Kemenko maritim Gelar Konferensi Penanganan Sampah Plastik

Kemenko maritim Gelar Konferensi Penanganan Sampah Plastik
[Humas-Maritim] Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenkomar) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Denmark dan World Bank menyelenggarakan Konferensi Sampah Plastik pertama selama tiga hari, 1-3 November 2016, di Hotel Pullman, Jakarta. Konferensi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian atas bahaya sampah plastik. Hadir 200 peserta dari berbagai sektor yang berhubungan dengan manajemen sampah baik dalam maupun luar negeri, serta ahli sampah plastik dunia dan organisasi-organisasi dunia yang konsen terhadap sampah plastik juga pencemaran laut. "Acara konferensi akan berlangsung tiga hari. Hari ini diawali dengan kunjungan ke Tempat Pembuangan Sampah sementara Kepulauan Seribu dan Tempat Pembuangan Akhir Bantar Gebang," kata Asisten Deputi Keamanan Ketahanan Maritim Kemenko Maritim, Basilio Dias Araujo, di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (1/11). Field trip ke tempat pembuangan dan pengolahan sampah di Pulau Pramuka diikuti beberapa orang pembicara dari Denmark dan Amerika Serikat yang juga akan mengikuti konferensi. Menurut Basilio, konferensi ini berawal dari temuan penelitian internasional yang menyebut Indonesia menjadi negara kedua terbesar di dunia dalam hal pembuangan sampah plastik ke laut. Penelitian terakhir, kata Basilio, menunjukkan bahwa peredaran sampah plastik di laut di seluruh dunia akan melebihi jumlah ikan di laut pada 2050. Dalam perkiraan secara global Indonesia akan menghasilkan 1,29 juta ton sampah plastik ke laut setiap tahunnya. Ini membuat Indonesia menjadi negara penghasil sampah plastik di laut terbesar di dunia bersama China, Filipina dan Vietnam. "Dalam kunjungan ini kita akan tunjukkan bagaimana sampah plastik ini dibuang ke TPA lalu prosesnya seperti apa, di Pulau Seribu juga sama. Apakah sebanyak itu dibuang ke laut, kita tunjukan kepada pembicara," ujar Basilio. Selain mengunjungi TPS di Pulau Seribu dan TPA Bantar Gebang, para pembicara juga diajak melihat penanganan beberapa sungai di Jakarta. Kawasan Manggarai misalnya, lanjut Basilio, kondisinya sudah jauh berbeda dibanding lima atau sepuluh tahun lalu. Pemerintah DKI terus berupaya melakukan pembersihan setiap hari. "Kita perlihatkan, kalau dulu memang banyak sampah plastik. Sekarang sudah bersih sekali dan ada proses pembersihan setiap hari, ada orang yang ditugaskan terus menjaga," terang Basilio. Agenda utama konferensi sampah plastik ini adalah meningkatkan manajemen pengelolaan sampah plastik di pantai dan laut Indonesia. Setelah kunjungan tersebut, para peneliti dan pembicara diharapkan mendapat pandangan berbeda mengenai masalah Indonesia masa kini. Kemudian teknologi yang ditawarkan juga bisa tepat untuk diaplikasikan di Indonesia. Sebagai negara maritim, peredaran sampah plastik tentu akan berdampak terhadap sektor pariwisata, perkapalan, dan perikanan Indonesia jika tidak ditanggulangi dengan baik. Penanganan atas pencemaran laut juga membutuhkan biaya yang tinggi. Sebuah studi dari Asia-Pacific Economic Coorperation (APEC) di tahun 2008 memperkirakan biaya untuk mengatasi pencemaran laut adalah sekitar 1,3 miliar dollar AS. Indonesia selama ini aktif berpartisipasi secara global untuk kampanye peningkatan kesadaran dan pengelolaan persoalan sampah plastik di laut. Terakhir, Indonesia berperan serta dalam Our Oceans Summit di Washington DC, dan APEC High Level Meeting On Marine Litter di Tokyo, September 2016. Kemenko Maritim melalui Marine Plastics Debris Summit ini juga akan mempersiapkan pengembangan Rencana Aksi Nasional terkait persoalan sampah plastik di laut, dan akan dibawa ke World Oceans Summit di Bali, Februari 2017 mendatang.** *Humas Kemenko Bidang Kemaritiman*