Kemenko Marves Bekali Mahasiswa MBKM Materi Learning Organization
Marves - Jakarta, Kementerian Koordinator Bidang kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) diwakili oleh Staf Ahli Menteri (SAM) Bidang Ekonomi Maritim, Sugeng Santoso, memberikan pembekalan MBKM bertajuk Learning Organization & Transformation kepada Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (20-03-2024).
“Sesuai arahan Menko Marves, kita perlu meningkatkan kualitas pendidikan, riset dan teknologi sebagai upaya untuk penguatan SDM. Di sinilah, manajemen talenta sebagai paradigma baru yang mengedepankan kompetensi menjadi salah satu kunci perubahan transformasional secara berkesinambungan melalui proses pengembangan learning organization,” tutur SAM Sugeng.
Sugeng menyampaikan kepada para mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya bahwa setidaknya terdapat 3 ketrampilan utama yang perlu dikuasai untuk menjawab kesenjangan sisi suplai dan permintaan pasar tenaga kerja Indonesia. Antara lain creative thinking, analytical thinking, dan technological literacy. Ketrampilan yang dikombinasikan dengan kreativitas dan inovasi menjadi kunci keberhasilan membangun keunggulan perusahaan atau organisasi (pemerintah).
“Pada masa depan, perusahaan atau organisasi yang berhasil adalah yang mampu mengembangkan keunggulan kreatif dan inovasinya melalui kerja sama yang cerdas, berpikir kritis, dan berpikir sistem, analitik serta problem solver,” imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, SAM Sugeng juga mengenalkan istilah kepemimpinan transformasional, yang merujuk pada pemimpin yang visioner, menginspirasi, mampu beradaptasi, berpikiran terbuka, serta progresif.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Biro Komunikasi Kemenko Marves, Andreas Dipi Patria juga memberikan gambaran Indonesia yang berdasarkan UUD 1945 adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara.
“Jadi kalau misalnya kita lupa dengan lautan, artinya kita meninggalkan UUD kita sendiri. Kalau kita melihat negara kita, bisa dibilang negara kepulauan, bisa dibilang kelautan, bisa juga bahari. Dasarnya sama, tapi dimensi dan perspektifnya yang membedakan,” tutur Karo Andreas.
Andreas berharap mahasiswa fakultas kelautan maupun fakultas perikanan dapat membedakan perspektif terkait Indonesia sebagai kepulauan, kelautan, maupun bahari.
Ditambahkan Andreas, posisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan secara struktur jika dibandingkan dengan bola dunia, keduanya sama-sama terdiri dari 30 persen daratan dan 70 persen lautan.
“Oleh karena itu, seharusnya Anda bersyukur sekolah kelautan dan perikanan karena memang Indonesia adalah negara kepulauan. Kalian ini (mahasiswa) merupakan bagian kecil dari 6 persen penduduk Indonesia yang menempuh pendidikan sarjana,” ungkapnya.
Menurut Karo Andreas, setiap pemerintahan di Indonesia pernah mencanangkan konsep kemaritiman, seperti Presiden Soekarno yang menetapkan tanggal 23 September sebagai hari maritim nasional, Presiden Habibie mencanangkan Benua Maritim Indonesia, Presiden Gus Dur membentuk Departemen Eksplorasi Laut, Presiden Megawati mencanangkan Mina Bahari, Presiden SBY mencentuskan World Ocean Conference yang diselenggarakan oleh PBB, dan pada era Presiden Joko Widodo mengenalkan Poros Maritim Dunia dan membuat Peraturan Presiden tentang kebijakan keautan Indonesia.
“Mudah-mudahan adik-adik mahasiswa selama MBKM di sini tidak kaget dengan banyaknya isu yang dikoordinasi oleh Kemenko Marves karena memang sesuai dalam konteks agenda kemaritiman yang sudah disusun,” pesannya.
Andreas berpesan agar para mahasiswa-mahasiswi yang belajar di bidang perikanan dan ilmu kelautan dapat semakin memperkaya wawasan dan pengalaman nyata dalam pengelolaan laut untuk memperkaya pemahaman.
No.SP-23/HUM/ROKOM/SET.MARVES/I/2024
Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi