Menko Luhut: Tidak ada yang bisa meramalkan kapan terjadi erupsi, koordinasi terus dilakukan
Maritim-Jakarta, Menko Luhut memastikan pemerintah terus melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap kondisi Gunung Agung di Bali walaupun menurutnya tidak ada yang bisa meramalkan kapan erupsi akan terjadi. "Laporan terakhir dari lapangan maupun dari hasil pantauan vulkanologis memang itu ledakan-ledakan dari dalam itu cukup serius, tapi belum ada atau kita tidak dapat meramalkan kapan akan terjadi erupsi," ujarnya saat meninjau Gunung Agung Command Center di Kementerian Perhubungan, Jakarta pada Selasa (28/11). Ia menambahkan bahwa pemerintah dan lembaga terkait selalu melakukan kontak terus-menerus selama 24 jam. Hal ini, tambahnya, bertujuan untuk memberi informasi yang sebenarnya kepada masyarakat. "Belum ada lemparan-lemparan batu-batuan sampai hari ini. Jadi kalau ada informasi itu adalah informasi yang menyesatkan. Media juga saya minta membantu agar tidak menyebarkan berita hoax yang meresahkan masyarakat," ujar Menko Luhut. Dalam sesi video conference dengan pemprov Bali, Gubernur I Made Mangku Pastika, mengatakan kondisi Gunung Agung saat ini masih mengeluarkan hujan abu vulkanik hingga ketinggian 4,000 meter dan tidak terjadi hujan batu. Video Conference dilaksanakan bersama Menhub Budi Karya yang sedang berada di London mengikuti Sidang International Maritime Organization (IMO), Kapolda Bali Irjen Petrus Golose, Kasdam Pangdam Udayana Brigjen TNI Stephanus Tri Mulyono, dan Kepala BMKG Dwi Korita Karnawati. Diropslat Basarnas Brigjen TNI (Mar) Ivan Ahmad Rizki Titus, Kepala BNPB Willem Rampangilei, sama Angkasa Pura I Bandara Lombok dan pihak Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Sedangkan Menko Luhut bersama Menteri Pariwisata, Arief Yahya didampingi Sekretaris Jenderal Kemenhub Sugihardjo berkomunikasi dari Command Center. "Dengan kerja terintegrasi seperti ini mestinya tidak ada masalah yang belum bisa kita tangani. Tentu ada kurang lebih di sana sini, tapi dengan informasi jelas dan memberikan data-data secara bersambung, mestinya makin kecil kemungkinan terjadinya kesalahan," jelas Menko Luhut. Wisatawan Menko Luhut mengatakan, wisatawan juga menjadi perhatian pemerintah. "Pak Menteri Pariwisata, Pak Arief sudah jelas, concern beliau mengenai penanganan turis. Turis itu betul-betul harus diurus dengan benar, tidak boleh turis dipersusah karena ini yang terjadi adalah force majeure,. Kalaupun ada peraturan Menteri ini bisa diubah" kata Menko Luhut. Ia meminta Kemenhub untuk merubah Peraturan Menteri tentang biaya pembatalan tiket maskapai sebesar 10 persen. Sekjen Kemenhub berjanji akan melakukan perubahan tersebut setelah Menhub kembali dari perjalanan dinasnya. TNI, menurut Menko Luhut, sudah bersiap dengan kapal mereka bila diperlukan untuk melakukan evakuasi dari Tanjung Benoa ke Surabaya. "Masalah administrasi dan sebagainya akan kita selesaikan. Nusa Dua yang lokasinya jauh dari Gunung Agung, mungkin saja bisa dijadikan tempat bagi wisatawan yang ingin melihat peristiwa alam ini," kata Menko Luhut. Menurutnya Menpar akan menyiapkan jika ada turis yang bisa mendarat di Banyuwangi dan kemudian naik mobil atau kapal ke Bali. Imigrasi sudah siap, keamanan pun sudah disiapkan. Menjawab apakah sudah ada kepastian kapan Bandara Ngurah Rai akan dibuka kembali Menko Luhut mengatakan itu semua tergantung dari evaluasi kondisi terakhir. "Setiap 3 jam kami dapat informasi setiap 6 jam mereka rapat untuk menentukan. Kami tidak mau mengambil resiko sekecil apapun terhadap keselamatan penerbangan," jawabnya. Pengungsi Ketika ditanya apa yang akan dilakukan pemerintah jika masih ada penduduk di wilayah terdampak yang tidak mau mengungsi, Menko Luhut mengatakan ia sudah berkoodinasi dengan Pemda dan Polda untuk mengangkut paksa. "Kita tidak mau melihat ada korban karena kita tidak tegas menyuruh mereka untuk ikut evakuasi. Kita punya kewajiban moral untuk itu," tegasnya. Gubernur Bali, Pastika pada kesempatan tersebut mengatakan angin yang bertiup ke arah barat daya menyebabkan Bandara masih belum bisa beroperasi. Para penduduk di 22 desa terdampak yang semuanya berjumlah 40 ribu sudah dievakuasi ke di 217 titik. Pengungsi terbanyak berada di Karangasem. Karena bangunan permanen masih bisa menampung, belum ada yang tinggal di tenda, walau begitu pemerintah telah menyiapkan tenda-tenda. Kondisi kesehatan mereka terpantau masih baik. Menurut Gubernur Bali, logistik seperti beras, makanan juga telah disalurkan untuk mereka masak sendiri. Kompor dan gas sudah disalurkan ke dapur-dapur darurat di lapangan sudah juga disiapkan oleh aparat Kodam. Ia mengatakan jumlah potensial pengungsi seluruhnya dari 22 desa bisa meningkat hingga 70 ribu orang.