Koordinasi Kemenko Marves Komitmen Melindungi Keanekaragaman Hayati Tingkatkan Ketahanan Komunitas
Marves - Jakarta, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Nani Hendiarti bersama dengan Astrazeneca Indonesia menyelenggarakan sesi tematik dengan tema Nature Conservation Biodiversity Protection for Today & Future Generations, dengan dihadiri oleh Wakil Menteri Kesehatan sebagai keynote speech dan melibatkan pembicara dari sektor pemerintah dan swasta terutama dari sektor kesehatan" dalam acara Indonesia Sustainabilty Forum (ISF) 2023 di Jakarta, Kamis (7/9).
Ibu Nani bicara mengenai komitmen Indonesia dalam melindungi dan memulihkan keanekaragaman hayati Indonesia. Ia menyampaikan dengan melindungi habitat alami kita dan spesies yang menghuninya, kita tidak hanya menjaga keseimbangan ekologi tetapi juga mengurangi risiko penularan penyakit dan meningkatkan ketahanan komunitas kita terhadap tantangan kesehatan di masa depan.
"Upaya kami untuk melindungi keanekaragaman hayati lebih dari sekadar perlindungan; itu termasuk restorasi. Memulihkan ekosistem yang rusak dan merehabilitasi habitat merupakan bagian integral dari strategi kami. Kemitraan antara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan AstraZeneca, yang bertujuan untuk menanam 20 juta pohon dan mendorong agroforestri pada tahun 2025, merupakan langkah lain menuju keberlanjutan dan pengendalian emisi," ungkap Deputi Nani pada Panel Sesi 1 bertopik "The Role of Ecosystem Restoration in Enhancing Biodiversity and Human Health”.
Disamping itu, Kemenko Marves juga berkolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk mempercepat rehabilitasi mangrove di seluruh Indonesia dengan target 600.000 hektar hingga tahun 2025. Untuk mencapai konservasi dan restorasi keanekaragaman hayati yang efektif memerlukan komitmen, sumber daya, dan kerja sama berkelanjutan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk komunitas lokal, dunia usaha, dan komunitas internasional," tambah Deputi Nani.
Selanjutnya, Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono yang merupakan keynote speaker menyampaikan bahwa “Delapan miliar manusia yang hidup di bumi saat ini sangat tergantung pada keanekaragaman hayati yang menyediakan kebutuhan dasar manusia, diantaranya makanan, air, energi, obat-obatan, dan bahan lain yang dibutuhkan manusia untuk berkembang. Namun, pesatnya perkembangan yang dilakukan manusia turut menghadirkan konsekuensi yang mengganggu keanekaragaman hayati”.
Menurut Pak Dante, polutan penyebab polusi udara disebabkan akibat kendaraan bermotor, pemanfaatan energi fosil (batu bara), industri, dan debu konstruksi. Berbagai aktivitas tersebut merupakan konsekuensi dari ekspansi aktivitas manusia yang dapat mengakibatkan kerusakan keanekaragaman hayati dan mengakibat tingginya kejadian penyakit respirasi, seperti ISPA dan asma. Dalam hal ini Pak Dante sangat mengapresiasi adanya acara ini karena telah menyatukan berbagai pemaku kepentingan dari sektor Kesehatan untuk membahas sebuah isu yang perlu dihadapi bersama, yaitu perubahan iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati.
Presiden Astrazeneca Indonesia, Sewhan Chon, menyampaikan bahwa perlindungan lingkungan, transparansi, dan berkelanjutan adalah semua aspek penting dari praktik bisnis dan perilaku individu.
Asdep Pengelolaan DAS dan Konservasi SDA, Saleh Nugrahadi, dalam penutupnya menyampaikan bahwa air juga sangat penting untuk keanekaragaman hayati (biodiversitas), sehingga pelestarian dan perlindungan sumber air menjadi sangat penting. Pak Saleh mengajak para peserta untuk dapat hadir dalam Forum Air Dunia (World Water Forum) yang akan dihost Indonesia pada Mei 2024 yang akan datang.
Kemudian para pembicara dan peserta menandatangani pledge sebagai simbol komitmen kolboratif, untuk mendorong semua pihak, baik pemerintah, industry, fasilitas Kesehatan, dan organisasi lain yang hadir, dalam mendukung keberlanjutan sektor kesehatan di Indonesia dan mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas bisnis.
Biro Komunikasi
Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi
No.SP-197/HUM/ROKOM/SET.MARVES/IX/2023