Hilirisasi Nikel sebagai Langkah Awal Transformasi dan Akselerasi Perekonomian Indonesia

Hilirisasi Nikel sebagai Langkah Awal Transformasi dan Akselerasi Perekonomian Indonesia

Marves - Jakarta, Setelah bertahun-tahun lamanya Indonesia bergantung pada ekspor komoditas dalam bentuk bahan mentah, ketergantungan tersebut menyebabkan Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan yang tinggi ketika harga komoditas jatuh. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Muhammad Firman Hidayat menyampaikan salah satu solusi mengurangi ekspor bahan mentah adalah dengan hilirisasi nikel. Ia menyebutkan hilirisasi nikel merupakan langkah awal transformasi dan akselerasi perekonomian Indonesia.  

“Sebelumnya investasi juga belum merata, sebagian besar penanaman modal asing (PMA) masih terkonsentasi di Pulau Jawa. Saat ini, sektor hilirisasi menjadi kontributor utama dalam peningkatan investasi asing. Secara spasial, hilirisasi juga mendorong investasi lebih berkualitas dan mendorong industrialisasi di Indonesia Timur. Ekonomi daerah mampu tumbuh lebih tinggi pasca penerapan kebijakan hilirisasi,” ungkap Deputi Firman saat menjadi pembicara kunci dalam National Perspective Indonesia Economic Outlook 2024 Forum di Jakarta pada Senin (2/10).

Program hilirisasi mampu mendorong kinerja ekonomi Indonesia, bahkan menjadi salah satu yang terbaik di antara negara-negara anggota G20. Deputi Firman menjelaskan melalui upaya transformasi ekonomi, Indonesia akan mampu mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045. Dengan melakukan hilirisasi, nilai ekspor yang berasal dari nikel meningkat berkali lipat. 

Lebih lanjut, Deputi Firman menjabarkan nilai ekspor bijih nikel dan turunannya pada 2013 hanya mencapai USD 5,4 miliar. Kemudian, melalui kebijakan hilirisasi, nilai ekspor turunan nikel tahun 2022 mencapai USD35,6 miliar atau 6,6x lipat lebih tinggi.

“Konsistensi surplus perdagangan mendukung pencapaian era neraca transaksi berjalan positif. Indonesia mempertahankan surplus perdagangannya selama 40 bulan berturut-turut.  Neraca transaksi berjalan mencatat defisit yang kecil di tengah rendahnya harga komoditas internasional dan perlambatan perekonomian global. Sehingga, ini memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan Indonesia serta memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah,” tambah Deputi Firman.

Tujuan utama hilirisasi nikel adalah menciptakan ekosistem yang kompetitif pada rantai nilai baterai litium dan kendaraan listrik. Selain itu, tingginya permintaan kerja juga mendorong peningkatan akses dan kualitas pendidikan melalui pembukaan politeknik dan jurusan baru di kawasan hilirisasi. “Tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi, transfer teknologi dan pengembangan SDM menjadi bagian penting dari hilirisasi,” jelas Deputi Firman.

Pemerintah Indonesia juga akan selalu memastikan apabila hilirisasi yang sedang berjalan menjunjung aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Pertama, regulasi dan standardisasi mengenai keberlanjutan yang berlaku di Indonesia. Kedua, energi bersih yang akan mendukung proyek Indonesia berikutnya sedang dikembangkan. Terakhir, pembuangan limbah industri akan dilakukan seaman mungkin.

No.SP-241/HUM/ROKOM/SET.MARVES/X/2023

Biro Komunikasi
Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi