Menko Rizal: Gerakan Pramuka Benteng Bangsa dari Neoliberalisme

Menko Rizal: Gerakan Pramuka Benteng Bangsa dari Neoliberalisme
"Selamat datang kak Rizal, selamat datang kak Rizal selamat datang kami ucapkan. Terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama kakak." Lantunan lagu dari ribuan pramuka menyambut kedatangan Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli saat tiba di Bumi Perkemahan Liang Maluku Tengah, Jumat malam (27/5). Ya, malam itu para pramuka tingkat madrasah tumpah ruah guna mengikuti penutupan perkemahan yang dimulai sejak dua hari sebelumnya. Menko Rizal sendiri tersenyum dan terus melambaikan tangannya, bukan hanya kepada pramuka, tapi juga warga yang ada. Sebelum menaiki panggung, menteri yang kerap disapa RR itu sempat dikalungi bunga. Di panggung sudah menunggu Walikota Maluku Tengah Tuasikal Abua, Gubernur Maluku Said Assegaf, Anggota DPD dari Maluku Nono Sampono dan beberapa tamu lain. Menko Rizal sendiri mengungkapkan rasa haru dan bangga akan apa yang telah dilakukan oleh pramuka madrasah. Pramuka, imbuhnya, merupakan penggagas rasa toleransi, yang diperlukan di tengah kehidupan bangsa yang makin individualistis, dan gempuran neoliberalisme. "Menurut beberapa lembaga survei, tingkat toleransi saat ini sangat berkurang. Tapi, Pramuka Madrasah mampu menunjukkan toleransi yang baik," sambung Menko Rizal. Pramuka merupakan tempat untuk mengembangkan toleransi dan pengetahuan dan saling menghargai. Pramuka juga tempat melatih mencintai sesama manusia dan lingkungan. "Bangsa Indonesia akan pecah kalau tidak ada rasa saling menghargai antara suku dan agama," tambah Menko Rizal. Mengingatkan pentingnya rasa kebersamaan, Menko Rizal Ramli mengucapkan tiga kata-kata bijak juga berasal dari Maluku. "Sagu sedikit dibagi dua, supaya kita bisa sama-sama merasakan. Ale rasa beta rasa, apa yang kamu rasakan aku juga merasakan, kepedihanmu kepedihanku, kegembiraanmu kegembiraanku. Lalu potong di kuku, rasa di daging. Kalau bangsa kita ada yang sakit sedikit kita semua ikut merasakan," ucap Menko Rizal disambut tepuk tangan dari semua yang hadir. Bangsa Pemenang Menko Rizal kemudian mengatakan, Gerakan Pramuka juga mendorong bangsa Indonesia menjadi bangsa pemenang. Dalam pramuka kita harus berkompetisi dengan 'fair'. Dalam kompetisi yang dilakukan dalam even kali ini saja, banyak kejuaraan yang digelar. "Saya jujur berdoa tadi, ketika dibacakan hasil lomba, berdoa dari Maluku yang menang. Dan benar ada yang juara. Kalau yang juara dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur atau Jakarta sih biasa," imbuhnya. Karakter pemenang memang dibutuhkan untuk membangun bangsa. Apalagi, Pemerintah saat ini sedang gencar program menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. "Abad 21 adalah abadnya untuk Asia. Saatnya bangsa Indonesia bangkit. Melihat Deklarasi Maritim yang dilakukan pramuka madrasah, saya sangat bangga. Mungkin ini adalah tangan Tuhan dan harus menjadikan bangsa Indonesia kembali berjaya seperti zaman dulu, zaman Sriwijaya atau Majapahit," ia melanjutkan sambutannya dalam hajat yang diberi tema 'Membangun Kemandirian dalam Bingkai Cita Bahari Indonesia". Semangat mengembalikan kejayaan bangsa di Maritim juga ditanamkan ke generasi muda melalui program di kementerian yang dipimpinnya. Ekspedisi Spirit of Majapahit salah satu contohnya. Dalam ekspedisi ini, sebuah kapal replika kecil zaman Majapahit berlayar dari Jakarta menuju Tokyo, Jepang. "Sekarang kapal ini berada di Filipina. Perjalanan diperkirakan memakan waktu sebulan setengah untuk sampai Tokyo. Nahkodanya berasal dari Bugis berusia 70 tahun, sementara ada peserta dari Tegal yang usianya masih 17 tahun. Kapalnya pun tanpa mesin, hanya bermodal layar," Gus Romli, sapaan Rizal di kalangan Nahdliyin melanjutkan. Lalu, ada juga Ekspedisi Nusantara Jaya. Dalam program ini, dikirim ribuan pelajar dan mahasiswa untuk mengelilingi lautan Indonesia. Pemuda sebagai pemimpin masa depan bangsa harus tahu, Indonesia merupakan negara maritim terluas nomor dua dunia begitu banyak potensi laut yang belum dimaksimalkan kepentingan bangsa. Dengan mengirim anak muda ke laut, sama dengan mengajarkan disiplin tinggi dan kekompakan. Sebab, di laut jika tidak ada kedisplinan, maka tidak akan nyaman, bersih dan kompak. Saat ini Potensi bangsa Indonesia malah dinikmati oleh negara lain. Saat Indonesia menggalakkan pemberantasan illegal fishing terbukti, banyak industri negara tetangga gulung tikar. (Odd/Arp)