Menko Luhut Undang Investor Teknologi Energi Bersih dari Denmark
Maritim—Jakarta, Menko Maritim Luhut B. Pandjaitan secara khusus mengundang Perdana Menteri Denmark Lars Løkke Rasmussen untuk menarik investor di sektor teknologi bersih dari negaranya. Penawaran tersebut diungkapkan oleh Menko usai menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) bantuan pemerintah Denmark kepada pemerintah Indonesia di Museum Bahari, Jakarta, Selasa (28/11).
Kepada PM Denmark, purnawirawan jenderal ini menceritakan mengenai program pengolahan sampah menjadi energi yang sebelumnya sudah dikerjakan oleh pemerintah Indonesia. “Sudah ada delapan kota besar di Indonesia yang mengolah sampah menjadi sumber energi. Masing-masing kota mampu menghasilkan sekitar 40-60 megawatt listrik dari sampah, tutur Menko Luhut. Selain itu, tambahnya, pemerintah juga telah melakukan percobaan pencampuran sampah plastik dengan aspal di lima kota di Indonesia.
PM Denmark menyambut baik kesempatan untuk berinvestasi di Indonesia dengan teknologi baru di bidang energi bersih. “Denmark adalah salah satu contoh bagus dalam peningkatan pertumbuhan karbon hijau karena telah mengembangkan teknologi manajemen sampah,” ujarnya. Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, lanjut Rasmussen, Denmark mampu mengurangi konsumsi energi fossil.
Lebih jauh, Menko Luhut menegaskan bahwa penanganan sampah plastik di laut serta manajemen sampah di darat telah menjadi agenda prioritas pemerintah. “Dalam waktu lima tahun, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menganggarkan US$ 1 Miliar dan mengumpulkan lebih banyak sumberdaya untuk mengatasi masalah kelautan termasuk peningkatan penanganan sampah darat dan penguatan kapasitas di kota-kota pesisir,” bebernya.
“Karena itu kami sangat mengapresiasi bantuan dunia internasional dalam mengatasi masalah ini,” ujarnya menyinggung kembali mengenai bantuan pemerintah Denmark. Sampah laut, menurut mantan Menko Polhukam ini, menjadi prioritas pemerintahan Presiden Jokowi karena dampaknya yang luar biasa. “Jadi ini kita angkat sekarang karena ini (sampah plastik) berbahaya buat generasi yang akan datang. Karena mikroplastik yang dimakan ikan, ikan dimakan ibu hamil itu akan merusak janinnya,”keluhnya.
Pada kesempatan tersebut, PM Denmark Lars Lokke Rasmussen dan Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut B. Pandjaitan menyaksikan penandatanganan persetujuan hibah senilai Rp 11.8 miliar. Melalui Dana Perwalian Laut, Sampah Laut dan Sumberdaya Pesisir atau OMC MDTF yang dikelola oleh Bank Dunia, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman akan mendapatkan berbagai dukungan strategis untuk keseluruhan Agenda Kelautan Indonesia. Pantai dan laut Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian dan budaya negara ini.
Menurut Country Director Bank Dunia, Rodrigo A. Chaves ”Saat ini, dari 1.3 ton sampah yang terbuang di perairan Indonesia, 80% berasal dari sampah padat yang tidak dikelola dengan baik di tingkat kota, khususnya yang berada di kawasan pesisir.” Oleh karena itu, lanjutnya, World Bank bekerjasama dengan Pemerintah Denmark mendukung Kebijakan Maritim Indonesia. Bentuk kerjasama tersebut antara lain pendampingan teknis dan pembangunan kapasitas, koordinasi multi sektor dan melakukan berbagai upaya uji coba yang inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut.
OMC MDTF akan membangun sinergi dengan program dukungan Bank Dunia lainnya termasuk dalam memperbaiki pengelolaan sampah yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia.” Secara global, Bank Dunia memiliki portofolio laut sebesar USD$6.4 Milyar yang digunakan untuk mendukung berbagai negara di dunia dalam hal perikanan yang berkelanjutan, pengelolaan daerah aliran sungai dan akualtur agar dapat mengurangi dampak lingkungan di kawasan pesisir dan laut. (**)