Pesona Geopark Nasional Bojonegoro Terus dikembangkan

Surabaya- Maritim, -- Pemerintah Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah, terus berupaya untuk mengakselerasi pengembangan geopark di Tanah Air. Salah satunya, Geopark Nasional Bojonegoro yang memiliki luas 28,12 hektar dan berlokasi di sebelah utara serta tenggara dari kabupaten tersebut. Geopark ini telah ditetapkan sebagai Geopark Nasional dengan predikat D (perbaikan 1 tahun) pada November 2017.
Geopark Nasional Bojonegoro mengambil tema Petroleum Geoheritage. Hingga saat ini, geosite yang telah dikembangkan adalah Teksas Wonocolo, Watu Gundul, Banyu Kuning, Gunung Watu, dan Kayangan Api. Melalui sejumlah kebijakan dan pengembangan, kunjungan wisatawan tercatat naik signifikan. Sebagai contoh, kunjungan wisatawan geosite Teksas wonocolo meningkat 203%, dari 5.719 orang di 2017 menjadi 16.663 orang di 2018.
Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) Kementerian Koordinator melakukan kunjungan lapangan ke beberapa lokasi Geopark Nasional Bojonegoro, khususnya geosite Teksas Wonocolo di Kecamatan Kedewan, pada 3-4 November 2018. Geopark ini dapat ditempuh dari Surabaya selama ± 4 jam dengan kendaraan darat.
Geosite Wonocolo terbilang sangat unik berupa hamparan minyak bumi dengan luas ±10 Ha. Oleh karena itu, geosite ini juga dikenal sebagai Little Texas. Kata Teksas merupakan akronim dari Tekad Menuju Aman dan Sejahtera. Pengeboran minyak bumi di kawasan ini telah dimulai secara tradisional sejak tahun 1800 dan sebagian besar masih dipertahankan hingga sekarang ini. Jumlah titik sumur minyak sebanyak 720 buah, yang masih beroperasi sekitar 50 persen. Sumur-sumur minyak tersebut mampu berproduksi 1000-5000 liter/hari minyak mentah yang dijual ke Pertamina.
Sejumlah perkembangan telah dicatat Tim Monev dalam kunjungan tersebut. Misalnya, di level pemerintah daerah setempat, telah dibentuk Tim Pengelola Geopark dengan SK Bupati, pembentukan Pokdarwis sebagai pengelola setiap geosite, dan upaya meningkatkan kompetensi pengelola geosite melalui berbagai pelatihan.
Begitu pun secara teknis, Pemkab Bojonegoro sudah memperkuat visibilitas dari geopark di daerah tersebut. Penguatan visibilitas tersebut antara lain berupa informasi dan publikasi geopark, penentuan tema dan menciptakan logo, panel interpretasi bilingual, serta pembangunan gerbang pintu masuk penunjuk arah.
Sementara untuk meneguhkan pengembangan Geopark Nasional Bojonegoro, beragam langkah kemitraan telah dijalankan. Antara lain kemitraan dengan pelaku usaha pariwisata yang tergabung dalam Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Bojonegoro (Abiparo), LSM dan lembaga pendidikan, komunitas hobi lokal, serta media. Yang tak kalah penting, telah dilakukan pendekatan masyarakat melalui kunjungan langsung ke warga dan dimotori oleh pemuda desa setempat.
Dari aspek pemasaran, dalam catatan Tim Monev, terdapat sekurang-kurangnya lima promosi maupun kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan untuk mengenalkan Geopark Nasional Bojonegoro. Kegiatan Travel Dialog di Yogyakarta. Kemudian Konferensi Nasional Geopark ke-1 di Jakarta. Lalu, Gelar Seni Budaya dan pameran dengan tema Geopark Bojonegoro di Anjungan Jatim TMII. Juga, Gelar Seni Budaya dan pameran dengan tema pesona geopark Bojonegoro di Gedung Budaya Cak Durasim Surabaya.
Khusus pada 24 – 25 November 2018, akan diadakan Festival Geopark Bojonegoro. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengembangkan destinasi Gunung Karst di Desa Gajah, Kecamatan Baureno. Acara akbar tersebut akan diisi dengan Fashion Show Wastra Bojonegoro, Desain Relief Tebing GWJ (Gajah Watu Jodoh), Tari Thengul Kolosal, Pameran Geo Product, serta Musik Etno Bersama Anji, Regina Idol, Sruti Respati, Jadug Ferianto Feat Bojazz dan Tutak Tutuk Gatuk (TTG).
Mengenai program pemberdayaan masyarakat, beragam kegiatan yang dilakukan di antaranya berupa Pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Texas Tour Management (TTM), Pemberdayaan Usaha Kuliner Nasi Gulung, Pemberdayaan Usaha Merchandise dan Gerakan Swadaya Masyarakat.
Secara spesifik, Tim Monev memberikan catatan terkait usaha Pengelola dalam perbaikan Geopark Bojonegoro hingga sejauh ini. Yakni, terkait penyelesaian dossier Geopark Wonocolo bilingual. Selanjutnya, terkait dengan dorongan terhadap pengoperasian Bandara Cepu. Kemudian, koleksi referensi ilmiah terkait kajian Wonocolo sebagai tambang minyak terdangkal (250-200 M). Berikutnya adalah perbaikan akses jalan ke Wonocolo dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan. Lalu, terkait dengan pembuatan papan interpretasi (akhir tahun 2018) maupun dukungan event di Wonocolo 2018-2019. Catatan berikutnya mengenai edukasi melalui road to school, Pokdarwis dan gerakan sadar wisata. Kemudian terkait koordinasi dengan K/L dan pemda secara lebih baik. Terakhir mengenai penanaman tanaman keras di kawasan geosite.
Kendati telah mencatatkan perkembangan cukup berarti, Tim Monev mengidentifikasi sejumlah kendala dalam pengembangan Geopark Nasional Bojonegoro. Yaitu, kendala terkait akses jalan menuju geosite ada yang masih berlubang (dalam taraf perbaikan). Kendala lainnya menyangkut sign board dari jalan besar ke lokasi ada yang belum terpasang. Yang juga diidentifikasi sebagai kendala bau minyak yang cukup menyengat yang berasal dari tumpahan di lokasi sumur bor. Kemudian kendala berupa partisipasi warga terkait dengan wisata masih terbilang rendah serta pengelolaan fosil yang ditemukan warga di beberapa geosite masih dilakukan secara swadaya.
Itu sebabnya, Tim Monev menyampaikan sejumlah rekomendasi perbaikan lanskap pembangunan Geopark Nasional Bojonegoro berdasarkan hasil diskusi Tim Sekretariat. Pertama, perlu ada master plan dan rencana aksi pengembangan geopark. Kedua, perlu ada tema Khusus petroleum. Ketiga, kajian terkait produksi sejak 1800 sampai saat ini, dan sampai kapan produksi akan berlanjut agar ada rencana aksi pasca tambang. Keempat, tradisi tambang yang tetap terpelihara secara tradisional, misalnya jalan yang menggunakan sisa tambang. Kelima, penyusunan papan informasi yang lebih baik yang menjelaskan sejarah Geopark Bojonegoro. Keenam, memanfaatkan dana CSR BUMN (Pertamina) dan Exxon Mobil dalam pemeliharaan lingkungan. ***