Kemenko Marves Bersama World Bank Indonesia Tinjau Lokasi Piloting Integrated Seaweed Farming Lombok Timur
Marves - Lombok, Dalam rangka mendorong program Pemerintah Indonesia terkait hilirisasi rumput laut sebagai salah satu komoditi perikanan utama nasioanal. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dan World Bank tinjau lokasi piloting pengembangan rumput laut terintegrasi hulu ke hilir yang berlokasi di Perairan Ekas, Teluk Awang Lombok Timur pada Senin (11/12/2023).
Pada kunjungan ini, pewakilan Kemenko Marves Deputi Sumber Daya Maritim, Firman Hidayat dan Plt. Asdep Pengembangan Perikanan Budidaya, Cahyadi Rasyid melihat secara langsung pelaksanaan investasi farming seaweed yang dilaksanakan oleh salah satu perusahaan PT. Sea6 Energy yang akan membuat aplikasi rumput laut untuk biostimulan (pupuk) dan bioplastik dan dalam jangka panjang akan mengarah pada pengembangan rumput laut untuk biofuel.
Proyek ini pertama kalinya diinisiasikan di indonesia, akan hal itu segenap riset dilaksanakan sebelum dan selama pelaksanaan budidaya dengan berkolaborasi dengan MTCRC Korea Indonesia, Konservasi Indonesia, Universitas Mataram, BRIN Lombok dan PT. Sea6 Energy.
“Piloting pengembangan rumput laut skala besar baru pertama kali dilaksanakan di Indonesia. Diperlukan kehatian-hatian dalam pelaksanaannya. Olehnya itu sebelum dilaksanakan pelaksanaan budidaya perlu dilakukan studi kelayakan baik dari segi parameter oseanografi, biodiversitas, ekosistem, sosial ekonomi,” jelas Deputi Firman.
Selama kunjungan, selain melihat farming seaweed, juga melakukan diskusi dengan pihak Pemerintah Daerah NTB yang diwakili oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Bupati Lombok Timur dan jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang mendampingi. Pada kesempatan ini, Bupati Lombok turut mengucapkan apresiasi dan dukungannya atas proyek hilirisasi rumput laut yang dilaksanakan di Perairan Ekas.
“Pemerintah daerah Lombok Timur sangat mendukung adanya pengembangan seaweed skala besar ini karena akan menjadi offteker juga bagi pembudidaya rumput laut tradisional yang ada di Desa Ekas. Selama ini harga rumput laut tidak menentu karena adanya permainan pengumpul, dengan adanya perusahaan yang akan membeli hasil masyarakat dalam bentuk basah, akan memberikan kepastian harga karena hasil rumput laut masyarakat juga akan langsung dioleh di pabrik yang akan dibangun,” Ujar Bupati.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Nusa Tenggara Barat, Muslim, meyambut dengan baik adanya pengembangan rumput laut hulu hilir.
“Kami telah mengalokasikan ruang laut untuk kegiatan budidaya ini dan beberapa lokasi lain untuk dilakukan pengembangan jika dibutuhkan. NTB sangat potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut, lobster maupun komoditi perikanan lainnya,” demikian penekanan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB.
Di kesempatan yang bersamaan, Tim World Bank melakukan wawancara dengan perusahaan PT. Sea6 Energy terkait dengan proses bisnis yang akan dilakukan, proses mekanisasi yang sedang dikembangkan dan bagaimana penerimaan masyarakat akan inovasi yang sedang dilaksanakan.
Kunjungan ini diikuti oleh Tim World Bank yang terdiri dari World Bank Country Director Indonesia and Timor Lesta, Kristiina Kahkonen, Kristiina Kahkonen, Manager Operations Indonesia dan Timor Leste, Bolormaa Amgaabazar, Country Manager International Finance Corporation (IFC), Evan Marshall, Lead Environmental Specialist, Franka Braun, Principal Investment Officer IFC, Marcia Yu, dan Program Leader Sustainable Development, Vikan Choudhary.
No.SP-318/HUM/ROKOM/SET.MARVES/XII/2023
Biro Komunikasi
Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi