Struktur Hybrid Engineering untuk mitigasi Abrasi Pesisir Pantai

Struktur  Hybrid Engineering untuk mitigasi Abrasi Pesisir Pantai
Semarang, 3 November 2016 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Pemerintah Kota Semarang menyelenggarakan rapat koordinasi dan peninjauan lapangan dalam rangka evaluasi dan monitoring rehabilitasi kerusakan pesisir pantai melalui penggunaan metode Hybrid Engineering di sepanjang pesisir pantai Semarang dan Demak pada 1 s.d. 3  November 2016.   Deputi Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Maritim Agung Kuswandono menyampaikan bahwa rehabilitasi kerusakan pesisir dan laut merupakan isu strategis nasional yang harus dipantau oleh Kemenko Maritim untuk dilaporkan kepada presiden melalui kantor staff presiden.   Program struktur hybrid atau dikenal dengan istilah HE (hybrid engineering) merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi kerusakan pesisir dari abrasi. Struktur ini dirancang   permeable dengan kayu atau bambu secara perlahan tapi pasti mengembalikan tanah yang terabrasi.   Rekayasa hybrid menggabungkan struktur permeable (pemecah gelombang sekaligus penangkap sedimen pasir) dan penanaman mangrove. Setelah proses erosi berhenti dan pantai mulai pulih, dilanjutkan dengan restorasi mangrove. Pada tahap ini bibit mangrove tidak hanyut terbawa arus. Mangrove berperan penting memecahkan gelombang dan menjaga pesisir dari abrasi dalam jangka panjang.   Kegiatan Rapat Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi Kerusakan Pesisir melalui struktur hybrid diawali rapat pendahuluan di hotel Horison, Semarang, dilanjutkan dengan kunjungan lapangan di lokasi HE Semarang dan Demak.   Deputi Sumber Daya Alam dan Jasa yang di wakili oleh Asisten Deputi Lingkungan dan Kebencanaan Maritim juga menyampaikan bahwa kunjungan lapangan dalam rangka evaluasi dan monitoing  di kawasan rehabilitasi  pesisir pantai utara jawa merupakan aktifitas kegiatan yang dimonitor oleh Kantor Staf Presiden (KSP). Dilokasi rehabilitasi pesisir yang diberdayakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan selama  2 (dua) tahun ini menariknya adalah upaya rehabilitasi pesisir pantai Semarang dan Demak selain daripada pemanfaatan teknologi Hybrid Engineering, masyarakat dapat menanam hutan mangrove untuk menanggulangi pengikisan pasir di sepanjang pesisir pantai dan memanfaatkan wilayah pesisir pantai yang terkena abrasi untuk dijadikan tambak budidaya perairan. Hasil rehabilitasi peraiaran di pesisir pantai adalah meningkatnya makhluk hidup laut atau biota-biota air asin terutama kepiting. Pada kesempatan peninjauan lapangan di Demak dan Semarang dapat dilihat bahwa hutan mangrove mampu tumbuh dengan baik dan gumpalan-gumpalan tanah meningkat besarnya sehingga warga sekitar pesisr pantai mengalami efek yang significant dalam peningkatan aktifitas perekonomian.  Kesempatan kunjungan evaluasi dan monitoring pesisir pantai di  Semarang dan Demak diharapkan bahwa kegiatan rehabilitasi dengan pemanfaatan HE dan penghijauan mangrove dapat berlanjut dalam rangka memulihkan erosi yang sudah berjalan puluhan tahun.   Humas Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.