antara kedua negara membuka peluang-peluang baru bagi kerja sama pendidikan.
Penasehat Khusus Menko Marves sekaligus Wasekjen I HDCM RI-RRT, Jona W. Putri, menyampaikan juga pentingnya benang merah antara pendidikan dengan kebutuhan industri atau disebut juga sebagai “Link and Match”. Selain itu beliau juga menyebutkan hal-hal yang menjadi atensi pemerintah dalam hal pendidikan RI-RRT. Diharapkan beasiswa-beasiswa dari RRT dapat berkembang juga ke arah teknologi, olahraga dan lain lain.
Atase Pendidikan KBRI Beijing, Yaya Sutarya, menyampaikan isu yang kerap dihadapi oleh Indonesia, yakni melimpahnya pasokan lulusan perguruan tinggi dan kurangnya lulusan dari sekolah vokasi. Inti dari permasalahan ini kembali lagi pada isu tidak maksimalnya penyerapan para wisudawan ke dalam industri eksisting. Yaya menyebutkan bahwa Tiongkok selama 10 tahun kebelakang telah berhasil menyebarkan lulusan vokasi ke jalur yang tepat. Upaya RRT bisa menyeimbangkan lulusan vokasi dan perguruan tinggi. RRT memberikan kredit ke industri atau perusahaan yang mau menyerap lulusannya maka itu tidak jarang banyak perusahaan yang membuka lokasi berdekatan dengan universitas yang memiliki fokus studi industri yang bersamaan.
Koordinator Wilayah I Direktorat Asia Timur dan Pasifik, Kementerian Luar Negeri, Elizani Nadia Sumampouw menyampaikan hubungan bilateral Indonesia dan Tiongkok sangat baik. Di bidang sosial budaya dan pertukaran antarmasyarakat kedua negara telah menjalankan tiga Pertemuan Tingkat Tinggi Bidang Hubungan Antar Masyarakat atau High Level Meeting People-to-People Exchange Mechanism 2015-2017. Hal yang sama juga ditekankan oleh wakil dari Kemenko PMK yang juga selaku Koordinator Sekretariat HDCM bidang Sosial Budaya dan Pertukaran Antarmasyarakat, Abdi Rizal. Beliau menyatakan ruang lingkup kerja sama pendidikan tinggi antar Indonesia dan Tiongkok mencakup pengembangan lembaga pendidikan, pertukaran mahasiswa dan tenaga pengajar, pengajaran dan pengkajian, pendirian pusat bahasa Mandarin, dan lainnya.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Paristiyanti Nurwardani, bahwa sejumlah kerja sama telah dilaksanakan antara Indonesia dan Tiongkok di tingkat pendidikan tinggi, namun 80 persen diantaranya masih terbatas dalam lingkup bahasa. Paristiyanti menyatakan bahwa potensi kerja sama masih terbuka luas antara Indonesia dan Tiongkok, ditambah dengan adanya program Kampus Merdeka yang memungkinkan perluasan ruang lingkup kerja sama.
Diskusi ini merupakan titik awal penjajakan potensi kerja sama sister university antara Indonesia dan Tiongkok. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan hari ini, kedepannya akan diadakan pertemuan untuk membahas teknis mengenai usulan kerja sama sister university.
Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI