Kemenko Maritim Fokuskan Pembangunan Infrastruktur Listrik Untuk Regional Maluku – Papua

Kemenko Maritim Fokuskan Pembangunan Infrastruktur Listrik Untuk Regional Maluku – Papua
(Humas Maritim) - Misi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Poros Maritim Dunia terus digencarkan dengan didukung pendukung - pembangunan infrastruktur yang hingga saat ini terus dibangun. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) yang terlibat langsung dalam misi ini pun terus melancarkan program-program pembangunan sarana prasarana pendukung produksi kelautan dan perikanan serta dukungan infrastruktur jalan menuju lokasi sarana prasarana tersebut. Deputi II Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa, Agung Kuswandono dalam kunjungannya ke Sorong Selatan (Rabu, 31/8) mengatakan, membangun Poros Maritim itu tidak sekedar membangun sektor perikanan saja, namun disektor energi listrik pun harus diperhatikan agar kualitas perikanan bisa menjadi lebih baik dan berkualitas. Apalagi produksi ikan di Sorong Selatan luar biasa. Tapi, jika tidak ada pasokan listrik, kita tidak bisa meningkatkan industri perikanan. Menurut Agung, Kemenko Maritim pun telah mencanangkan pembangunan 29 unit Single Cold Storage (SCS), yang terdiri dari 23 unit Ice Flake Machine (IFM) skala besar, tujuh unit Gudang Rumput Laut, dan 10 unit Pabrik Rumput Laut, dan juga tiga unit Pabrik Tepung Ikan. “Khusus untuk Regional Maluku–Papua, sarana pendukung produksi akan dibangun di 22 Kabupaten/Kota. Sebanyak 10 ICS akan dibangun di Kabupaten Tual, Maluku Tenggara Barat, Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku; Kabupaten Pulau Morotai, Ternate, dan Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara; serta Kabupaten Yapen, Merauke, Biak Numfor, dan Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua Barat,” katanya usai membuka Rakor di Swiss Belhotel, Sorong, Rabu, (31/8). Selain itu, kata Pria kelahiran Banyuwangi 1967 ini, sarana dan prasarana penyimpanan seperti hasil tangkapan nelayan Nusantara itu sangat penting. Karena sangat disayangkan jika hasil laut kita harus dinikmati oleh negara lain hanya karena kapal tangkap nelayan kita belum memiliki cold storage dan pelabuhan yang belum rampung, sehingga hasil tangkap nelayan harus dibawa ke negara lain. Untuk itu, keberadaan nelayan, es, dan pelabuhan itu seperti tiga serangkai. “Di Sorong Selatan dengan adanya kerja sama dengan PLN akan dilakukan pembangunan Ice Flake Machine berskala besar, sehingga mereka kalau punya hasil panen dari laut itu nggak usah lari dulu ke Manokwari, Fak Fak, tapi cukup di Sorong Selatan sudah bisa ditampung. Nanti harus punya tempat pengolahan ikan,” ujarnya. Mantan Dirjen Bea Cukai ini pun mengatakan, Rakor yang digelar di Sorong Selatan ini bukanlah rakor pertama, melainkan rakor ketiga yang digelar oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman. Rakor sebelumnya telah dilaksanakan di Jogjakarta pada (22/6), yakni untuk Regional Jawa yang meliputi Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Jogjakarta. Sementara Rakor lainnya yaitu di Makassar, Sulawesi Selatan untuk Regional Sulawesi yang meliputi seluruh Provinsi yang ada di Pulau Sulawesi pada (20/6). Nah, mengingat hingga saat ini pengolahan hasil nelayan masih di level dasar, tutur Agung, Sorong Selatan harus menjadi tempat sentra industri perikanan yang luar biasa. Ketersediaan pasokan listrik demi mendukung industri kelautan perikanan ini sangat penting. “Pemenuhan pasokan daya listrik yang selama ini masih belum memadai akan segera dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait terutama PT. PLN (Persero) yang selama ini memasok kebutuhan listrik nasional,” paparnya. Oleh karena itu lanjut Agung, dalam rangka kegiatan Rakor kali ini, diharapkan kondisi maritim Indonesia dapat menjadi bagian kebanggaan anak bangsa. Apalagi produksi ikan di Sorong Selatan luar biasa, hanya saja pasokan listrik belum memadai. “Bagaimana mungkin kita meningkatkan industri perikanan di sana. Ikan sehari ditangkap harus dijual semuanya, itu pun kalau pembelinya ada,” imbuhnya. Saat ini, kata Agung, dalam rangka mendukung pembangunan Poros Maritim ini, Kemenko Maritim mengutamakan pembangunan infrastruktur kelistrikan, itu menjadi dasar. “Semua kegiatan kalau tidak ada listrik, air, kemudian distribusi, jalan, pelabuhan, itu kita kosong. Pada intinya, perlu adanya dukungan dan keterlibatan semua pihak, karena banyak yang dapat kita kerjakan untuk rakyat, asalkan fokus dengan pekerjaan kita, membangun dapat dimulai dari yang sederhana untuk mewujudkan cita-cita yang baik”, tutupnya.**