Kemenko Marves Dorong Pelabuhan Sabang Menjadi Hub Transit Internasional
Marves - Jakarta, Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) melalui Staf Ahli Bidang Sosio-Antropologi Maritim, Basilio Dias Araujo, menggelar rapat koordinasi (Rakor) terkait pelabuhan Hub Transit di Sabang, Provinsi Aceh yang berlangsung di kantor Kemenko Marves, Jakarta, Jumat (15-03-2024).
Basilio mengatakan bahwa isu utama yang dibahas dalam Rakor ini ialah bagaimana cara membuat Sabang yang notabene mempunyai lokasi di paling ujung barat Indonesia dapat dijangkau dengan mudah. Sehingga kapal atau stakeholder yang berlayar di wilayah Aceh bisa menjangkaunya dan bisa menjadi salah satu tempat transit.
"Sehingga rencananya kapal asing yang melintasi Laut Andaman dapat melakukan transit di Pelabuhan Hub Transit Sabang, tidak harus memutar ke Pelabuhan Malahyati atau Pelabuhan Lhokseumawe," katanya.
Dia mengungkapkan bahwa Sabang, sejatinya memiliki potensi besar sebagai tempat perekonimoan dan pariwisata. Pasalnya, Sabang telah dilalui oleh 14 kapal cruise dan 86 yacht.
"Sehingga untuk proyeksi kegiatan pariwisata sangat berkembang," ujarnya.
Sementara itu, Deputi Komersial dan Investasi Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), Erwanto Kasyah, menyatakan bahwa terdapat aktivitas yang dilakukan di Sabang, di antaranya 19 call cruise setiap tahun dan pelabuhan tersebut telah digunakan oleh kapal perang dari India, Cina, Singapura dan Indonesia.
"Namun tidak ada aktivitas perdagangan di Pelabuhan Sabang hingga saat ini," kata Erwanto dalam kesempatan yang sama.
Menurut Erwanto, salah satu langkah yang paling efektif untuk menghidupkan Pelabuhan Sabang ialah dibutuhkannya perjanjian bilateral antara Indonesia dan India, mengenai kemungkinan hub transit di Pelabuhan Sabang, Aceh.
Sisi lain, Duta Besar India untuk Indonesia, Sandeep Chakravorty, yang hadir secara langsung berpendapat bahwa Sabang seharusnya menjadi pelabuhan yang maju. Ia mendukung Pelabuhan Sabang harus dihidupkan dan didorong agar lebih berkembnag.
"Karena pelabuhan tersebut sangat terkenal di India dan Malaysia, posisinya yang strategis bersebelahan dengan laut lepas dan batas negara," ungkap Sandeep.
Hal senanda juga disampaikan Staf Ahli Menteri bidang Hukum Laut Kemenko Marves, Okto Irianto, terkait rencana Pelabuhan Sabang menjadi hub transit. Ia memandang bahwa menjadikan Sabang persinggahan adalah kesempatan yang bagus bagi perekonomian Kota Sabang.
"Demi menarik perhatian stakeholder untuk membangun pelabuhan di Sabang, maka dibutuhkan perbandingan harga antara pelayanan hub transit di Singapura dan Malaysia," kata Okto dalam kesempatan yang sama.
Meskipun demikian, sambung Okto, akan lebih menarik para pemilik kapal jika Pelabuhan Hub Transit di Sabang dikenakan tarif 10 persen lebih rendah dari pelayanan di Singapura dan Malaysia. Selain itu, untuk menarik minat kapal Indonesia ke hub transit Sabang, perlu diadakannya pertemuan dengan Indonesian National Shipowners Association.
"Jika kita memproyeksikan Pelabuhan Sabang, maka dibutuhkan konsolidasi dengan asosiasi kapal di Indonesia untuk mensosialisasikan adanya rencana pembangunan pelabuhan hub transit di Sabang," pungkasnya.
Rakor terkait pelabuhan Hub Transit di Sabang, Aceh ini dipimpin lansung oleh SAM Basilio dan dihadiri oleh Duta Besar India untuk Indonesia, perwakilan dari Kementerian Perhubungan, Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia, Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) dan stakeholder terkait.
Ada sejumlah yang disimpulkan dalam rakor ini, di antaranya memperjelas pemaparan mengenai keuntungan yang di dapat oleh Indonesia terkait pembangunan hub transit tersebut. Kemudian Indonesia dan India mempunyai visi yang sama yaitu memajukan Pelabuhan Sabang untuk keuntungan kedua belah pihak.
Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi RI
No.SP-60/HUM/ROKOM/SET.MARVES/III/2024