Menko Maritim Ajak Generasi Muda Berinovasi Berantas Sampah Plastik

Menko Maritim Ajak Generasi  Muda Berinovasi Berantas Sampah Plastik

Maritim-Zuidland, Belanda, Menko Maritim, Luhut B. Pandjaitan mengatakan generasi muda di Indonesia harus bisa menciptakan inovasi atau alat yang bisa membersihkan laut Indonesia dari sampah plastik.

“Saya kagum dengan Boyan Slat, yang masih berusia 23 tahun tetapi sudah bisa menciptakan alat ini dan ia berencana mengembangkan alat ini di luar negaranya. Saya berharap ini bisa menginspirasi generasi muda Indonesia, tidak perlu berpikir untuk menciptakan alat-alat canggih, cukup dimulai dengan alat yang sederhana menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar kita," ujar Menko Luhut saat berkunjung ke proyek nirlaba milik Slat, Ocean Cleanup dan meninjau tambak sampah Slat di sungai Bermisse, Zuidland (15/11) waktu setempat.

Saat berkunjung, Menko Luhut mendapat penjelasan dari Slat, ia bertanya apakah alat tersebut bisa menangkap sampah plastik yang sudah berada di lautan?

“Tentu kami akan menyesuaikan jika ada ada permintaan untuk alat tersebut," ujarnya saat memberikan penjelasan bagaimana alat tersebut bekerja.”

Slat berencana meluncurkan alat buatannya ini pada awal tahun depan.

Boyan Slat tidak menyelesaikan pendidikannya di Universitas Delft, ia memenangkan Guinness Book of World Records saat berusia 13 tahun dengan meluncurkan 213 roket bertekanan tinggi secara bersamaan. Tahun 2014 Slat menerima penghargaan lingkungan tertinggi PBB dari Sekjen Ban Ki-moon, terpilih sebagai salah satu pengusaha paling cemerlang di seluruh dunia.

Menko Luhut mengatakan ia mendorong universitas di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam masalah ini.

“Kalau bisa kita buat kompetisi, agar para mahasiswa di mana pun mereka, di Sorong, di Surabaya, di Sumatra untuk menciptakan alat, tidak perlu seperti alat ini, bisa saja lebih sederhana dengan menggunakan teknologi yang mudah digunakan tapi yang penting adalah dampaknya terhadap lingkungan. Bisa menyehatkan laut kita, dan bisa menginspirasi seluruh masyarakat dan generasi muda khususnya untuk menjaga kebersihan laut, terutama dari sampah plastik," ujar Menko Luhut.

Ia meminta generasi muda untuk lebih memikirkan hal-hal yang dapat diaplikasikan, sederhana tetapi punya dampak besar bagi kehidupan masyarakat.

Menteri Infrastruktur dan Pengelolaan Air

Kegiatan Boyan Slat ini menjadi salah satu topik pembicaraaan saat Menko Luhut melakukan pertemuan dengan Cora van Nieuwenhuizen Menteri Infrastruktur dan Pengelolaan Air (Minister of Infrastructure and Water Management) di kantornya di Den Haag, sore harinya. Menteri van Nieuwenhuizen setuju bahwa generasi muda perlu didorong untuk berpartisipasi menjaga lingkungan.

“Yang penting untuk mereka adalah bukan hanya temuannya, tetapi adanya sikap mental dari para anak muda yang memikirkan apa yang harus mereka lakukan terhadap lingkungan mereka," ujar Menteri van Nieuwenhuizen.

Menteri van Nieuwenhuizen mengatakan ia juga baru kembali dari Konferensi Iklim di Bonn dan di sana ia menemukan bahwa adaptasi terhadap perubahan lingkungan itu amatlah dibutuhkan, yang terjadi saat ini menurutnya hanya berbagi ide. Ia berharap Indonesia bisa juga berbagi pengalaman bagaimana negara ini beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Menteri van Nieuwenhuizen menceritakan di Belanda telah didirikan sebuah badan internasional baru yang bertujuan berbagi keahlian dalam beradaptasi dengan perubahan iklim. Global Center of Excellence on Climate Adaptation (GCECA), yang sedang dibangun oleh Belanda dengan dukungan dari Jepang dan program lingkungan PBB ini, akan diluncurkan tahun depan.

“Kami menerima dengan senang hati jika Indonesia bisa ikut berpartisipasi atau berbagi pengalaman dalam menghadapi perubahan iklim," ujar Menteri van Nieuwenhuizen.

Menko Luhut menyanggupi dan mengatakan Indonesia sebagai negara yang mengalami perubahan iklim bisa membantu.

“Laut adalah masa depan kami, laut adalah bagian terbesar dari negara kami.Tahun depan kami akan mengadakan konferensi internasional membicarakan hal ini, tentunya kami juga akan mengundang Belanda. Isu yang kami bicarakan pada Konferensi Iklim juga adalah mangrove, 23% mangrove dunia ada di Indonesia, tahun depan kami ingin menanam mangrove di wilayah utara Jawa, Sebagai negara kepulauann terbesar, saya kira Indonesia memainkan peranan penting dalam siu lingkungan," ujar Menko Luhut.

Data Kementerian LHK menyebut pada tahun 2015 luas mangrove di Indonesia adalah 3.489.140,68 Ha.