Kemenko Maritim Inisiasi Kerja Sama Sungai Bersih dengan Belanda
Maritim - Jakarta, Meningkatnya volume sampah laut perlu diatasi dengan segera. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melalui Kemenko Maritim melakukan inisiasi kerja sama dengan pemerintah Kerajaan Belanda untuk melakukan ujicoba pembersihan sampah di sungai. "80% Sampah laut berasal dari darat, mengalir melalui sungai sampai ke laut. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencari solusi dalam mengurangi volume sampah laut,” Terang Asdep Pendayagunaan Iptek Maritim Nani Hendiarti, "Kerja sama ini bertujuan membersihkan sampah di sungai-sungai Jakarta. Belanda terkenal dengan kebersihan sungai dan kanal-kanalnya", lanjutnya.
Setelah diadakan survey awal, ujicoba akan dilakukan di Sungai Angke pada Bulan Agustus mendatang. Sebelum ujicoba dilakukan, Pemerintah RI diwakili oleh Kemenko Bidang Kemaritiman dan Pemerintah Belanda diwakili oleh Kedutaan Belanda di Indonesia akan menandatangani perjanjian kerja sama pilot project pembersihan sungai.
Dalam Rapat Pembahasan Implementasi Kerja Sama Indonesia – Belanda Mengenai Teknologi Alat Pembersih Sampah, Nani Hendiarti mengatakan, kerja sama ini merupakan implementasi dari Nota Kesepahaman (MoU) RI-Belanda tentang perubahan iklim. “Antara Pemerintah Indonesia dan Belanda telah menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) dalam hal perubahan iklim pada November 2016,” jelasnya kepada peserta rapat di Kantor Kemenko Bidang Kemaritiman, Senin (10/7/2017). Lebih detil, Nani menjelaskan, dalam pelaksanaan pilot project pembersihan sampah di Sungai Angke, pemerintah Belanda melalui institusi Ocean Clean Up akan menggunakan sebuah alat untuk membersihkan sampah di sungai. “Ocean Clean Up memiliki teknologi untuk menangkap sampah di sungai dengan memperhatikan arah arusnya,” ujar dia. Berbagai pihak memiliki harapan yang besar dalam pengaplikasian teknologi Ocean Clean Up tersebut untuk membersihkan sampah sungai di Jakarta.
Teknologi Ocean Clean Up akan dipasang pada hilir sungai Muara Angke, Jakarta. Pemasangan tersebut juga sekaligus menjadi pilot project bagi Ocean Clean Up dalam teknologi pembersihan sampah sungai. Pemasangan dan pengoperasian teknologi tersebut akan dilaksanakan oleh pihak Ocean Clean Up bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.
“BPPT dilibatkan dalam rangka pengawasan operasional yang akan dilimpahkan pada Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Untuk itu, BPPT perlu mendapatkan transfer teknologi dari Ocean Clean Up agar dapat mengoperasikan dan merawat teknologi tersebut dengan baik, ujar Nani. Keterlibatan BPPT juga dimaksudkan agar dapat mengaplikasikan produk lokal dalam penerapan teknologi pembersihan sungai tersebut.
Dalam rapat tersebut, disusun pula rancangan Implementing Agreement (IA) yang menjadi payung hukum kesepakatan penggunaan teknologi Ocean Clean Up dalam pelaksanaan pilot project tersebut. “ IA ditandatangani oleh Deputi Bidang Koordinasi. Kedaulatan Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman Arif Havas Oegroseno dan Duta Besar Belanda untuk Indonesia Rob Swartbol, Rabu (12/7/2017),” beber Nani. Menko Maritim Luhut Pandjaitan menyaksikan penandatangan IA yang dilakukan dalam Forum Indo Waste 2017 di Jakarta Convention Center, Senayan.
Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT Rudi Nugroho mengatakan, pengadopsian teknologi Ocean Clean Up dapat mendorong inovasi pengembangan alat untuk mengurangi sampah laut, salah satu upaya yang dilakukan adalah mencegah agar sampah yang berada di sungai tidak mengalir ke laut.
Namun begitu, Rudi menilai bahwa penerapan teknologi Ocean Clean Up pada sungai di Jakarta perlu penyesuaian desain alat. “Kan sampah di Belanda berbeda dengan yang ada di Indonesia, maka diperlukan penyesuaian desain. Soalnya di Indonesia, sampah yang ada di sungai tidak hanya sampah plastik berukuran kecil saja, karena ada yang berat-berat dan besar seperti kasur dan sebagainya,” pungkas Rudi. ***