Indonesia Bersama Denmark dan IMO Perkuat Kerja Sama Implementasikan Dekarbonisasi di Sektor Maritim

Indonesia Bersama Denmark dan IMO Perkuat Kerja Sama Implementasikan Dekarbonisasi di Sektor Maritim

Marves - Bali, Sebagai tindak lanjut komitmen Indonesia di COP 26 di Glasgow 2021 dan Paris Agreement 2015 serta kemitraan antara Indonesia dengan Denmark dalam konteks energi bersih, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves)  melalui Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi bekerja sama dengan International Maritime Organization (IMO) dan Denmark Maritime Authority menyelenggarakan International Conference on Shipping Decarbonization in Indonesia di Nusa Dua, Bali, Kamis (27-10-2022).

Kagiatan ini dihadiri beberapa perwakilan negara G20 dan negara lainnya seperti Denmark, Prancis, Uni Eropa, Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat, Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait serta perwakilan BUMN pada sektor-sektor kelautan dan shipping. 

Konferensi dibuka oleh Menteri Koordinator Marves, Luhut B. Pandjaitan yang menegaskan pentingnya transisi menuju green energy. Ini sejalan dengan tiga agenda prioritas dalam Presidensi Indonesia di G20 November 2022 yang mengangkat isu transisi energi yang berkelanjutan. 

“Melalui Nationally Determined Contribution (NDC) 2022 yang menargetkan pengurangan emisi sebanyak 31 persen, 4 persen peningkatan dari target sebelumnya 27 persen, Indonesia tentu saja terus berupaya menerapkan keputusan yang sudah diambil untuk mewujudkan kondisi Net Zero Emission pada 2060,” kata Menko Luhut.
 
Menko Luhut menyampaikan bahwa sebagai negara maritim yang memiliki posisi strategis bagi perdagangan internasional, sektor maritim memiliki peranan penting dalam proses menuju transisi green energy ini. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menyatakan bahwa saat ini industri maritim menyumbang 3 pesen dari emisi CO2 secara global, dan tujuan kita semua adalah menurunkan angka tersebut.
 
Menko Luhut juga meyakini bahwa transisi energi melalui dekarbonisasi sektor shipping dapat berperan signifikan dalam mencapai transisi energi yang adil dan menyeluruh. “Dalam momentum strategis Kepresidenan Indonesia pada G20 tahun ini, Indonesia berkepentingan untuk mengangkat isu transisi energi di sektor maritim,” ungkapnya. 
 
Menko Marves menambahkan, dekarbonisasi dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya krisis iklim yang diakibatkan karena kenaikan temperatur global, salah satunya adalah pembakaran energi fosil. Dalam mencapai transisi ini, Menko Marves menegaskan pentingnya koordinasi antara K/L terkait untuk memanfaatkan dan menciptakan peluang dalam prosesnya ke depan.   
 
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin dalam menyikapi kondisi ini menjelaskan strategi Indonesia untuk mengurangi GHG sektor pelayaran. Indonesia telah merancang roadmap untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 melalui pemanfaatan energi ramah lingkungan seperti tenaga surya, hidrogen, dan tenaga nuklir yang diupayakan untuk dimulai pada 2031.  
 
Ada empat strategi yang akan diterapkan, yaitu standarisasi praktik bisnis yang berkelanjutan, penciptaan inovasi di bidang operasional dan digital, pemberian insentif bagi semua pihak yang terlibat melalui proyek pembiayaan kapal dan bahan bakar baru; serta kolaborasi antar-pemangku kepentingan global. 

“Sebagai anggota IMO, Indonesia tentu saja terus berupaya menerapkan keputusan yang sudah diambil oleh lembaga tersebut, yaitu "IMO 2020" dan diberlakukan untuk kapal-kapal yang melayani pelayaran melalui rute luar negeri serta kapal-kapal yang beroperasi di laut lepas,” kata Deputi Rachmat. 

Di samping itu, Sekretaris Jenderal IMO, Kitack Lim mengungkapkan bahwa pengurangan emisi karbon merupakan tanggung jawab setiap negara. “Perubahan iklim perlu diatasi dengan transisi pada penggunaan energi alternatif. Setiap negara harus bekerja sama dalam menghadapi isu ini dengan menghasilkan solusi dan strategi bersama,” kata Kitack.
 
Sisi lain Direktur Jenderal Otoritas Maritim Denmark, Andreas Nordseth, menyatakan bahwa potensi kerja sama bisnis dan investasi antara Indonesia dan Denmark terdapat pada tiga sektor utama yang meliputi sektor perakitan kapal, energi, dan kelautan. Kerja sama bilateral dan multilateral antara Indonesia-Denmark-IMO telah dilaksanakan sebelumnya. 

Konferensi yang diinisiasi Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kemenko Marves ini tak hanya membahas proses transisi energi, tetapi juga mendiskusikan strategi untuk mempermudah kepada akses energi, efisiensi energi, dan ketersediaan energi ramah lingkungan (rendah karbon) termasuk potensi investasi dan inovasi di sektor maritim melalui pemanfaatan teknologi yang lebih bersih dan efisien.   

Konferensi yang juga dihadiri PT Pertamina (Persero) sebagai pemasok BBM kapal, khususnya dengan kadar 0,5 persn rendah sulfur ini semakin menguatkan posisi Indonesia bahwa perusahaan minyak negara itu sudah mampu menyediakan BBM rendah sulfur dan terus mempersiapkan penggunaan bahan bakar alternatif (gas, wind propulsion, hidrogen) di Indonesia. Tak hanya itu, komitmen Indonesia agar langkah-langkah dekarbonisasi dalam sektor maritim khususnya pelayaran semakin diperkuat.  

Konferensi ini ditutup oleh Staf Ahli Bidang Sosio-Antropologi Maritim Kemenko Marves, Basilio Dias Araujo, yang menyampaikan perlunya kerja sama untuk pembangunan green hub di perairan-perairan Indonesia guna mendukung transisi energi pada sektor shipping. 

Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI

No.SP-343/HUM/ROKOM/SET.MARVES/X/2022