Indonesia Bahas Potensi sebagai Pemimpin Global Industri Penerbangan dan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan dalam Bali International Air Show (BIAS) 2024

Indonesia Bahas Potensi sebagai Pemimpin Global Industri Penerbangan dan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan dalam Bali International Air Show (BIAS) 2024

MarvesTBI optimistis mengenai masa depan SAF di Indonesia, dan kami berkomitmen penuh untuk mendukung upaya pemerintah dalam memajukan agenda dan ekosistem SAF saat kita bersama-sama berjalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang Indonesia," tutup Arfinandil yang menghadirkan para pelaku utama industri penerbangan dunia.

Dalam diskusi panel bertajuk “Soaring High: Indonesia’s Ascend to Becoming a Global Leading Aviation Market”, para pembicara dari sektor penerbangan global membahas potensi Indonesia untuk menjadi pasar perjalanan udara terbesar keempat di dunia pada tahun 2037. Sesi yang diadakan di area BIAS 2024 di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, ini menghadirkan tokoh-tokoh kunci, termasuk Prof. Wihana Kirana Jaya, Staf Khusus untuk Urusan Ekonomi dan Investasi Transportasi kepada Menteri Perhubungan Republik Indonesia; Tony Fernandes, CEO AirAsia Group; Rahmat Hanafi, Direktur Pemeliharaan di Garuda Indonesia; Ferry Kusnowo, Direktur Strategi & Pengembangan Teknologi di InJourney Airports; Dave Schulte, Managing Director Regional Marketing di Boeing Commercial Airplane; dan Raul Villaron, Senior Vice President dan Head of APAC di Embraer. Sesi ini dimoderatori oleh Martin Stepanek, CFA, Manajer di Tony Blair Institute for Global Change di Indonesia.

Prof. Wihana Kirana Jaya dengan bangga menyatakan bahwa pasar penerbangan Indonesia telah meningkat secara signifikan sejak pandemi COVID-19. “Itulah sebabnya Pemerintah Indonesia mendukung pembuatan kebijakan yang komprehensif untuk mengatur penggunaan dan produksi bahan bakar avtur yang berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel/SAF) serta pengelolaan operator pelabuhan yang cerdas (smart port)." Prof Wihana menekankan bahwa sejumlah peraturan ini akan mempertahankan perkembangan pasar penerbangan Indonesia, serta menarik lebih banyak investasi yang dapat membantu menempatkan Indonesia sebagai pasar penerbangan terbesar keempat di dunia.

Di kesempatan yang sama, CEO AirAsia Group, Tony Fernandes menyatakan bahwa populasi Indonesia yang besar merupakan faktor signifikan dalam potensi pertumbuhan pasar aviasi Indonesia. Tony menekankan bahwa sektor penerbangan Indonesia perlu mengupayakan stimulasi pasar yang komprehensif guna menciptakan harga tiket yang kompetitif, serta menambah konektivitas regional yang pada akhirnya mendorong ekspansi destinasi dan pasar aviasi secara keseluruhan. Tony juga menyoroti pentingnya pembahasan tentang SAF yang sangat krusial bagi industri penerbangan. “Saya berharap pemerintah benar-benar mempertimbangkan kebijakan ini dengan cermat, mengeksplorasi berbagai bahan baku, serta terus berkolaborasi dengan industri penerbangan terkait penggunaannya,” Tony menambahkan.

Kedua perwakilan dari produsen pesawat, Dave Schulte dari Boeing dan Raul Villaron dari Embraer, sepakat bahwa potensi Indonesia untuk menjadi salah satu pasar penerbangan terbesar di dunia digerakan dari pertumbuhan kelas menengah Indonesia. “Indonesia merupakan salah satu sleeping giant di industri penerbangan dunia. Berkaca kepada tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sekitar enam persen per tahun dan kelas menengah yang terus bertambah, negara ini diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan yang sangat besar, termasuk pertumbuhan di pasar penerbangan negara.” jelas Dave.

Ferry Kusnowo menjelaskan lebih lanjut tentang upaya kolaboratif Indonesia untuk memajukan industri penerbangan. “Kami ingin memastikan bahwa perkembangan sektor penerbangan Indonesia ditangani dengan pendekatan holistik, inklusif, dan kolaboratif. Pemerintah tidak bisa melakukannya sendiri.” Fery menambahkan bahwa terdapat banyak pihak eksternal yang memiliki kepentingan dan ambisi untuk meningkatkan sektor penerbangan dan pariwisata Indonesia, sehingga ia yakin sektor ini akan mengalami pertumbuhan signifikan baik dari segi ukuran maupun ekonomi, yang akan mendorong ambisi penerbangan Indonesia menuju pasar yang lebih besar dan praktik yang berkelanjutan.

Potensi dan Prioritas Indonesia di Sektor Pengembangan SAF

Kemudian di hari yang sama, diskusi beralih fokus ke feedstock untuk bahan bakar SAF dalam sesi bertajuk “Fueling the Future: Harnessing Indonesia’s Natural Resource Endowment for Global SAF Feedstock.” Dialog ini menekankan potensi Indonesia untuk menjadi produsen SAF terkemuka dengan memanfaatkan sumber daya alamnya yang melimpah serta menghadirkan wawasan dari produsen domestik dan strategi pemerintah untuk memastikan penerimaan global terhadap bahan baku SAF Indonesia.

Sesi ini menghadirkan Jodi Mahardi, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi; Eddy Soeparno, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI; Sofyan Djalil, Pendiri dan Dewan Pengawas Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS); Benny Joesoep, Finance & Commercial Director, PT. Tripatra Engineering & Constructors; dan Oki Muraza, Senior Vice President Research & Technology Innovation Pertamina (Persero), dengan moderator Arfinandi Ferialdy, Senior Manager di Tony Blair Institute for Global Change in Indonesia.

Jodi Mahardi menegaskan bahwa pemerintah Indonesia memprioritaskan pengembangan industri SAF sebagai bagian dari komitmen untuk memajukan agenda keberlanjutan negara yang juga akan menjadikan Indonesia pemain utama di pasar SAF global. “Indonesia tidak kekurangan feedstock SAF. Pemerintah, saat ini, juga berfokus pada penerapan teknologi yang dapat mengeksplorasi dan memanfaatkan berbagai bahan baku untuk memproduksi SAF berkualitas tinggi yang memenuhi permintaan domestik maupun internasional.” Peta jalan SAF yang baru dirilis dan diresmikan pada upacara pembukaan BIAS 2024 menegaskan dedikasi Indonesia terhadap inisiatif ini dengan menetapkan rencana untuk memprioritaskan eksplorasi bahan baku yang berkelanjutan dan layak secara ekonomi.

Eddy Soeparno, dengan perspektif legislatif, mengumumkan bahwa DPR RI akan menyelesaikan RUU Energi Terbarukan pada awal tahun depan. RUU ini diperkirakan akan mempercepat proyek transisi energi negara, termasuk pengembangan SAF. “Indonesia bisa menjadi pusat produksi biofuel di kawasan, bahkan di dunia, karena kita memiliki bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksinya.” Sofyan Djalil dari Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) turut menyoroti kekayaan feedstock Indonesia, serta memuji rencana pemerintah untuk menyelesaikan RUU Energi Terbarukan dan berharap kebijakan yang lebih komprehensif serta dukungan pemerintah untuk SAF.

Menambahkan hal ini, Dr. Benny Joesoep mengumumkan bahwa Tripatra Engineering berencana membangun pabrik SAF pertama di Indonesia tahun depan. “Tripatra saat ini sedang membangun ekosistem yang melibatkan semua pemangku kepentingan utama dalam rantai pasokan SAF, mulai dari pemilik bahan baku hingga pemerintah dan pembeli, untuk bekerja sama mendukung pengembangan infrastruktur SAF.”

Oki Muraza juga menekankan pentingnya pengembangan ekosistem SAF dan pembentukan kerangka regulasi yang tepat untuk produksi SAF. “Ekosistem SAF merupakan peluang untuk menciptakan sektor-sektor pekerjaan baru melalui pembukaan pabrik SAF. Lebih lagi, SAF dapat menempatkan Indonesia sebagai pemimpin global di bidang energi berkelanjutan, sekaligus menjadi alat diplomasi Indonesia di panggung internasional.”

BIAS 2024 merupakan pameran industri dirgantara, teknologi aero, dan pertahanan terkemuka di Asia Tenggara yang didedikasikan untuk mendorong Indonesia ke garis depan industri dirgantara di kawasan. BIAS 2024 diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia melalui Kemenko Marves, Kementerian Perhubungan, dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU).

Tahun ini, acara yang dihadiri lebih dari 3.000 pengunjung dari 35 negara pada 18-21 September ini turut menggaet Tony Blair Institute for Global Change (TBI) selaku Knowledge Partner dalam menyelenggarakan side-event Special Dialogue Program. Senior Manager TBI di Indonesia, Arfinandi Ferialdy, menyatakan, "Merupakan kehormatan besar bagi TBI untuk menjadi bagian dari acara aviasi bertaraf internasional seperti BIAS 2024. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia atas kepercayaan yang diberikan kepada kami sebagai mitra dalam pengembangan Special Dialogue Program ini. Wawasan dan update dari industri yang didiskusikan di panggung Special Dialogue Program menunjukkan bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat menuju keberlanjutan dan pencapaian Net Zero Emissions sebelum tahun 2060.

“Kami juga mengucapkan selamat atas peluncuran Peta Jalan dan Rencana Aksi Pengembangan Industri SAF yang baru saja dikeluarkan Pemerintah Indonesia. TBI optimistis mengenai masa depan SAF di Indonesia, dan kami berkomitmen penuh untuk mendukung upaya pemerintah dalam memajukan agenda dan ekosistem SAF saat kita bersama-sama berjalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang Indonesia," tutup Arfinandi.

No.SP-293/HUM/ROKOM/SET.MARVES/IX/2024
Biro Komunikasi
Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi