Pemerintah Fokus Melakukan Pembangunan Infrastruktur Untuk Pemerataan Ekonomi
Maritim - Bandung, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut B. Pandjaitan mengatakan, pemerintah saat ini tengah fokus dalam pembangunan infrastruktur secara nasional. Hal ini dilakukan untuk menurunkan biaya logistik di Indonesia agar dapat meningkatkan daya saing ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan.
Hal ini tercermin dari alokasi anggaran infrastruktur yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, anggaran untuk tahun 2018 yang di anggarkan melalui ABPN 2018 menembus Rp400 triliun. Meski begitu, program pembangunan infrastruktur yang menjadi salah satu program prioritas pemerintah itu kini mulai terasa dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Sekarang kita bisa melihat pembangunan infrastruktur, karena alokasi anggaran itu tepat sasaran, penggunaannya juga benar, subsidi yang tidak perlu dicabut,” kata Menko Luhut dalam acara Apel Danrem dan Dandim Terpusat tahun 2017 yang digelar di Gedung Sudirman A Secapa AD, Bandung, Rabu (29/11/2017).
Selain itu, seiring dengan fokus pemerintah untuk pembangunan Indonesia Sentris, pertumbuhan ekonomi di wilayah Indonesia Tengah di Timur tumbuh lebih cepat dibandingkan bagian barat. Akibatnya porsi PDB wilayah Indonesia Timur dan Tengah (kecuali Kalimantan) meningkat cukup signifikan. Hal ini menunjukkan pemerataan pembangunan antar-wilayah di Indonesia.
Menko Luhut pada paparan kali ini juga membahas aspek hutang negara. Disebutnya, kita masih ada cukup ruang untuk pembiayaan melalui utang selama digunakan untuk pembiayaan kegiatan yang produktif. Rasio utang Indonesia terhadap PDB masih relatif rendah dibandingkan negara-negara maju dan berkembang lainnya.
Menurut IMF, OECD, utang negara kita termasuk yang paling rendah. Kita masih punya ruh sampai 60%. Kita baru 27,8 % dan masih tersisa lebih dari 30%, tapi kita belum perlu. Sementara itu, rasio utang dibandingkan pendapatan pajak juga masih relatif lebih baik dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia.
“Kita boleh berhutang sepanjang hutang itu produktif, artinya hutang itu bisa menghasilkan dana untuk membayar hutang itu sendiri, dan sampai hari ini kita sangat bagus dalam hal itu,” tambah Menko Luhut.
Antisipasi Perubahan Geopolitik Global
Pada kesempatan ini, Menko Luhut juga mengingatkan, bahwa cepatnya perubahan geopolitik global akhir-akhir ini perlu disikapi dengan matang. Khususnya, bagaimana pengaruh teknologi itu kepada perkembangan perekonomian dunia dan konstelasi politik lainnya.
“Akhir-akhir ini perkembangan geopolitik global berubah dengan begitu cepat. Hal ini perlu disikapi bagaimana pengaruh teknologi kepada perkembangan ekonomi dunia,” kata Menko Luhut.
Menko Luhut lalu mencontohkan bahwa, hubungan negara Timur Tengah dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan China beberapa waktu lalu bisa dikatakan sangat baik. Namun katanya, seiring perkembangan teknologi yang begitu cepat membuat hubungan negara-negara tersebut tidak lagi terlalu relevan.
Purnawirawan Jenderal TNI inipun menegaskan kepada peserta apel, untuk mampu mencermati serta menyikapi perkembangan geopolitik global seperti itu.
"Kita tidak boleh menjadi market dari hi-teknologi yang sekarang sedang berkembang atau market dari produk-produk teknologi tinggi ke depannya," ujarnya.
Dicontohkan Menko Luhut tentang penemuan teknologi shale gas oleh Amerika Serikat, yang mengubah peta eskpor-impor minyak dunia.
"Lihat saja AS saat ini yang telah berubah dari net-importer minyak menjadi eksporter. Hal ini membuat harga minyak dunia merosot tajam dari US$ 112,70 di tahun 2012 jadi hanya US$ 47 tahun 2016 dan melemahnya daya tawar OPEC. Nah, turunnya harga minyak dunia ini juga dapat menggerus cadangan devisa negara timur tengah seperti Arab Saudi," paparnya.
Situasi geopolitik seperti itu menurut Menko Luhut, harus dipahami oleh perwira di kalangan TNI.
“Anda sebagai perwira harus mencermati situasi geopolitik global. Harus yakin Indonesia ekonominya akan membaik,” pungkasnya.