Di Hadapan Negara AIS, Kemenko Marves: Indonesia Berhasil Kurangi Sekitar 36% Kebocoran Sampah Laut  

Di Hadapan Negara AIS, Kemenko Marves: Indonesia Berhasil Kurangi Sekitar 36% Kebocoran Sampah Laut  

Marves - Bali, Dalam 4 (empat) tahun terakhir (2018-2022), Indonesia telah berhasil mengurangi sekitar sekitar 36% kebocoran sampah plastik ke laut. Hal itu disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Nani Hendiarti saat menjadi pembicara dalam salah satu side event Konferensi Tingkat Tinggi AIS Forum 2023 dengan tema "Towards a Global Plastic Treaty: Global Partnership to End Plastic Pollution and Marine Litter" di Bali, pada Rabu (11/10/2023).
 
"Dengan bangga kami sampaikan bahwa dalam 4 tahun terakhir (2018 - 2022) kami telah berhasil mengurangi sekitar 36% kebocoran sampah plastik ke laut, dan diperkirakan akan mencapai pengurangan lebih dari 40% pada akhir tahun 2023," kata Deputi Nani.
 
Diketahui sejak tahun 2018, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target yang ambisius dan meluncurkan Rencana Aksi Nasional untuk mengurangi sampah plastik di laut sebesar 70% pada tahun 2025.
 
"Tentu saja masih diperlukan kerja keras untuk mencapai target 70% dalam 2 tahun ke depan. Untuk itu, penguatan kolaborasi berbagai pihak dan dukungan negara mitra menjadi sangat penting. Kami berpandangan bahwa perjanjian plastik global diharapkan dapat mengisi kesenjangan yang dimiliki negara-negara tersebut," tambahnya di lokasi.
 
Mengenai sampah plastik ini, Deputi Nani memaparkan bahwa dalam kajian ilmiah, saat ini diketahui Posisi Indonesia dalam Riset Global Sampah Plastik Laut mengalami peningkatan.
 
"Polusi dari sampah plastik tidak hanya menular ke tanah dan air, namun juga berkontribusi terhadap emisi karbon dan gas rumah kaca lainnya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pengelolaan sampah menjadi salah satu strategi penting dalam mitigasi perubahan iklim. Selain itu, jika dikelola dengan baik, sampah plastik tentunya masih memiliki nilai ekonomi yang dapat digunakan kembali, baik berupa daur ulang, pemulihan material, dan sumber energi baru," jelasnya.
 
Oleh sebab itu, dirinya mengajak para perwakilan negara AIS dan mitra strategis yang hadir di antaranya Ambassador of the Royal Norwegian to the Republic of Indonesia Rut Krüger Giverin, dan VP General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto, untuk mendorong terbentuknya ekosistem pengelolaan sampah yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, guna memastikan semua komponen saling terhubung satu sama lain, termasuk produsen plastik dan industri pengemasan.
 
"Dalam hal ini, pemerintah akan mendukung ekosistem dengan kebijakan dan program yang memungkinkan sistem bekerja," jelasnya.
 
Diketahui permasalahan sampah plastik di laut juga merupakan permasalahan yang kompleks, bersifat global dan bersifat lintas batas, sehingga memerlukan kolaborasi multipihak dan lintas batas. Masalah ini tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu negara saja. Namun, tidak ada negara yang bebas dari polusi plastik.
 
"Ini adalah kesempatan luar biasa bagi kita semua mewakili negara-negara AIS untuk berbagi pengalaman dan pembelajaran dalam menangani masalah sampah laut. Kita semua sadar bahwa negara-negara AIS rentan terhadap dampak pencemaran plastik laut, yang merupakan masalah lintas batas. Oleh sebab itu, saya berharap acara ini dapat memungkinkan kita untuk bertukar informasi dan bekerja sama untuk memerangi polusi plastik," pungkasnya.

Biro Komunikasi 
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi 

No.SP-246/HUM/ROKOM/SET.MARVES/X/2023