Kemitraan Internasional untuk Optimalisasi Keekonomian Ekosistem Karbon Biru

Marves - Sharm El Sheikh, Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Nani Hendiarti, bersama dengan World Economic Forum, World Bank, dan PT SUCOFINDO membagikan update kemajuan pengelolaan ekosistem karbon biru Indonesia dan mengajak dunia internasional membangun kemitraan sekaligus berinvestasi dalam pengembangan karbon biru Indonesia pada sesi talkshow Paviliun Indonesia di the 27th session of the Conference of the Parties of the UNFCCC (COP 27) Sharm El Sheikh, Mesir.

Pada sesi talkshow dengan tema “Mainstreaming Investment and Partnership for Blue Carbon Development”, Deputi Nani menekankan signifikansi kemitraan nasional hingga internasional dalam usaha rehabilitasi mangrove.

“Sedikitnya 5 kerja sama internasional telah kami kawal di Kemenko Marves, diantaranya kerja sama dengan Jerman melalui program Forest Programme VI – Protection of Mangrove Forest , UAE dengan program Mangrove Alliance for Climate (MAC) dan pendirian  MBZ International Mangrove Research Center, KSA dengan program rehabilitasi mangrove seluas 150.000 ha, Singapura dengan kerja sama riset blue carbon sebagai upaya mitigasi perubahan iklim dan World Bank dengan program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR),” ungkap Deputi Nani.

Dirinya menjelaskan bahwa Indonesia telah memiliki target rehabilitasi mangrove seluas 600.000 Ha hingga tahun 2024. Dari target rehabilitasi tersebut, potensi keekonomian yang dapat dihasilkan senilai 91.000USD/Ha. 

“Untuk mencapai target sekaligus manfaat ekonomi yang demikian besar itu diperlukan kemitraan dan kerja sama internasional khususnya terkait pembiayaan dalam pemulihan mangrove,” tuturnya.

Deputi Nani kemudian memaparkan bahwa diperlukan lebih dari Rp21 T untuk percepatan pemulihan mangrove dalam mewujudkan target rehabilitasi nasional.

Dalam kesempatan tersebut, World Bank menegaskan komitmennya dalam membantu Indonesia mencapai target National Determined Contribution dan aksi iklim untuk meningkatkan taraf kehidupan komunitas pesisir melalui program Mangrove for Coastal Resilience. 

Senada dengan World Bank, Direktur Komersial PT Sucofindo memaparkan peran dari BUMN untuk pencapaian target Rehabilitasi mangrove nasional dengan bantuan dari pendanaan corporate social responsibility (CSR)/ Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) yang dapat memberikan kontribusi untuk pengelolaan ekosistem mangrove hingga pengembangan masyarakat.

Perwakilan UAE yang turut hadir juga menekankan kerja sama yang telah dijalin dengan Indonesia dapat memberikan aksi nyata dalam menanggulangi perubahan iklim khususnya dalam pengelolaan ekosistem mangrove secara global, serta dalam waktu dekat UAE bersama Indonesia akan meluncurkan inisiatif Mangrove Alliance for Climate (MAC).

“Program rehabilitasi mangrove tidak hanya akan bermanfaat bagi Indonesia, benefit dari potensi carbon credit serta kemampuannya menyerap emisi karbon juga akan bermanfaat bagi dunia,” pungkas Deputi Nani.

Pada sesi talkshow ini, turut hadir beberapa mitra Indonesia dalam pengembangan ekosistem karbon biru sebagai pembicara, yaitu Benoit Basquet, The World Bank Regional Director for East Asia and Pacific; Darwin Abas, Commercial Director of PT SUCOFINDO; Essa Al Hasmi, Assistant Undersecretary of Sustainable Communities Sector of UAE; dan Emily Kelly, Lead Blue Carbon World Economic Forum sebagai moderator sesi.

Biro Komunikasi

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi

No.SP-357/HUM/ROKOM/SET.MARVES/XI/2022