Diskusikan Dekarbonisasi, Kemenko Marves: Pentingnya Transisi dari Bahan Bakar Fosil

Diskusikan Dekarbonisasi, Kemenko Marves: Pentingnya Transisi dari Bahan Bakar Fosil

Marves - Jakarta, Kemenko Marves melalui Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, menghadiri forum Dialog Peluang Baru Sektor Energi di Indonesia di bawah pemerintahan baru, dan menyampaikan kepada para perwakilan Tim Kampanye Nasional masing masing Capres Periode 2024 – 2029, para Penanggap terkait forum ini, mengenai hal – hal yang penting dan harus di perhatikan khususnya dalam sektor Energi di Indonesia, di bawah Pemerintahan Baru nantinya. Jakarta, 18 Januari 2024. 

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Jodi Mahardi menyampaikan dalam sambutannya bahwa, “Indonesia saat ini berada di titik kritis dalam sejarah energi, dimana peluang baru dan tantangan signifikan di sektor energi menanti di pemerintahan baru. Transisi energi bukan sekadar tentang pengurangan emisi gas rumah kaca (GHG) secara buta, tetapi lebih tentang menemukan keseimbangan antara pengurangan emisi dan pembangunan manusia yang berkelanjutan,” Ujar Deputi Jodi. 

Menurut Deputi Jodi, Dekarbonisasi sangatlah penting untuk mengurangi polusi udara di Indonesia, tetapi kita tidak bisa meninggalkan bahan bakar fosil begitu saja, Kondisi geografis dan topografi Indonesia, terutama di kepulauan timur dan medan pegunungan, menambah tantangan dalam pembangunan infrastruktur energi. Sementara itu, letak geografis Indonesia di cincin api pasifik meningkatkan risiko gangguan pasokan akibat aktivitas vulkanik dan seismik. 

Deputi Jodi  mengatakan, “Kita memiliki cadangan batu bara yang substansial, yaitu cadangan batu bara pasar terbesar kedua di dunia dengan sekitar 36 miliar ton. Cadangan minyak dan gas kita juga signifikan, berada di urutan ketiga di kawasan Asia Pasifik, dengan sekitar 4 miliar barel minyak dan 61 triliun kaki kubik gas,” tandasnya

Ia juga menyatakan, “Pada tahun 2060, Indonesia berkomitmen untuk mencapai target net zero. Ini menimbulkan pertanyaan penting untuk kita semua, Bagaimana perubahan ini akan mempengaruhi campuran energi Indonesia dan dampaknya terhadap keamanan dan keterjangkauan energi?” 

“Oleh karena itu untuk menghadapi tantangan ini, kita harus mempertimbangkan peningkatan investasi domestik dalam minyak dan gas serta pengembangan proaktif Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Pengembangan industry CCS/CCUS di Indonesia tidak hanya akan mengurangi jejak karbon tetapi juga menumbuhkan sektor ekonomi baru yang berpotensi menghasilkan pendapatan,” jelasnya

Beliau menyampaikan bahwa, pengembangan industri CCS /CCUS di Indonesia juga menawarkan sejumlah manfaat penting, seperti contoh: 

1. Peningkatan Keamanan Energi dan Keterjangkauan: Mengingat ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil, CCS/CCUS memungkinkan kita untuk terus memanfaatkan sumber daya alam kita sambil mengurangi emisi karbon. Ini membantu menjaga keamanan energi dan keterjangkauan untuk masyarakat kita.

2. Kontribusi terhadap Nationally Determined Contributions (NDCs) Indonesia: Dengan menerapkan CCS/CCUS, Indonesia dapat membuat kemajuan signifikan dalam mencapai komitmennya dalam Nationally Determined Contributions (NDCs), dengan mengurangi emisi di sektor yang sulit untuk dikurangi, seperti eksplorasi dan produksi, pembangkitan listrik, produksi amonia, pembuatan baja, dan lain lain.

3. Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Pendapatan: CCS/CCUS tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Indonesia dapat menarik emiten global yang bersedia membayar solusi penyimpanan CO2, sehingga menghasilkan pendapatan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

4. Meningkatkan Daya Tarik Investasi: Dengan memungkinkan aktivitas net-zero di seluruh emisi Scope 1, 2, dan 3, Indonesia dapat menarik perusahaan dengan target net-zero dan mendorong investasi dalam kapasitas produksi domestik.

5. Peningkatan Keunggulan Kompetitif: Pengembangan CCS/CCUS dapat meningkatkan daya saing ekspor Indonesia dan memungkinkan produksi barang dan jasa yang decarbonized, yang dapat dijual dengan harga premium.

6. Mengurangi Risiko Pemanasan Global: Dengan menangkap dan menyimpan emisi CO2, Indonesia dapat berkontribusi secara signifikan dalam upaya global melawan perubahan iklim, mengurangi dampak seperti kenaikan permukaan laut dan cuaca ekstrem.

7. Meningkatkan Posisi Indonesia di Panggung Internasional: Sebagai pemimpin dalam dekarbonisasi melalui CCS/CCUS, Indonesia dapat meningkatkan perannya secara geopolitik, menunjukkan komitmen terhadap perubahan iklim dan menjadi pemain kunci dalam upaya global mengatasi pemanasan global, papar Jodi

“Dengan demikian, CCS/CCUS bukan hanya tentang mengurangi emisi karbon; ini tentang memanfaatkan keunggulan kompetitif Indonesia, membuka peluang ekonomi baru, dan memperkuat posisi kita di panggung internasional. Ini adalah jalan menuju masa depan energi yang berkelanjutan, di mana kita dapat mengamankan kebutuhan energi kita, memastikan keterjangkauan untuk semua lapisan masyarakat, dan secara bersamaan mengambil langkah berani menuju dekarbonisasi,” Pungkas beliau

Pada akhirnya Deputi Jodi mengajak semua pihak terkait untuk mendukung pengembangan CCS/CCUS, “saya mengajak semua pihak terkait untuk mendukung pengembangan CCS/CCUS sebagai bagian integral dari strategi transisi energi Indonesia. Bersama-sama, kita dapat membangun masa depan energi yang lebih cerah dan lebih berkelanjutan untuk Indonesia,” tutup Deputi Jodi dalam Forum Dialog Peluang Baru Sektor Energi di Indonesia di bawah pemerintahan baru.

Forum Dialog Peluang Baru Sektor Energi di Indonesia di bawah Pemerintahan Baru ini dihadiri oleh Managing Partner Dentons HPRP, Sartono, para perwakilan dari Tim Kampanye Nasional yaitu, Amin Subekti dari Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Bobby Gafur Umar, dari Tim Kampanye Nasional Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, Satya Heragandhi, perwakilan Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. 

Tim pemenangan kandidat presiden no 1 menyampaikan rencana akselerasi transisi energi melalui berbagai inisiatif seperti memperbaiki skenario  dan target transisi energi, pelaksanaan program Indonesia menuju EBT, pembukaan peluang masyarakat dalam partisipasi EBT, dan insentif untuk kegiatan EBT. Tim pemenangan kandidat presiden no 2 menyampaikan upaya peningkatan ketahanan pangan dengan pemanfaatan limbah perkebunan pertanian dan kehutanan untuk menjadi sumber energi listrik dan biofuel. Tim pemenangan kandiat presiden no 3 menyampaikan potensi transisi energi sebagai mesin penggerak ekonomi dengan mengadopsi EBT sebagai langka penting untuk mencapai pengurangan karbon secara substansial

Selain itu turut juga hadir, para Penanggap terkait Forum Dialog Peluang Baru Sektor Energi di Indonesia di bawah Pemerintahan Baru, Fadli Rahman, sebagai Direktur Perencanaan Strategis & Pengembangan Bisnis Pertamina New & Renewable Energy, Pri Agung Rakhmanto, selaku Founder & Advisor Reforminer Institute, dan Ibu Belladonna Troxylon Maulianda, sebagai Exec. Director of Indonesia's Carbon Capture and Storage Center. Executive Director Indonesia CCS Center menyampaikan potensi besar kegiatan CCS di Indonesia untuk mengurangi emisi karbon dan pengembangan investasi baru. Sementara itu penanggap lain, Fadhli Rahman Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Pertamina Power Indonesia menyampaikan potensi besar geothermal Indonesia yang dapat menjadi salah satu base load sumber daya terbarukan. Pri Rakhmanto, selaku Founder dan Advisor Reforminer Institute, menyampaikan penjabaran visi dan misi energi masing masing tim pemenangan presiden

Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
No.SP-6/HUM/ROKOM/SET.MARVES/I/2024