Dubes Bahama Untuk PBB Siap Bantu RI Investigasi Kapten Kapal MV Caledonian Sky

Dubes Bahama Untuk PBB Siap Bantu RI Investigasi Kapten Kapal MV Caledonian Sky
Jakarta—Upaya pemerintah Indonesia untuk menangani kasus perusakan terumbu karang di Raja Ampat oleh kapten Kapal MV Caledonian Sky Keith Michael Taylor memperoleh perhatian penuh dari pemerintah Bahama. Wakil Tetap Bahama Untuk PBB Dubes Elliston Rahming bertemu Deputi Koordinasi Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Arif Havas Oegroseno disela-sela perundingan persiapan pembentukan norma internasional terkait keanekaragaman hayati diluar area 200 mil laut (BBNJ) di New York , Jumat (31/3). “Dubes Bahamas menyayangkan kejadian ini dan mengatakan bahwa sesuai aturan nasional mereka, Bahamas Maritime Authority akan melakukan investigasi terhadap peristiwa tersebut", tuturnya. Lebih jauh, ia menambahkan bahwa investigasi akan dilakukan oleh Otoritas Maritim Bahama yang berkedudukan di London. Bahama sebagai negara kepulauan dan menggantungkan perekonomiannya pada sektor pariwisata juga bersepakat untuk melakukan kerjasama restorasi terumbu karang. Kasus rusaknya terumbu karang di Radja Ampat diawali dari masuknya sebuah kapal pesiar, MV Caledonian Sky yang memiliki bobot 4200 GT, pada tanggal 3 Maret 2017. Kapal berbendera Bahama itu dinahkodai oleh Kapten Keith Michael Taylor. Kapal tersebut digunakan untuk membawa 102 turis dan 79 ABK. Setelah mengelilingi pulau untuk mengamati keanekaragaman burung serta menikmati pementasan seni, para penumpang kembali ke kapal pada siang hari tanggal 4 Maret 2017. Kapal pesiar itu hendak melanjutkan perjalanan ke Bitung pada pukul 12.41 WIT. Namun, sebelum sempat melanjutkan perjalanan menuju Bitung, MV Caledonian Sky kandas diatas sekumpulan terumbu karang di Raja Ampat. Untuk mengatasi hal ini Kapten Keith Michael Taylor merujuk pada petunjuk GPS dan radar tanpa mempertimbangkan faktor gelombang dan kondisi alam lainnya. Kandasnya kapal MV Caledonian Sky tersebut menyebabkan 18.882 m2 terumbu karang rusak. “13.270 m2 mengalami rusak total oleh kapal dan 5.612 m2 rusak sedang akibat hempasan pasir dan pecahan terumbu karang karena olah gerak kapal, tapi terumbu karang yang rusak sedang itu tingkat harapan hidupnya hanya tinggal 50 persen,”kata Havas saat menjelaskan hasil survey bersama tim nasional dan tim survey Asuransi SPICA di Jakarta beberapa waktu lalu. (*)