Danau Toba, Keindahan Alam yang Menyatu dengan Wisata Sejarah

Danau Toba, Keindahan Alam yang Menyatu dengan Wisata Sejarah
Maritim - Dijadikannya Danau Toba sebagai satu dari 10 program destinasi utama diharapkan mendongkrak perekonomian dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Selain memiliki keindahan alam yang luar biasa, Danau Toba juga punya kekayaan wisata sejarah. Menko Maritim dan Sumber Daya sebagai penggagas 10 destinasi prioritas menjabarkan ‎secara singkat wisata sejarah yang dimaksud. ‎Pada 70.000 tahun yang lalu, terjadi ledakan vulkano luar biasa dari Gunung Toba. Ledakan dahsyat ini bahkan menggegerkan. Pasalnya, dunia mengalami perubahan iklim drastis akibat erupsi Toba. Dunia bahkan terlihat gelap. Suhu berubah membuat benua-benua terpisah lantaran es mencair. Akibat lainnya, flora dan fauna pun mengalami transformasi.‎ ‎ "Dengan kekuatan ledakan supervulkano VEI 8, mengakibatkan perubahan iklim dunia. Dan ledakan tersebut merupakan erupsi paling besar yang pernah dialami manusia dalam 25 juta tahun terakhir," kata Menko Rizal belum lama ini. ‎ Tidak cukup sampai di situ, ledakan membawa bahan-bahan vulkanik sebanyak 2.800 kilometer kubik dengan 800 kilometer kubik batuan ignimbri, akhirnya membentuk kaldera besar. Kaldera kemudian terisi oleh air‎ yang kemudian membentuk danau besar yang disebut Danau Toba. ‎"Kemudian, tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir," ‎sambung Menteri Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu. Dikatakan Menko Rizal, jika sejarah terbentuknya Danau Toba dikelola dan dikemas dengan wisata, maka akan banyak orang yang datang ke Danau Toba baik dari dalam maupun luar negeri. Pesona danau berukuran panjang 100 kilometer kubik dan lebar 30 kilometer kubik bisa menjadi perhatian dunia. Namun sayang, saat Tim Kemenko Maritim dan Sumber Daya melakukan survei, pendukung pariwisata Danau Toba masih dalam kondisi sangat menyedihkan. Hal ini tergambar dari hotel-hotel yang sudah kusam serta keramba-keramba yang didirikan tanpa memperhatikan estetika. Belum lagi perilaku warga dalam memberi pakan ikan yang terlalu berlebihan hingga mengakibatkan eceng gondok makin subur. (Odd/Arp)