Komisi Bersama ke-6 Korea-Indonesia di Bidang Sains dan Teknologi Kelautan
Marves - Komisi Bersama ke-6 Korea-Indonesia di Bidang Kelautan dan Teknologi telah berhasil diselenggarakan pada Senin, 13 Maret 2023 di Gedung Kemenko Marves, Jakarta. Agenda ini merupakan bentuk komitmen dari kedua negara untuk memperkuat kerjasama di bidang kelautan dan teknologi setelah terbentuknya Implementing Arrangement (IA) antara Kementerian Samudera dan Perikanan Republik Korea (KSP) dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Indonesia pada 9 Mei 2018 lalu. Komisi Bersama antara Korea dan Indonesia ini telah dilaksanakan sebanyak lima kali terhitung dari tahun 2018 dan menjadi agenda tahunan antar dua negara.
Pertemuan ini dihadiri oleh anggota komisi bersama yang terdiri dari perwakilan beberapa institusi Korea antara lain SONG Myeongdal (KSP), KIM Jiin (KSP), KIM Wonkook (Pusan National University), HUR Sungpyo (Jeju National University), HA Kyungsoo (Korean Embassy in Indonesia), KIM Youngduck (Korea Research Institute of Ships & Ocean-KRISO) dan PARK Hansan (Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center-MTCRC), sedangkan delegasi dari Indonesia terdiri dari perwakilan dari Kemenko Marves antara lain Amalyos Chan, Rahmat Mulianda, Firman Trisasongko, Firman Ibnu Sina dan Andreas Hutahaean serta perwakilan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yaitu Ivonne M. Radjawane. Pertemuan ini dibuka dengan sambutan dari Mochammad Firman Hidayat selaku Plt. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves dan sambutan dari SONG Myeongdal selaku Deputi Menteri Kebijakan Kelautan, KSP.
Pada sambutannya Deputi Firman Hidayat menyampaikan bahwa komitmen kerjasama maritim Korea dan Indonesia dimulai saat penandatangan MoU antar dua kementerian (KSP-Kemenko Marves) tahun 2016 dan diperkuat dalam Dialog Maritim Bilateral tahun 2021. Pada kesempatan tersebut, Menko Marves, Luhut B. Pandjaitan menekankan bahwa melalui MTCRC, Korea dan Indonesia telah memperkuat hubungan bilateral maritim kedua negara. “Penting untuk memperluas dan mempertahankan peran dan fungsi MTCRC, pemerintah Indonesia akan mengakui MTCRC sebagai Pusat Riset Kerjasama Internasional resmi Indonesia dan melanjutkan dukungan administratif terhadap MTCRC" Ujar Deputi Firman Hidayat. Deputi Firman juga menambahkan, dalam 5 tahun terakhir, MTCRC telah menunjukkan performa dan pencapaian yang istimewa dalam menyelesaikan permasalahan kemaritiman. Apresiasi terhadap komitmen dan kerja MTCRC juga disampaikan oleh Deputi SONG Myeongdal dalam sambutannya “Korea-Indonesia MTCRC membuat pencapaian yang istimewa sebagai jantung kerja sama antara kedua negara dalam lima tahun terakhir bahkan dalam situasi keterbatasan pandemi Covid-19” ujar Deputi SONG. Dalam sambutannya, Deputi SONG juga mengharapkan delegasi dari kedua negara dapat saling bertukar opini dan terus mendukung MTCRC sebagai titik fokus dalam kerja sama kelautan antara Indonesia dan Korea. Pada kesempatan ini Deputi SONG dengan hormat meminta kelanjutan dukungan yang telah diberikan oleh Kemenko Marves untuk memperkuat kerja sama bilateral di sektor maritim. Demikian juga, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Korea akan menunjukkan dukungan yang sama untuk memenuhi tujuan ini.
Direktur Korea MTCRC, Dr. PARK Hansan, dalam kesempatan ini melaporkan aktivitas MTCRC kepada seluruh anggota komisi bersama yang dimulai dengan penyampaian status, aktivitas utama, aktivitas spesial, serta status anggaran MTCRC. Selanjutnya, Dr. PARK Hansan menyampaikan tinjauan rencana kegiatan MTCRC yang dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu platform kerjasama, penelitian bersama, peningkatan kapasitas, serta implementasi proyek Official Development Assistance (ODA). Direktur MTCRC, Dr. PARK Hansan menyampaikan bahwa terdapat dua proyek baru yang akan diluncurkan untuk implementasi ODA Project tahun 2023, yaitu Integrated Capacity Building dan Smart Aquaculture.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dimoderatori oleh Andreas Albertino Hutahaean, Analis Kebijakan Ahli Madya pada Asisten Deputi Pengelolaan Ruang Laut dan Pesisir. Terdapat tiga poin penting yang diangkat oleh para delegasi pada sesi diskusi. Poin pertama adalah mengenai isu perubahan iklim dan inisiasi proyek karbon biru. Indonesia memiliki ekosistem karbon biru yang luas dan beraneka ragam dengan potensi karbon mencapai 3,4 Giga Tons (GT) atau sekitar 17% dari karbon biru dunia. Dengan potensi karbon yang besar ini, Indonesia diharapkan dapat memperluas kerjasama berbasis kelautan sebagai bentuk upaya mitigasi perubahan iklim. Deputi Firman Hidayat menyampaikan bahwa Korea dan Indonesia perlu memperkuat kerja sama seperti dalam bentuk riset bersama maupun proyek kolaboratif lainnya terkait perlindungan dan perluasan ekosistem karbon biru dalam rangka mendukung pencapaian Zero Net Emissions.
Isu kedua yang diangkat dalam pertemuan ini adalah ekonomi biru yang berkelanjutan, Sistem Informasi Geografis (SIG), dan Perencanaan Spasial Kelautan. Indonesia disebut berkomitmen terhadap pengelolaan laut berkelanjutan yang menyeimbangkan aspek keamanan pangan dan tujuan bisnis dengan aspek keberlanjutan dan dampak jangka panjangnya pada ekologi laut. Para delegasi menyampaikan bahwa dengan luasnya area perairan di Indonesia, kerjasama di bidang pemanfaatan teknologi terkait perencanaan spasial kelautan seperti SIG dan analisis penginderaan jauh dapat mempercepat pencapaian pengelolaan kelautan yang lebih baik di Indonesia. Korea yang memiliki banyak pencapaian dalam kemajuan teknologi dianggap menjadi partner kerja sama yang sangat tepat untuk mendukung pembangunan ekonomi biru di Indonesia. Isu ketiga yang juga dianggap penting dalam pertemuan kali ini adalah peningkatan kapasitas dan teknologi budidaya kelautan, serta memperluas cakupan kerjasama di bidang Biologi Kelautan juga diperlukan untuk mendukung program tersebut. Korea dan Indonesia diharapkan dapat bersama-sama memimpin pengawalan isu perubahan iklim di seluruh dunia.
Agenda diakhiri dengan penutup dari Deputi Firman Hidayat yang menekankan untuk melanjutkan dan memperluas peran MTCRC sebagai titik fokus kerja sama. Deputi Firman juga berharap agar diskusi dalam agenda komisi bersama dapat memberikan pencerahan bagi kedua pihak untuk bekerja bersama dan saling membantu untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) ‘Life Below Water’. Selanjutnya juga disampaikan oleh Deputi SONG Myeongdal bahwa Kementerian Samudera dan Perikanan Republik Korea (KSP) mengajak Kemenko Marves untuk melanjutkan dukungan yang telah diberikan dalam mencapai penguatan kerjasama bilateral dalam sektor maritim. Demikian pula, KSP akan memberikan dukungan yang sama untuk mencapai tujuan ini.