Kemenko Maritim Dorong Pengembangan Aquaculture Bandeng Secara Nasional
Maritim - Jakarta, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia, Iptek, dan Budaya Maritim Kemenko Maritim Safri Burhanuddin mengadakan Kegiatan Kunjungan Ke budidaya Bandeng di Pelabuhan Perikanan Donggala Provinsi Sulawesi Selatan, Jumat (28/07). Ia menjelaskan bahwa Pengembangan budidaya ikan bandeng (Aquaculture Bandeng) dapat menjadi salah satu solusi dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan pemberdayaan ekonomi global. Disebutkan bahwa Pemerintah memiliki target secara nasional untuk mengangkat produksi budidaya sebesar 10 juta ton.
“Salah satu yang sudah banyak kita produksi adalah produksi budidaya di air tawar seperti lele, nila, ikan mas dan tidak ada masalah. Tapi kan budidaya laut masih terbatas. Sekarang untuk memenuhi kebutuhan bandeng nasional biasanya tambak, mulai dikembangkan ke laut. Panjang garis pantai kita adalah kedua yang terpanjang di dunia,” ujar Deputi Safri. Pengembangan budidaya ikan bandeng pada keramba jaring tancap dapat memanfaatkan pantai yang begitu panjang yang belum termanfaatkan secara optimal, saat ini hanya terdapat budidaya rumput laut. Jika, dilakukan perbandingan antara hasil pendapatan budidaya rumput laut dengan budidaya bandeng, ternyata hasil pendapatan budidaya bandeng ratusan kali lebih mahal dibandingkan rumput laut.
Terdapat beberapa kriteria dalam pembuatan bandeng keramba jaring tancap. “Salah satu kriterianya adalah bawahnya pasir, bukan lumpur. Alasannya sederhana, kalau bawahnya lumpur makanannya jatuh tidak bisa diambil. Kalau pasir, nanti pasti punya air laut bersih jadi bersih sedangkan lumpur, naik. Kira-kira begitu gambarannya. Jadi sekarang kita bisa identifikasi, pantai-pantai mana yang pasirnya belum dimanfaatkan dengan optimal diluar wisata. Artinya setiap daerah punya pembagian area yang akan diplot agar dapat dimanfaatkan untuk budidaya,” ungkap Deputi Safri. Ia menambahkan bahwa akan diadakan workshop di Palu, untuk membahas mengenai Aquaculture Bandeng lebih lanjut. Dalam workshop tersebut akan diundang beberapa Bupati dan Walikota yang memiliki pesisir yang hampir sama dengan Pelabuhan Perikanan Donggola agar dapat dimanfaatkan, Pengusaha yang tertarik dengan budidaya ikan selaku pengambil kebijakan pemerintah, Pelaku yaitu nelayan yang melakukan, Investor yang membiayai dan Pembelinya. “Kita juga akan mengundang Pelindo dan Angkasa Pura, untuk berdiskusi mengenai aksesibilitas, Peneliti untuk membuat atau memproduksi pakan lokal dan Bulog yang menjadi salah satu pemain budidaya bandeng di Tarakan,” jelas Deputi Safri.
Terdapat beberapa konsekuensi yang dapat disampaikan dalam Rakor. Bagaimana jika kita sudah mampu memproduksi bibit, memproduksi budidaya dan pasca panennya. Namun, untuk mengelola budidaya tersebut membutuhkan modal yang besar. Ditambah dengan memprioritaskan pelaku atau pemanfaatan nelayan budidaya yang sudah berpendidikan atau memiliki background lalu diberi kredit atau modal dari pemerintah. Kemenko Maritim memiliki peran untuk mempercepat dan membantu sebagai penengah, sehingga kita yang menghubungkan unsur-unsur tersebut. Menko maritim juga bertanggung jawab untuk mengetahui lokasi budidaya dengan baik, pas atau tidak.
“Yang penting Pemerintah sudah membuat zona terlebih dahulu. Pemerintah siapkan bibit melalui KKP, modalnya yaitu dikasih pembibitan. Mereka mengetahui tekniknya lalu mereka kembangkan, namun pada tempat yang sama disiapkan juga penerima atau konsumennya. Konsumen itu kita yang ciptakan. Jika konsumen lokal sudah jenuh, kita bangun pasar baru. Untuk menciptakan itu kita harus paham daerahnya, jaringan transportasinya seperti apa, berapa jauh dari kota provinsi, apakah pakai kargo, dan pasarnya sudah diterima apa belum. Tujuannya bagaimana hasil produksi yang dihasilkan dapat bernilai tambah,” pungkas Deputi Safri.
Industri memiliki jumlah produksi, ukuran dan rasa yang konstan. Hal-hal tersebut yang dapat dibutuhkan untuk menjamin Pasar yang baik. “Jika tidak, ya kita gagal. Budidaya yang terpenting pertama itu lokasi, yang kedua harus dapat bibit yang bagus, yang ketiga harus dapat pakan yang bagus, keempat yaitu manajemen pasca panen dan yang kelima adalah penjualan. Kalau kita menguasai lima filosofi ini, jelas kita aman. Kalau ingin membuat kebijakan, maka harus tahu masing-masing solusinya,” tutup Deputi Safri. ***