Listrik, Cahaya Harapan Petambak Udang Bratasena

Listrik,  Cahaya Harapan Petambak Udang Bratasena

Lampung -- Masalah yang dihadapi oleh  mitra petani tambak udang adalah pasokan listrik yang tidak memadai. Pasokan listrik yang dimiliki tidak cukup untuk memberikan tenaga untuk memompa air ke 3 ribu hektar lebih  tambak udang yang ada .

Masalah listrik sudah ditanggapi  positif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa. Asisten Deputi Mineral, Energi, dan Non-Konvensional,  Amalyos menuturkan  “Langkah pertama yang kita lakukan yaitu cari solusi, dengan melakukan peninjauan langsung.  Tidak hanya rapat diatas kertas.  Saya lihat secara langsung mulai dari perumahan masyarakat yang dekat dengan perumahan pegawai, setelah itu kami lihat tambak udangnya. Kami berfikir tidak ada kendala karena dari segi adminitrasi dan regulasinya  sudah mendukung."

Amalyos juga mengutarakan bahwa  petambak udang mendapatkan proteksi subsidi koneksi dan ini dapat di bawa ke payung hukum. "Saya berharap nanti apa yang sudah kita sepakati dari segi regulasi dan yang sudah dinegosiasi kita cek ke lapangan.  Kita tidak bisa menunggu terlalu lama. PLN mempunyai rencana yang lebih matang untuk jangka panjangnya, dan sebagai operator mereka mempunyai beberapa hal yang harus dipatuhi.”

Menyikapi masalah dan kendala listrik di tambak udang tersebut  tersebut Direktur Utama PT. Central Pertiwi Bahari, Arman Zakaria Diah menyampaikan  “Keperluan kita pada listrik ini sangat besar karena untuk budidaya udang  membutuhkan tenaga listrik. Mudah mudahan progressnya dari hari kehari semakin mengerucut, mungkin ada  langkah-langkah yang akan di ambil dan mudah-mudahan terealisir pada waktu yang tidak begitu lama. “

Petambak yang adapun  masih bertahan dan berharap walaupun kondisi sekarang kurang memadai karena kendala pasokan listrik pada pompa-pompa tambak udang. Seperti dituturkan Cokro selaku ketua forum kerukunan komunikasi  petambak udang bratasena Tulangbawang lampung. “Ada tiga hal yang ingin kami sampaikan, hal pertama yang akan saya sampaikan secara riil kondisi yang ada terdapat di pertambakan ini sunyi dan senyap. Banyak rumah yang kosong karena yang punya harus cari makan, ada tetangga yang panen padi dia ikut panen padi, ada  yang panen tebu dia juga ikut panen tebu. Ini sangat memprihatinkan dan sampai saat ini banyak permasalahan yang timbul. Usaha kami selama 20 tahun ini terancam tidak bisa berjalan. Tambak sekitar 3000 sekian petak (hektare) hari ini hanya 40% yang masih berjalan. Kedua masalah sosial. Tidak ada listrik terpaksa menunggu hujan, karena tidak ada sumber air. Jika semua ini bisa difasilitasi maka potensi tambak akan  berkembang kembali"

Cokro menjelaskan bahwa dulu tambak mencapai belasan ton perpetak, "Saya tidak muluk muluk apabila tambak mencapai 5/7 ton, saya yakin akan seperti Jakarta makmurnya. Saya sangat berharap yang dulunya menjadi primadonna, saat ini terlihat mati suri akan hidup kembali karena potensi ini sangat memungkinkan."

Cokro juga menjelaskan harapannya mengenai kendala pasokan listrik yang sedang dihadapi petambak udang, "Yang terakhir yaitu  listrik PLN bisa terealisasi secepatnya, baik dengan sutet atau pembangkit tenaga sendiri.”

Tanggapan dari PLN Lampung sendiri terhadap pasokan listrik untuk petambak udang bratasena masih perlu kordinasi dengan pihak terkait.

Manager Perencana PT PLN Lampung Agus Iwan memaparkan, “Untuk survey sudah kita lakukan, dipertengahan semester satu ini sudah dapat dilakukan pembebasan lahan.  Satu cluster kita hitung hingga 500 kw. Total 20-22.000 mega watt ".

Petambak udang menginginkan budidaya udang Tulangbawang terus berlanjut. Harapan berikutnya adakah harapan pada pemerintah terkait kebutuhan pasokan listrik. Kebutuhan oksigen melalui kincir dan pompa-pompa membutuhkan listrik. Pemenuhan kebutuhan listrik akan menghidupkan tambak kembali.