Sepotong Kisah Kain Endek dan Goni dari Marsia Creation jadi Suvenir KTT G20

Sepotong Kisah Kain Endek dan Goni dari Marsia Creation jadi Suvenir KTT G20

MarvesNusa Dua, Ada perasaan sukacita yang terpancar dari Putri, tim kru redaksi  Metro TV. Putri baru saja menerima  suvenir yang diberikan di stand Journalist Souvenir Kit Collection di Media Center  Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Westin, Nusa Dua, Bali. Putri bersuka cita mendapatkan isi suvenir di dalam tas berukuran 30 x 40 sentimeter yang terdapat tumbler, sling bag atau tas selempang, buku agenda, pulpen dan healthy kit berisi hand sanitizer dan masker KN 95.

“Keren ini, bisa jadi kebanggaan karena isinya bermanfaat semua. Dan dari semua ini senang, bahagia dan bangga banget membawa nama UMKM Indonesia jadi naik kelas di eeven internasional seperti sekarang,” kata Putri pada Rabu (16-11-2022).

Sementara Rachael Smith jurnalis dari Kanda tersenyum bahagia menerima survenir itu. “Wow, isimya sungguh sangat Indonesia, saya suka itu!” kata Rachael bahagia.

Memang menarik mengamati survenir tersebut yang bisa dibilang sebagai bagian dari promosi UMKM Indonesia kepada masyarakat dunia. Apalagi suvenir ini  melibatkan UMKM dari Bali, Jepara, dan Bogor yang berperan serta dan mencermikan keberagaman Indonesia.

Tas suvenir berbahan goni merupakan produk ROTB (Rotenbi). Rotenbi adalah merk lokal Bali. Produksi Rotenbi terdiri dari berbagai jenis kerajinan tas, sandal, sepatu, suvenir, dompet, topi dengan bahan dasar anyaman nusantara yang dirancang mengikuti perkembangan jaman.

Tumbler produksi UMKM Jepara Saewood dinamai Harsa, yang dalam bahasa Sansekerta memiliki arti bahagia. Pemilihan nama Harsa Material tumbler Harsa adalah kayu jati, bebas bahan kimia, polesan alami dengan bahan stainless food grade SS 304. Adapun Sling Bag atau tas selempang yang menggunakan tenun Sumba dari NTT adalah produksi Marsia Creation. Dan pada cendera mata bernuansa kerajinan lokal ini juga berisi buku Capaian Kinerja Pemerintah tahun 2022.

Adalah tas selempang dari Marsia Creation yang juga menjadi daya tarik dari survenir KTT G20 untuk para awak media. Menurut Maria Karsia, si pencipta dan pemilik Marsia Creation yang memproduksi tas selempang ini bermula dari keinginananya untuk memperkenalkan kain khas Indonesia yang beragam jenis dengan keunikannya.

“Akhirnya, saya mencoba membuat sling bag perpaduan dari bahan Goni (Jute) dengan kain khas Nusantara. Dunia mungkin sudah banyak mengenal keunikan kain Batik asal Indonesia. Nah, saya berpikir, ini saatnya saya harus  memperkenalkan kain-kain Nusantara yang setara cantiknya dengan kain Batik, ke dunia internasional,”cerita Maria bersemangat.

Wanita berusia 55 tahun ini menilai KTT G20 merupakan momen yang tepat untuk mengenalkan kain-kain khas asal Indonesia. “Sebetulnya banyak sekali kain khas Nusantara yang ingin saya kenalkan, namun kali ini diputuskan untuk fokus pada pemilihan kain Endek Bali dan kain tenun motif dari Sumba, Nusa Tenggara Timur,” ujar wanita yang pernah menjadi wartawan perwakilan The Mainichi Shimbun periode 1966 hingga 2000.

Dan melalui kain-kain yang ditenun, bukan dari hasil printing tetapi hasil pengerjaan tangan para ibu di sebuah desa di Bali seperti motif Kain Endek Gringsing yang dipakai untuk tas selempang media di KTT G20.

Indahnya Endek, Kain Tenun Khas Bali

Maria menuturkan Endek berasal dari kata gendekan atau ngendek, yang berarti diam atau tetap. Khusus dalam hal kain memiliki makna warna yang tidak berubah.

“Saya memilih kain Endek karena warnanya sangat colorful dan  sebagai simbol dari betapa berwarnanya  Indonesia terdiri dari berbagai suku etnik dan seni budaya,” ujar Maria.

Wanita yang juga pernah menekuni karir di Biro Jakarta, Indonesia untuk The Asahi Shimbun selama sembilan tahun sejak tahun 2000 sampai 2009 ini menjelaskan juga alasannya memilih motif tenun Sumba dari Nusa Tenggara Timur, lantaran kain-kain ini juga kaya dengan berbagai motif ada motif bunga dan motif binantang seperti kuda dan ayam.

Menurut Maria pada motif kain Tenun ada juga yang motifnya tentang manusia berdasarkan simbol kemaskulinan (lelaki) dan feminin (wanita).

“Nah, motif-motif ini lahir dari ide kreasi penenun yang mengekspresikan keseharian kehidupan mereka. Misalnya, kain motif tenun ayam jantan. Ayam Jantan berkokok selalu membangunkan manusia di pagi hari, juga menunjukan simbol kepemimpinan. Lalu motif Kuda karena masyarakat di daerah tersebut  menggunakan kendaraan Kuda dalam beraktifitas,” ungkap Maria panjang lebar.

Kemudian wanita asal Aceh ini juga menjelaskan tentang perbandingan kain Sumba dan kain Endek Gringsing yaitu untuk warna pada motif kain Sumba lebih natural dan soft atau lembut. “Inilah yang saya maksud, the colorful of Indonesia, sedikit bergeser pulau padahal masih berdekatan dengan Pulau Bali, Tetapi pada kain karya suku di Pulau ini berbeda warna motif dan kreasinya,”ujar Maria.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut yang membuat Maria menyajikan perpaduan Endek Bali, Tenun Sumba dengan Goni melambangkan keberagamaan budaya Indonesia. “Dari hal-hal seperti ini hanya sedikit contoh dari keberagamaan Indonesia, Dan keunikan dari aspek budaya yang ingin saya perkenalkan kepada dunia melalui event G20,” kata dia.  

Maria berkreasi pada kain Endek Gringsing dan Tenun Sumba dengan Goni karena alasan tersendiri. Menurutnya, Goni adalah bahan yang biasa digunakan  untuk keperluan keseharian, memiliki kelenturan warnanya yang cokelat bisa sangat serasi dipadukan dengan kain-kain Endek Gringsing dan tenun Sumba dari NTT serta tenun khas Indonesia dari daerah lainnya. “’Faktor sederhana lainnya pada Goni adalah bahan yang sangat mudah dicuci.”

Biro Komunikasi

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi