Setelah G20, Indonesia Kembali Menjadi Tuan Rumah WWF ke-10

Setelah G20, Indonesia Kembali Menjadi Tuan Rumah WWF ke-10

Marves - Bali, Setelah sukses menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama G20, Indonesia kembali menjadi tuan rumah World Water Forum (WWF) ke-10. Pemerintah Indonesia melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan dipilih menjadi ketua panitia nasional WWF ke-10 yang akan digelar di Bali pada Mei 2024 mendatang. Adapun tema yang digaungkan adalah Water for Shared Prosperity.

Menko Luhut menyampaikan bahwa perhelatan Internasional ini merupakan gotong royong pemerintah Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesia dapat menjadi tuan rumah forum internasional ini. Di samping itu, Menko Luhut juga menyampaikan bahwa forum ini sangat penting untuk hidup masyarakat dunia.

“Isu air ini sangat penting untuk masyarakat dunia. Kita mau forum ini berjalan seperti G20, sehingga anggota forum dapat merumuskan langkah konkrit atas program dan isu-isu yang dibahas. Harapannya ini akan memberikan dampak yang baik bagi masyarakat dunia,” tutur Menko Luhut.

Sebagai informasi, WWF diadakan setiap tiga tahun sekali dengan tujuan membahas dan mempromosikan isu-isu terkait air secara global. Forum ini menjadi tempat bertemunya berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, ilmuwan, praktisi, dan perwakilan masyarakat sipil, untuk berdiskusi, berbagi pengetahuan, dan mencari solusi terkait masalah air.

“Pemerintah Indonesia dipilih oleh World Water Council pada kesempatan World Water Forum  ke 9 di Dakar. Kita dipilih World Water Forum ke 10 yang nantinya akan diselenggaran di BNDCC Bali pada tanggal 18-24 Mei 2024,” ujar Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Investasi Kementerian PUPR Dadang Rukmana di media briefing pada Rabu (09-08-2023).

Acara tersebut akan menghadirkan 172 negara dimana Indonesia terpilih menjadi tuan rumah pertemuan internasional terbesar di bidang air yang membahas pengelolaan sumber daya air dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Forum ini memiliki misi menyediakan platform bagi semua pemangku kepentingan di bidang air untuk berdiskusi, berbagi ilmu dan pengalaman, serta menciptakan ide-ide konkret dalam pengelolaan dan pengembangan sember daya air yang lebih baik.

Selain itu, SAM Dadang menambahkan misi dari forum ini adalah mendorong pemikiran yang inovatif dalam mengatasi isu dan permasalahan terkini dalam pengelolaan sumber daya air, serta meningkatkan komitmen dan aksi para pembuat kebijakan dalam pengelolaan dan pengembangan sumber daya air yang berkelanjutan

Pada perhelatan WWF nanti, topik-topik yang dibahas mencakup beragam aspek seperti pengelolaan sumber daya air, keberlanjutan, akses air bersih dan sanitasi, adaptasi perubahan iklim terhadap sumber daya air, serta isu-isu sosial dan ekonomi yang terkait dengan air. Forum ini juga memberikan kesempatan bagi negara-negara dan komunitas internasional untuk berkolaborasi dalam mencari solusi konkret untuk tantangan-tantangan air yang dihadapi dunia saat ini.

Keuntungan dalam bidang ekonomi, pemerintah Indoensia akan mengundang 100.000 pengunjung terdiri dari komunitas air dari seluruh dunia, dan juga diharapkan kita akan menjadi bagian dari komunitas yang mendukung perumusan dalam bebagai inovasi dalam pengelolaan sumber daya air, peningkatan produksi pangan dan mitigasi bencana khususnya bencana yang terkait dengan air water related disaster yang kita harapkan akan menjadi salah satu  rumusan dari hasil WWF.

Indonesia telah memulai langkah persiapan WWF sejak pertengahan tahun 2022 dan telah diterbitkan Kepres Nomor 1 Tahun 2023 tentang Panitia Nasional penyelenggara WWF ke-10 dengan ketua Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. 

WWF terdiri dari 3 proses, yang pertama adalah proses politik yang merupakan proses untuk mengajak pada pengambil kebijakan, para kepala negara, kepala daerah di dalam proses perumusan kebijakan yang berkaitan dengan air, Indonesia akan mengundang 22 negara, yaitu 9 negara penyelenggara WWF sebelumnya, 10 negara ASEAN, 3 negara sahabat yang akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan COP 28 dan event—event lain yang terkait dengan keairan dan perubahan iklim.

Yang kedua adalah proses tematik, merupakan proses untuk mengidentifikasi berbagai isu keairan dan mengembangakan rencana aksi dan menfasilitasi implementasinya serta memobilisasi berbagai organisasi dan pakar untuk mengatasi isu-isu yang dikaitkan dengan sub tema dan topik dengan tema besar. 

Yang ketiga adalah proses regional, yaitu untuk menfasilitasi Kerjasama sub regional seperti, penanganan sumber daya air di Mediterania, Amerika, Asia Pasifik, dan di Eropa itu semua akan ada proses-proses tersendiri yang berujung pada deklarasi Bali. 

Untuk menyukseskan perhelatan internasional ini, pemerintah akan menggandeng media lokal, nasional, dan internasional, “Kita butuh dukungan dari media lokal, nasional dan media internasional melalui publikasi dan promosi yang intensif di dalam berbagai platform media,” ujar Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kominfo Usman Kansong

Turut hadir dalam pertemuan pers ini Penasehat Khusus Menko Marves Bidang Komunikasi Ezki Suyanto,Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Ditjen IKP Kementerian Kominfo Septriana, Sesditjen IKP Kementerian Kominfo Sumiati.

 

BIRO KOMUNIKASI
KEMENKO BIDANG KEMARITIMAN DAN INVESTASI