Kemenko Marves Gelar Lokakarya Bertema Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Pesisir
Marves - Jakarta, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) melalui Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan menyelenggarakan Lokakarya bertema "Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Pesisir" di Jakarta, Jumat (23-09-2022).
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Nani Hendiarti menyampaikan menurut The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan bahwa perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan pangan global, dan pembangunan ekonomi. Sehingga tindakan untuk mengurangi emisi sangat penting dan mendesak untuk dilakukan guna menghindari bahaya perubahan iklim.
"Berkaitan dengan dampak perubahan iklim di Indonesia, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kerentanan yang sangat tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Merujuk data (BPS, 2020) sekitar 42 juta orang tinggal pada daerah kurang dari 10 meter di atas permukaan laut," ujarnya.
Padahal kajian proyeksi (USAID, 2016), sambungnya, menyebutkan kenaikan air laut akan menenggelamkan 2.000 pulau kecil pada tahun 2050 yang berarti terdapat 42 juta penduduk berisiko kehilangan tempat tinggalnya. Selain itu, menurut literatur yang ada juga menyatakan sebanyak 75 persen kota besar Indonesia terletak di wilayah pesisir yang sangat rentan terhadap perubahan iklim.
"Dampak yang paling terasa di wilayah pesisir seperti kenaikan muka air laut serta penggenangan akibat banjir di wilayah pesisir atau rob, berdampak langsung terhadap berkurangnya wilayah akibat tenggelam oleh air laut. Rusaknya kawasan ekosistem pesisir akibat gelombang pasang, juga menimbulkan dampak tidak langsung berupa hilangnya atau berubahnya mata pencaharian masyarakat," ungkapnya.
Menurut Deputi Nani melihat fakta ini adaptasi sangat penting untuk dilakukan guna menghadapi risiko perubahan iklim. Sehingga masyarakat dapat beradaptasi dengan mempersiapkan menghadapi beberapa risiko perubahan iklim, tetapi hal ini saja tidak cukup.
"Karena itu kita perlu untuk secara signifikan mengendalikan sumber utama perubahan iklim, yaitu mengurangi emisi gas rumah kaca untuk membatasi dampak yang ditimbulkannya. Hal-hal ini sekarang yang sedang terus dikawal oleh Kemenko Marves melalui kebijakan-kebijakan yang dikoordinasikannya seperti antara lain penyelenggaran ekonomi karbon, energi transisi, green port, rehabilitasi mangrove, pendanaan aksi iklim dan lainnya," lanjutnya.
Selain itu, Deputi Nani juga menjelaskan bahwa lokakarya ini diadakan dalam rangka Bulan Literasi Maritim yang diinisiasi Kemenko Marves dalam rangka Peringatan Hari Maritim Nasional ke-58, setiap 23 September. "Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa Indonesia telah memperingati Hari Maritim Nasional ke-58 tahun 2022," imbuhnya.
Acara ini menghadirkan beberapa narasumber dan pakar yang ahli di bidangnya masing-masing, untuk memberikan pencerahan kepada kita semua bagaimana memahami dampak perubahan iklim terhadap lingkungan. Di antaranya Prof. Dr. Ir. Dwisuryo Indroyono Soesilo, M. Sc (Menko Maritim 2014-2015); Dr. Andreas Kunzmann dari Center for Marine Tropical Ecology (ZMT) Jerman dan Bapak Prof. Dr. Ir. Hefni Effendi selaku narasumber; Perwakilan Kedutaan Besar Jerman di Indonesia; Para JPT Pratama dan Fungsional di lingkup Kemenko Marves, dan undangan lainnya.
No.SP-235/HUM/ROKOM/SET.MARVES/IX/2022
Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI