Masalah AMDAL dan Pembebasan Lahan Bandara NYIA Kulonprogo dikebut Penyelesaiannya

Masalah AMDAL dan Pembebasan Lahan Bandara NYIA Kulonprogo dikebut Penyelesaiannya

Maritim-Semarang, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) menyatakan akan terus mengupayakan penyelesaian secara menyeluruh permasalahan mengenai, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Infrastuktur Kemenko Maritim Ridwan Djamaludin usai memimpin Rapat Koordinasi Pengembangan Pelayaran Jalur Selatan Pulau Jawa bersama 7 perwakilan Kabupaten terkait.

“Tadi tim kita meninjau kesana, memang permasalahan belum sepenuhnya selesai, tapi itulah tugas kita. Dan yang kita lakukan itu untuk mencari tahu informasi di lapangan perihal masalah-masalah apa saja yang masih menghambat. Tadi AMDAL juga belum sepenuhnya selesai, dalam waktu dekat kita akan undang pihak terkait masalah AMDAL ini,” ujarnya saat diwawancarai di Hotel Ciputra, Semarang, Selasa malam (10/10).

Kemudian, mengenai persoalan pembebasan lahan yang juga belum sepenuhnya selesai, Ridwan menegaskan akan mengejar penuntasan pembebasan lahan itu hingga 100 persen.

“Dan pembebasan lahan kita kejar sepenuhnya hingga 100 persen, karena tak bisa kalau tidak 100 persen, itupun masih dalam proses. Untuk pembebasan lahan akan terus kita monitor, kalau tidak ada masalah kita lihat dulu prosesnya, semoga tidak ada hambatan. Angkasa Pura akan kita bantu fasilitasi untuk menyelesaikan masalah pembebasan lahan,” pungkasnya.

Letak geografis Bandara NYIA Kulonprogo di Selatan Pulau Jawa rawan bencana gempa bumi dan tsunami, namun Pemerintah Pusat sangat memperhatikan hal ini dan telah menyiapkan dan memiliki berbagai opsi mitigasi bencana yang akan diimplementasikan dalam pembangunan Bandara NYIA Kulonprogo. Bahkan beberapa waktu lalu, Kemenko Maritim bersama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Sekretariat Kabinet (SETKAB), Pemerintah Daerah dan Perwakilan Masyarakat serta para Akademisi sudah menyelenggarakan workshop Potensi Bahaya Gempa Bumi dan Tsunami beserta Metode Mitigasinya di Universitas Gajah Mada, DIY. Kesimpulan yang dihasilkan dari workshop tersebut adalah adanya berbagai opsi yang meliputi, kekuatan bandara yang tahan gempa, penerapan gumuk-gumuk pasir, penanaman cemara udang dan mangrove dan yang tidak kalah penting adalah, sosialisasi mitigasi bencana kepada para warga agar cepat tanggap bila menghadapi bencana.

Selanjutnya, dengan selesainya pembangunan NYIA tahap pertama diharapkan tahun 2019 mulai dapat dioperasikan. Dengan beroperasinya bandara NYIA dapat dipastikan akan mengurangi beban bandara Adi Sutjipto yg sudah over capacity.***