Menikmati Embun Pagi Di Borobudur
Borobudur memang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Sebagai candi terbesar di dunia, membuat setiap orang berdecak kagum bila melihat candi ini dari dekat. Apalagi menikmati suasana Borobudur di pagi hari.
Tak heran kemudian, para traveller dan para fotografer selalu ingin berburu menikmati sunrise di Borobudur.
Duduk dengan udara dingin yang menggigit dan mengintip sang surya malu-malu bersinar dari balik Gunung Merapi yang masih diselimuti kabut pagi.
Aroma pagi hari yang segar sangat sempurna dalam balutan nuansa keajaiban warisan sejarah Indonesia menjadi pengalaman yang takan terlupakan.
Bulan Mei hingga Juli merupakan waktu yang tepat untuk menikmati moment ini mengingat cuacanya sedang cerah.
Secara perlahan kita dapat melihat bagaimana sang surya naik di langit perlahan-lahan dari balik Merapi di pagi hari, warnanya jingga berpendar alam warna ungu kebiru-biruan.
Warna-warna itu terlihat indah di atas batu-batu candi yang berwarna abu-abu kehitaman. Warna kemerahan pun hadir di ufuk timur disambut stupa dan patung Budha yang monumental. Batu-batu ikut berpendar kemerahan menunjukkan wajah damai Sang Budha.
Berada di candi yang pernah masuk Guinness World Records sebagai candi terbesar di dunia ini berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat, berukuran 123 x 123 meter.
Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya.
Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia.
Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.
Borobudur pertama kali diketahui dari naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, disebutkan tentang biara di Budur. Tidak sampai di situ, keberadaan Candi Borobudur juga tidak bisa dipisahkan dari sejarah Indonesia.
Jika menengok ke buku sejarah, disebutkan kalau Borobudur dulunya dibangun oleh Samaratungga, raja di era Kerajaan Mataram kuno yang juga keturunan dari Wangsa Syailendra pada abak ke-8.
Prof. JG. De Casparis berdasarkan Prasasti Karang Tengah yang menyebutkan tahun pendirian bangunan ini, yaitu Tahun Sangkala: rasa sagara kstidhara, atau tahun Caka 746 (824 Masehi), atau pada masa Wangsa Syailendra yang mengagungkan Dewa Indra.
Keberadaan Candi Borobudur malah baru terungkap pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stanford Raffles.
Saat ditemukan Candi Borobudur sudah dalam kondisi hancur dan terpendam di dalam tanah. Dari perjalanan sejarah itu juga disebutkan kalau Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar pada abad ke-9. Jika ingin menikmati keindahan Borobudur, cobalah untuk berkeliling.
Di setiap sudut bangunannya akan terlihat pemandangan patung Buddha dengan latar gunung dan bukit-bukit yang indah.
Candi Borobudur jauh lebih indah ketimbang Angkor Wat di Kamboja. Sangat pantas jika Borobudur ini menjadi identitas bangsa Indonesia, apalagi saat ini pemerintah tengah mengembangkan sepuluh kawasan pariwisata, seperti Candi Borobudur, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo, Mandalika, Pulau Komodo, Wakatobi, dan Morotai.
Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional diharapkan meningkat menjadi lima persen dan menciptakan lapangan kerja untuk 11,7 juta orang. Pada tahun 2015, pencapaian di pariwisata adalah 10 juta wisatawan mancanegara, wisatawan Nusantara 255 juta orang, dan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional sebesar empat persen.
Sedangkan, devisa yang dihasilkan adalah sebesar Rp 155 triliun, pembukaan lapangan kerja untuk 11,3 juta orang, dan Indeks Daya Saing terdongkrak 20 poin menjadi 50 dari 141 negara.
Maritim/Galuh/Arp