Keris, Salah Satu Warisan Budaya Indonesia Jadi Hadiah Khusus untuk Para Kepala Negara di KTT G20 Bali

Keris, Salah Satu Warisan Budaya Indonesia Jadi Hadiah Khusus untuk Para Kepala Negara di KTT G20 Bali

MarvesDenpasar,  Indonesia memiliki senjata tradisonal yang digunakan di  setiap daerah. Adapun penggunaan senjata dari berbagai daerah di Indonesia ini berfungsi untuk melindungi diri, menghadapi tantangan, menyerang musuh, berperang, berburu, dan sebagainya.

Dan menariknya, untuk mempelajari senjata tradisional yang dimiliki setiap  daerah di Indonesia, maka senjata tradisional ini diyakini sebagai cara terbaik untuk mengenal warisan budaya Indonesia.

Membicarakan warisan budaya Indonesia tidak akan pernah ada habisnya, karena selalu menarik. Dan keris, sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, disebut-sebut akan dipakai dan digunakan sebagai hadiah khusus atau cinderamata untuk para kepala negara dalam KTT G20 yang berlangsung di Bali pada bulan November mendatang.

Adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno yang pada akhir Mei 2022 lalu yang mengusulkan dan menyiapkan dua puluh keris buatan Sumenep untuk  souvenir atau hadiah bagi kepala negara di KTT G20. Karena pembuatan keris butuh waktu yang tidak sebentar, maka jauh-jauh hari daerah Sumenep yang dipilih diminta menyiapkan keris untuk souvenir para kepala negara di KTT G20.

Sejak tahun 2014, Desa Wisata Aeng Tong-Tong di Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur ini dinobatkan oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan Keilmuan dan Kebudayaan, sebagai satu-satunya Desa Wisata dengan empu keris terbanyak di dunia. Dan desa ini memiliki potensi yang tidak bisa lepas dari sejarah yang membekas pada produk kriya seperti keris.

Keris asal Sumenep ini menjadi bagian dari Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang kini sering digencarkan sebagai program pemerintah. Presiden Jokowi meneken Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 dan menetapkan susunan tim Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

Menko Luhut dalam berbagai kesempatan gencar melakukan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia atau Gernas BBI. Pada sambutannya, Menko Luhut menjelaskan bahwa Indonesia tetap meningkatkan kinerja perekonomian yang harus tetap kokoh melewati tantangan ekonomi dunia.

“Begitu banyak tantangan ekonomi dunia yang kini sedang kita hadapi, tetapi Indonesia terus meningkatkan kinerja perekonomiannya. Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dinilai menjadi solusi untuk penguatan ekonomi di dalam negeri,” kata  Menko Luhut pada Jumat (22-07-2022) di Kalimantan Selatan.

 

Proses Pembuatan Keris Sumenep sebagai Suvenir para Kepala Negara KTT G20 di Bali

Sebagai warisan budaya Indonesia, keris dan sejarahnya merupakan salah satu bentuk senjata tradisonal yang berkembang pesat di Nusantara. Keris bersanding dengan beberapa senjata tradisonal lainnya seperti pedang, tombak, golok, pisau, parang, clurit, rencong, badik, panah, mandau, dan sebagainya.

Keris buatan desa Aeng Tong-tong, Sumenep ini rencananya disiapkan Kemenparekraf untuk menjadi hadiah khusus atau souvenir para kepala negara yang hadir di KTT G20 di Bali pada bulan November mendatang.

Dan memang kehadiran keris di desa Aeng Tong-tong, Sumenep, Jawa Timur tidak lepas dari sejarah yang membekas pada produk kriya tersebut. Kehadiran keris yang digunakan sejak abad ke-19 sebagai senjata pamungkas para prajurit yang berjuang dalam perang di masa itu.

Menariknya, di desa Aeng Tong-tong, Sumenep ini hingga sekarang masih aktif melestarikan pembuatan keris, Masyarakat di sini masih setia dan terlatih membuat keris, meski prosesnya memakan waktu lama berkisar satu hingga enam bulan. Hal ini sangat tergantung dengan ukuran dan motif kerisnya.

Untuk panjang keris di Pulau Madura normalnya antara 37 hingga 38 sentimeter. Pada proses pembuatannya mulai dari pemilihan besi, dilanjutkan dengan penempaan, kemudian pembentukan bilah, lalu kinata atau ukir besi sebagai ukiran yang dipakai keris, selanjutnya warangka atau membuat sarung keris yang secara umum terbuat dari kayu, Dan proses terakhir adalah mewarangi atau campuran cairan arsenikum dengan air jeruk nipis yang dioleskan atau dicelupkan ke keris.

“Pembuatan keris ini menandakan dinamika kehidupan masayarakat. Bahwa masyarakat kita mulai ditempa, diukir, dibengkok-bengkokkan, akhirnya menjadi produk yang membanggakan bagi bangsa,” cerita Mas Hafeni, salah seorang pengrajin keris Sumenep.

Hafeni juga mejelaskan lantaran proses pembuatan keris yang cukup lama, maka dalam sebulan bisa sekitar lima hingga tujuh keris yang terjual.

“Proses pembuatan keris yang kami lakukan ini, hasilnya juga sudah kami ekspor ke beberapa luar negeri sepeti Malaysia, Singapura, Taiwan, dan sebagainya. Biasanya, pemesan luar negeri ini merupakan orang-orang tertentu yang tertarik dan memiliki minat, atau paham dengan produk keris kami,” kata Hafeni.

Dalam pembuatan keris, menurut Hafeni harus melakukan beberapa hal atau lelaku yang harus dilakukan oleh si empu atau pembuat keris. Prosesnya mulai berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, puasa serta slametan  atau meminta restu dari para tetangga dan masayarakat sekitar sebelum pembuatan keris.

Untuk membuat keris diperlukan bahan utama seperti besi yang memiliki makna dan terkenal dengan kekuatan dan keuletan. Lalu bahan baja yang terkenal dengan ketajamannya serta pamor sebagai hiasan.  Pembuatan keris melalui penempaan besi demi mengeluarkan zat-zat kotor. Dan semakin ditempa akan membuat keris yang dihasilkan semakin jadi.

 

Keris, Warisan Budaya Indonesia dan Paling Terkenal di Mancanegara

Dari sekian banyak senjata tradisonal yang ada di Nusantara, keris sering disebut-sebut yang paling kesohor atau terkenal luas, baik dari sisi filosofi, penamaan, bentuk, bahan tempaan, penyebaran, sampai kreasi seni rupanya. Keris, oleh sebagian komunitas diyakini memiliki kekuatan supranatural.

Di masyarakat Jawa, sebagai senjata tikam pencitraan keris dikenal dengan istilah tosan aji atau wesi aji ini yang sering diartikan sebagai benda yang bernilai atau dimuliakan. Dalam proses perjalanan waktu, keris menjadi tosan aji yang paling utama dalam dunia seni tempa senjata. Dan hal ini tidak hanya berlaku di Jawa saja, tetapi juga di seluruh wilayah Indonesia.

Seiring perjalanan sejarahnya, keris mulai dikneal di Nusantara pada masa Kerajaan Majapahit pada sekitar abad ke-14 dan Kerajaan Mataram pada abad ke-17. Sementara pengaruhnya banyak mengikuti keyakinan animisme maupun dinamisme, termasuk peranan agama-agama di Nusantara seperti Budha, Hindu, Kristen, hingga Islam. Melalui rentang waktu perjalanan sejarah yang panjang beserta dinamikanya ini berdampak juga dengan proses pembuatan keris dari sisi bentuk, kualitas tempaan, dan juga kreasi inovasi artistiknya.

Bahkan dalam elaborasi dunia perkerisan berikutnya, muncul sebutan tangguh. Berdasarkan dunia perkerisan, tangguh merupakan terminologi yang menunjuk gaya keris menurut zaman pembuatannya. Ada tangguh Pajajaran, Majapahit, Tuban, Demak, Pajang, Mataram, dan sebagainya.

Keris atau dhuwung  terdiri dari tiga bagian utama yaitu bilah atau wilah atau daun keris, lalu ganja atau penopang dan hulu keris atau sering juga disebut ukiran atau pegangan keris.  

Dan dalam bentuknya, keris memiliki banyak simbol spiritual selain nilai estetika atau keindahan. Pada hal-hal umum yang menarik adalah morfologi keris berupa keelokan atau luk, lalu ornamen atau ricikan, warna atau pancaran bilah, dan pola keris atau pamor. Nah kombinasi  berbagai komponen ini menghasilkan sejumlah bentuk standar atau dhapur keris yang banyak dipaparkan dalam pustaka-pustaka mengenai keris.

 

Keris Indonesia Ditetapkan UNESCO dan Pamor Membangkitkan Citra Diri

Sejatinya, keris merupakan sejenis senjata tikam yang berasal dari Indonesia. Sejak tahun 2005, UNESCO sudah menetapkan keris  sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity milik bangsa Indonesia.

Bagi hampir semua orang di Indonesia mengenal keris sebagai benda yang mmpunyai catatan historis cukup legendaris. Sebut saja di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, dan Yogyakarta memiliki keris dengan kisah atau sejarahnya masing-masing. 

Di Jawa Tengah, keris memiliki bentuk dengan bilahnya yang berkelok-kelok, tetapi ada juga yang bilahnya lurus. Penggunaan keris di daerah Jawa Tengah ditempatkan di bagian pinggang belakang pada masa damai, tetapi saat masa perang ditempatkan di bagian depan.

Adapun di Yogyakarta, keris adalah senjata tajam yang terbuat dari logam dan memiliki bagian-baginan antara lain wilah atau mata pisau, warangka atau sarung dan ukiran atau pegangan keris.

Sementara masyarakat Bali menggunakan senjata tradisional keris untuk membela diri dan mewakili seseorang untuk menghadiri undangan pernikahan. Masyarakat di Bali juga meyakini keris dapat menyembuhkan seseorang dari gigitan binantang berbisa dengan cara merendam keris di dalam air dan air tersebut dioleskan pada bagian gigitan binatang atau diminumkan.  

Pada ukiran keris di Bali bermacam-macam ada yang mempunyai bentuk patung dewa, patung pedanda, penari, raksasa, kepala kuda dan sebagainya, Bahkan gagang keris ada yang terbuat dari kayu, bahkan ada juga yang berhiaskan permata. Keris yang berfungsi sebagai senjata tikam, bukan semena-mena dibuat untuk membela diri dalam olah kanuragan.

Selebihnya, keris lebih bersifat sebagai senjata dalam pengertian simbolis spiritual yakni sipat kandel alias pamor atau pembangkit rasa percaya diri. Memang secara mendalam keris juga diyakini sebagai pembangkit rasa percaya diri, termasuk saat dikenakan sebagai salah satu atribut busana dan perlengkapan yang senantiasa menyertai dalam berbagai uapacara di Jawa dan Bali yang hingga kini sudah merebak ke seluruh penjuru Nusantara.

Beberapa keris juga diyakini memiliki pamor bernuansa magis misalnya pamor udan mas atau dipercaya mendatangkan kekayaan, lalu pamor putri kimurung atau menghindarkan dari bahaya, ada juga pamor panguripan atau untuk mencukup kebutuhan hidup, pamor andom lutut atau menghangatkan hubungan suami istri serta pamor nedhot atau menyebabkan pemakainya selalu gagah.

Dengan penjelasan sejarah, proses pembuatan dan makna keris, tentu saja hadiah khusus bagi para Kepala Negara di KTT G20 Bali pada November mendatang akan memiliki kesan dan pengalaman yang tidak terlupakan dengan Indonesia, sebuah negeri yang kaya, memiliki pusaka adi luhung, sarat makna dengan keindahan alam dan keragamanan budayanya. Bisa dipastikan para kepala negara yang menerima keris sebagai hadiah khusus dan istimewa ini akan diceritakan ke negara masing-masing.