Menko Luhut: Sudah Saatnya Negara-Negara AIS Mewujudkan Komitmennya
Manado - Menko Bidang Kemaritiman dan investasi Luhut Pandjaitan mengatakan bahwa negara-negara di wilayah Pasifik dimudahkan oleh budayanya yang optimistis, adaptif dan inovatif untuk bisa mewujudkan komitmennya.
"Sekaranglah waktunya untuk mentransformasikan komitmen menjadi aksi untuk menciptakan masa depan yang terbaik bagi para generasi muda,” ujar Menko Luhut saat menutup pertemuan negara-negara Forum Negara Kepulauan dan Negara Pulau (AIS) di Manado, Jumat (1-11-2019).
Menurut Menko Luhut, banyaknya bencana alam yang terjadi seperti kebakaran hutan, angin topan, kekeringan, atau pemutihan karang dan polusi laut, yang sebagian besar terjadi karena ulah manusia, dibutuhkan tindakan pencegahan segera yang dilakukan bersama. "Karena sebagian besar negara anggota adalah negara kepulauan maka tindakan pencegahan harus segera dilakukan," tegasnya.
“Tugas kita bukan hanya ini, karena sebagian besar masyarakat kita masih hidup dibawah garis kemiskinan, tidak ada pilihan lain selain membuat inovasi dan solusi cerdas dalam mitigasi dan adaptasi. Inovasi ini saya harap dapat direplikasi sesuai dengan konteks masing-masing negara,” ujar Menko Luhut.
Untuk itu menurutnya Indonesia siap berkontribusi pada trust fund yang rencananya akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek perubahan iklim pada forum ini.
Forum ini diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dengan dukungan dari United Nations Development Program (UNDP) pada November tahun lalu.
Beranggotakan 41 negara pulau dan 6 negara kepulauan dari kawasan Pasifik Selatan, Karibia, Asia, Afrika, dan Eropa, forum ini mewadahi kerja sama konkret dengan fokus pada empat area kolaborasi yakni blue economy, mitigasi perubahan iklim dan bencana, polusi laut akibat sampah plastik, dan good ocean and maritime governance. Kolaborasi tersebut melibatkan sektor swasta, masyarakat sipil, serta akademisi.
Menko Luhut mengatakan ia gembira karena dalam forum tahun ini diselenggarakan juga pertemuan, pelatihan dan pameran bisnis startup yang banyak diikuti oleh generasi millenial.
"Ini membuka ruang kerjasama baru bagi sesama negara-negara anggota, pelaku bisnis juga generasi muda,” katanya. Selain itu pemilihan tema utama wisata laut pada bisnis forum ini sudah sesuai dan relevan dengan situasi dan kondisi negara-negara anggota.
Dalam kesempatan tersebut, Menko Luhut memperkenalkan Calvin Perdana Putra, seorang CEO startup bernama Wujudkan. Lewat startup nya Anak muda berusia 21 tahun ini berhasil mendapatkan investasi sebesar USD 22.000 saat impact pitching di sela-sela event Tingkat Pejabat Tinggi Forum AIS. Menko Luhut sempat memuji kiprah Calvin yang bersama dengan rekan-rekannya berhasil membangun sistem teknologi pengairan yang mampu menjadi solusi kekeringan bagi wilayah yang sulit air.
Kemudian, Christophe Bahuet, Kepala Perwakilan United UNDP Indonesia mengatakan UNDP secara global dan di Indonesia berkomitmen pada Sasaran Pembangunan Berkelanjutan dan SDGs sangat banyak tertanam dalam Forum AIS, khususnya SDG ke-13 tentang Aksi Iklim dan SDG ke-14 tentang Kehidupan di bawah air.
“Forum AIS telah menjadi wahana bagi kami untuk mencapai SDGs, UNDP juga menekankan pentingnya inovasi dan kemitraan dan semangat ini sangat terpilih kembali dalam karya-karya Forum AIS ” ujarnya.
Bilateral
Dalam pertemuan bilateral dengan Emil Tammur, Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Papua Nugini Menko Luhut berbagi pengalaman Indonesia dalam mengelola investasi asing.
"Kami ingin belajar banyak dari Indonesia dalam memajukan sektor pariwisata. Karena kedua negara kita berbatasan langsung, kita mempunyai budaya yang hampir sama dan mungkin juga problem yang sama,” ujar Mr. Tammur.
Menko Luhut menyarankan untuk hanya fokus pada pengembangan satu atau dua kota saja dalam satu waktu seperti yang dilakukan Indonesia dengan 5 Bali barunya. Ia juga menyarankan kerjasama investasi dengan asing dilakukan dengan skema B to B tidak dengan skema G to G.
Menko Luhut menyampaikan empat syarat yang diberikan kepada investor asing yaitu pertama, teknologi yang dibawa suatu negara ke Indonesia harus ramah lingkungan. Kedua, investasi tersebut harus memberikan nilai tambah bagi Indonesia. Ketiga, investor harus mengutamakan tenaga kerja lokal.
“Jika belum bisa digantikan oleh tenaga kerja Indonesia, investor harus membangun politeknik atau akademi yang lulusannya dapat menggantikan tenaga kerja asing tersebut. Seperti yang dilakukan di Morowali. Tenaga kerja asing hanya diperbolehkan maksimal di empat tahun pertama saja,” jelas Menko Luhut. Keempat, Investor harus melakukan transfer teknologi ke Indonesia.
Dalam perbincangan dengan Xanana Gusmao, Mantan Presiden Timor Leste itu meminta Indonesia untuk tidak menutup perbatasan. “Tidak ada rencana Indonesia untuk menutup perbatasan dengan Timor Leste,” jawab Menko Luhut.
Mr. Gusmao yang kini menjadi Menteri Perencanaan Strategis Timor Leste juga mengusulkan kerjasama kedua negara dalam bidang perikanan.
“Kami usul jika ikan yang ditangkap di wilayah perbatasan Indonesia diekspor melalui Timor Leste untuk mengisi kuota ekspor kami,” kata Mr. Gusmao
Menko Luhut merespon bahwa hal ini bisa saja dilakukan tetapi RI dan Timor Leste harus menyelesaikan permasalahan perbatasan tersebut lebih dahulu.
[gallery size="full" ids="42842,42843,42844,42845,42846,42847"]