Jadi Wadah Kemitraan Atasi Sampah Plastik, Kemenko Marves Luncurkan Living Lab Pertama di Banyuwangi

Jadi Wadah Kemitraan Atasi Sampah Plastik, Kemenko Marves Luncurkan Living Lab Pertama di Banyuwangi

MarvesBanyuwangi, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi berkolaborasi dengan the Partnership for Plastics in Indonesian Society (PISCES) meluncurkan Pusat Pencegahan Polusi Plastik yang pertama, atau dikenal dengan Living Lab di Banyuwangi, Jawa Timur pada Rabu (24/05/2023).

Living Lab ini sudah diinisiasi sejak tahun 2022 lalu oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B. Pandjaitan bersama para peneliti yang tergabung dalam program PISCES yang diawaki oleh Profesor Susan Jobling dari Brunel University London.

Peresmian fasilitas PISCES Banyuwangi Living Lab ini dihadiri oleh Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah, Kemenko Marves, Kepala Dinas Lingkungan Kabupaten Banyuwangi dan Tim PISCES.  Dalam sambutannya, Asdep Rofi Alhanif mengapreasi apa yang sudah dilakukan PISCES. Dia berharap, Living Lab di Jalan Raya Jember No. 67, Desa Pancoran, Kec. Rogojampi, Kab. Banyuwangi dapat berjalan secara sustainable atau berkelanjutan.

 “Living Lab merupakan inovasi yang relatif baru di Indonesia. Dalam hal ini Living lab PISCES Partnership merupakan ruang yang terbuka bagi para peneliti, pemerintah, swasta, masyarakat dan para inovator untuk berkolaborasi dalam menggodok berbagai inisiatif dan inovasi untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan pengelolaan plastik dalam siklus penuh plastik, dari ekstraksi bahan baku hingga produksi, pemakaian produk dan sistem pengelolaan limbah untuk merancang rantai solusi yang saling berhubungan dalam kemitraan dengan pemerintah daerah, bisnis, dan industri”, demikian disampaikan Asdep Rofi dalam sambutannya.

Direktur kemitraan PISCES, Profesor Susan Jobling menggambarkan PISCES Living Lab Banyuwangi sebagai “pusat inovasi berbasis lokasi, di mana solusi inovatif, diujicobakan, diuji dan dipantau dalam konteks kehidupan nyata, menjembatani hambatan antara penelitian dan praktik". Ini akan mendorong gelombang perubahan yang mengatasi polusi plastik di sumbernya, melindungi ekosistem laut dan air tawar, meningkatkan perikanan dan pariwisata serta memperkuat ekonomi lokal, dan mengubah tata kelola kota lebih bersih dan sehat.

“Kami mengundang para akademisi, pelaku industri, komunitas, atau masyarakat umum untuk bisa datang ke Living Lab di Banyuwangi ini untuk dapat berdiskusi, belajar bersama, dan menyusun konsep aksi nyata dalam mencari jalan agar masalah sampah di Banyuwangi dapat terselesaikan,” ujar Asdep Rofi.

Pada kesempatan terpisah, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Nani Hendiarti mengemukakan bahwa Living Lab juga dapat menjadi tempat untuk memberdayakan masyarakat agar bertanggung jawab atas pengelolaan sampah plastik dan memperkuat ekonomi dengan mengadopsi solusi yang ramah lingkungan. “Tentunya ini merupakan inisiasi yang bagus dan harus dimanfaatkan secara baik terutama bagi masyarakat Banyuwangi,” ujar Deputi Nani.    

“Kita memerlukan suatu tempat sebagai wadah berkumpul para peneliti, stakeholder, baik dari pemerintah, pelaku industri, komunitas, atau siapapun masyarakat umum yang ingin mendiskusikan terkait masalah lingkungan terutama persampahan. Model seperti Living Lab inilah yang kita butuhkan,” demikian ditambahkan Deputi Nani.

Program PISCES (www.piscespartnership.org) merupakan kemitraan kolaboratif dan inklusif yang mempertemukan peneliti akademis dengan bisnis, industri, pemerintah, LSM, dan masyarakat sipil untuk memahami dan mengelola risiko yang ditimbulkan oleh polusi plastik. Ini dilakukan dengan mengatasi kesenjangan pengetahuan utama yang sangat penting untuk membuka masa depan plastik yang berkelanjutan di masyarakat Indonesia. PISCES bertujuan untuk menginformasikan, melengkapi, dan mengkatalisasi program aksi lokal, nasional dan global untuk mengatasi tantangan dampak sampah plastik, memberikan solusi berbasis bukti dan intervensi perubahan sistem untuk mendukung perubahan nyata dalam kebijakan pemerintah, praktik industri, dan perilaku konsumen.

Pusat Pencegahan Polusi Plastik (Living Lab) akan diterus dikembangkan dalam konteks geografis, sosial, ekonomi dan budaya yang berbeda di Indonesia. Ditargetkan setidaknya terbentuk satu Living Lab di setiap provinsi, dengan dan rincian strategi yang akan segera disusun dalam beberapa bulan mendatang.

Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi