Memburu Pesona 'Blue Fire' di Kawah Ijen
Maritim - Pemerintah fokus mempromosikan keindahan alam guna membangkitkan pariwisata Indonesia. Salah satu geo wisata yang berpotensi menjadi andalan ada di Banyuwangi, yakni Kawah Ijen. Yang menarik, di kawah ini pengunjung bisa menikmati pesona 'Blue Fire'.
Tim Kemenko Maritim Keindahan sempat membuktikan pesona 'Blue Fire' di Kawah Ijen yang terletak di antara tiga kabupaten yaitu Bondowoso, Banyuwangi dan Situbondo, belum lama ini.
Rombongan terdiri dari Kabag Program Deputi Bidang SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Rofi Alhanif, Kasubag Publikasi Humas Kemenko Maritim dan Sumber Daya Khairul Hidayati, Staf Humas Maritim Ilma Nurweli. Sedangkan tim website Maritim diwakilkan Oddy Karamoy dan seorang wartawan dari media nasional Muhammad Iqbal.
Keindahan Blue Fire Kawah Ijen dapat disaksikan sebelum munculnya matahari pagi. Sehingga, Tim Kemenko Maritim bergerak dari Hotel Santika yang terletak di Jalan S. Parman No 15, Banyuwangi sekitar pukul 00.30. Tak memakan waktu yang cukup lama, tim sudah tiba di Kawah Ijen pukul 01.33 dini hari.
Untuk diketahui, Kawah Ijen secara geografi terletak di Koordinat 8,058°LS dan 114,242°BT. Di bagian utara berbatasan dengan hutan lindung Gunung Remuk dan sebelah Barat berbatasan dengan jalan lintas Banyuwangi-Bondowoso.
Sementara itu, di bagian selatan berbatasan dengan Sungai Banyu Linu dan batas sebelah timur adalah lereng Gunung Merapi. Kawah Ijen sendiri berada di komplek Gunung Ijen yang mempunyai ketinggian 2.386 meter di atas permukaan laut.
Dengan lokasi yang cukup tinggi kawah, bisa dipastikan suhu udara cukup dingin, yaitu berkisar antara 13 derajat celcius. Bahkan pada musim-musim tertentu suhu di tempat ini bisa mencapai suhu 0 derajat celcius.
Gunung Ijen sebenarnya telah meletus beberapa kali. Yaitu pada tahun 1796, 1817, 1913 dan 1936. Pada tahun 2011 hingga 2012, Gunung ini sempat ditutup sementara karena mengeluarkan gas beracun yang cukup berbahaya bagi manusia.
Untuk melawan hawa dingin Kawah Ijen tersebut, tim membeli sarung tangan, slayer dan topi kupluk yang harganya kisaran 20-25 ribu per item. Penjual menjajakan dagangannya oleh di seputar parkiran kawah ijen. Sementara untuk mengurangi bau belerang yang cukup menyengat, tim maritim membelu masker.
Sudah siap semua, jangan lupa membeli tiket masuk. Harganya cukup murah, Rp7.500 per orang. Setelah melengkapi beberapa persyaratan standar menuju Kawah Ijen, Tim Maritim mulai mengayunkan kaki tepat pukul 02.00.
Sebenarnya, untuk mencapai lokasi wisata Kawah Ijen dapat ditempuh dari dua arah yaitu. Pertama melalui jalur utara, bisa di tempuh melalui Kabupaten Situbondo-Bondowoso-Wonosari-Desa Sempol-Paltuding. Jarak dari Situbondo ke Pos Paltuding sekitar 93 Km dan dapat ditempuh sekitar kurang lebih 2,5 jam.
Yang kedua melalui jalur selatan, yaitu melalui Kota Banyuwangi-Desa Licin-Paltuding dengan jarak total tempuh sekitar 40 km dari Banyuwangi.
Kondisi jalan dari pos perizinan menuju Kawah Ijen ini cukup ekstrim, berkelok dan curam. Sehingga, Tim Maritim sempat istirahat untuk mengatur nafas sebanyak tiga kali. Ada hal yang menarik saat tim menuju Kawah Ijen.
Tampak seorang ibu berusia sekitar 40-an berbadan sedikit gemuk naik di atas gerobak dan ditarik oleh dua orang.
Ternyata, ada beberapa penduduk yang bekerja sebagai penambang di seputar kawah ijen menerima jasa menarik gerobak naik maupun turun. Untuk naik maupun turun biasanya sesorang harus merogoh kocek sebesar Rp50.000 sampai Rp100.000.
"Capek juga," kata kata Ida dan Ilma, dengan langkah gontai sambil terengah-engah sebelum istirahat sejenak.
Setelah melalui perjuangan yang cukup melelahkan, Tim Maritim tiba di kawah Ijen pukul 04.35. Sekitar 400-an pengunjung nampak bertebaran disekeliling Kawah Ijen. Mereka terdiri dari muda-mudi dan orang tua.
"Capeknya langsung hilang," kata Kabag Program Deputi Bidang SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Rofi Alhanif saat menjajaki kakinya di bibir Kawah Ijen.
Sayang sungguh sayang. Tim Maritim belum mendapat kesempatan untuk mengabadikan Blue Fire Kawah Ijen Banyuwangi yang sudah menghebohkan dunia. Pasalnya, kabut tebal menyelimuti kawah serta bau belerang yang begitu menyengat. Sehingga, pandangan mata tak dapat menembus pekatnya kabut.
Untuk mengurangi rasa kecewa, akhirnya, tim maritim menunggu mentari pagi menghangatkan diri di sekitar Kawah Ijen. Saat tubuh mulai terasa hangat, tanpa membuang waktu Tim Maritim langsung welfie dengan latar Kawah Ijen.
Saat pagi hari, Danau Kawah Ijen yang berwarna hijau tosca kebiruan dengan cahaya matahari berwarna keemasan memantul dari permukaan kawah. Sungguh pesona alam yang menakjubkan.
Di lokasi wisata Kawah Ijen terdapat sebuah tambang belerang, di mana para wisatawan bisa melihat aktivitas para penambang belerang (Ijen Minner) memikul belerang menyusuri jalan sempit nan curam dan dipenuhi oleh gas beracun.
Yang paling menarik adalah bahwa pada Danau Kawah bisa memproduksi sekitar 36 juta m3 belerang dan hidrogen klorida.
Akhirnya, tepat pukul 07.00 Tim Maritim meninggalkan Kawah Ijen kembali ke Hotel Santika untuk persiapan kembali ke Jakarta.
"Pesona Kawah Ijen yang menggoda," teriak Tim Maritim sambil meninggalkan Kawah Ijen dan mengakhiri penelusuran.
(Odd/Arp)