Menko Maritim Minta Daerah Seriusi Penanganan Sampah

Menko Maritim Minta Daerah Seriusi Penanganan Sampah
Surabaya—Sampah, merupakan salah satu masalah cukup pelik yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata di Indonesia. Demi mengatasi hal ini, dalam Rapat Koordinasi (Rakor) percepatan gerakan Budaya Bersih dan Senyum di Surabaya, Selasa (6/12), Menko Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan meminta kepala daerah untuk melakukan langkah nyata. Di dalam forum Rakor yang digelar di Gedung Balaikota Surabaya tersebut, menko mengajak 30-an kepala daerah yang hadir untuk berkomitmen menyelesaikan masalah sampah. “Mbok sebagus apapun daerah kita, kalau tempat wisatanya kotor mana ada wisatawan yang mau berkunjung ketempat kita,” ujar Luhut serius. Diapun lantas merekomendasikan para kepala daerah tersebut untuk mencontoh langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya. “Surabaya bisa kita jadikan salah satu model yang bagus, kita tidak perlu terus belajar keluar negeri,” tambahnya. Untuk itu, Menko pun mengatakan bahwa Surabaya layak menjadi pilot project gerakan budaya bersih dan senyum. Terpenting, tambahnya, harus ada keteladanan dari pimpinan. “Setelah ada keteladanan baru dilakukan implementasi riil,” tegas Menko Luhut. Lebih jauh, Menko Luhut mengatakan, menurut data Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton. Kondisi tersebut, tambah menteri yang juga purnawirawan jenderal ini, dapat memberikan ekses negatif untuk lingkungan. “Sampah yang terbuang kelaut akan dimakan oleh ikan, lalu ikannya dimakan manusia. Ikan yang mengandung sampah tersebut bila dimakan akan berakibat buruk pada kesehatan,” tuturnya. Oleh Karena itu rasio higienitas Indonesia di dunia hanya menempati rangking ke-109.Lingkungan yang kotor menurut Menko Maritim Luhut Pandjaitan, tidak menguntungkan pembangunan sektor pariwisata. Padahal pemerintah telah menargetkan hingga tahun 2019 akan ada 20 juta kunjungan wisatawan di Indonesia. Dalam kesempatan yang sama, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, mengamini pernyataan Menko Maritim Luhut Pandjaitan mengenai perlunya tauladan sebagai pimpinan dalam mendukung gerakan bersih. “Saya tidak pernah main perintah kepada staf untuk bersih-bersih, karena menurut dengan saya terlibat langsung dengan kegiatan bersih-bersih maka masyarakat dengan sendirinya akan bersedia untuk melakukan kegiatan yang sama,” kata Risma yang kemarin mengenakan kemeja putih itu. Selain keteladanan, tambahnya, hal yang tidak kalah penting adalah komitmen kepala daerah untuk mendukung peran komunitas atau kelompok warga. Diapun lantas mencontohkan, program ambulans gratis maupun ambulans gratis yang didapatkan dari swadaya warga Surabaya. “Surabaya itu ngga punya uang banyak, tapi kalau alasan kita selalu ngga punya uang, ngga punya uang, ya pembangunan ngga akan jalan,” tambahnya, Selain melakukan rapat koordinasi dengan 30 kepala daerah dari wilayah KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional), jajaran muspida serta walikota Surabaya, para tamu undangan melakukan kunjungan lapangan di kawasan Taman Bungkul, Lokasi Bank Sampah “Bintang Lima” Kelurahan Jambangan, dan pengelolaan sampah di TPS Jambangan. Di lokasi-lokasi tersebut, para tamu undangan disambut oleh warga kelurahan Jambangan yang menjelaskan satu-persatu mengenai sejarah bahan daur ulang yang bisa diolah kembali menjadi beragam barang kerajinan dan bernilai ekonomi tinggi. Kegiatan Rakor Percepatan GBBS Kemenko Kemarittiman dihadiri pula oleh Staf Ahli Menteri PUPR Lana, Dirjen Pengendalian Sampah Kementerian LHK Tuti, Bupati Pamekasan Syafii,  Bupati Tapanuli, Sekda Provinsi Jawa Timur, Danrem 084 Surabaya, serta beberapa SKPD Pemkot Surabaya dan Pemkot Bupati atau walikota.***   * Jadikan Surabaya Sebagai Pilot Project