Tandatangani akta perjanjian dengan Fortescue, Menko Luhut berharap Indonesia bisa mengakselerasi bauran energi hijau

Tandatangani akta perjanjian dengan Fortescue, Menko Luhut berharap Indonesia bisa mengakselerasi bauran energi hijau
SIARAN PERS  No.SP-133/HUM/ROKOM/SET-MARVES/VI/2020

Marves-Jakarta, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Luhut B, Pandjaitan melakukan akta perjanjian kerja sama dengan Fortescue Future Industries Pty Ltd (FFI) yang merupakan anak perusahaan Fortescue Metals Group Ltd (Fortescue) di bidang pengembangan industri energi hijau pada hari Jumat (4/9) di Jakarta. Menko Luhut mengatakan perjanjian ini merupakan kesepakatan awal untuk mengembangkan kekuatan energi terbarukan Indonesia dan untuk mendorong industri hijau.

“Penandatanganan Akta Kesepakatan dilakukan untuk membuat kerangka koordinasi kerja sama. Satgas gabungan memfasilitasi, mempercepat dan menerapkan investasi FMG di industri hijau pada pembangunan pembangkit listrik tenaga air 60 GW dan 25 GW tenaga panas bumi di seluruh Indonesia," kata Menko Luhut pada sambutannya.

Perjanjian tersebut menyatakan FFI diberi hak untuk melakukan studi kelayakan pada proyek-proyek yang bersumber pada tenaga air dan panas bumi untuk mendukung akselerasi bauran energi hijau yang juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar global.

Satuan tugas ini akan terdiri dari para pemangku kepentingan dari kedua belah pihak yang akan melaksanakan investasi semaksimal mungkin di bawah koordinasi Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Purbaya Yudhi Sadewa.

“Kemarin kami bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan Presiden berpesan untuk proyek ini bisa segera berjalan dan pemerintah daerah untuk membantu, terutama perizinan. Saya minta mereka studi dua tahun dan 2023 mereka sudah ground breaking. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa Indonesia terbuka melakukan kerja sama dengan siapa saja, negara mana saja, selama itu saling menguntungkan dan memberi manfaat untuk rakyat Indonesia. Hydropower memproduksi hidrogen yang dibutuhkan oleh industri lithium baterai," kata Menko Luhut usai acara.

Pendiri Fortescue Dr. Andrew Forrest menyatakan pihaknya akan menjalankan melaksanakan proyek-proyek berdasar pada hasil studi kelayakan dan perjanjian persetujuan. FFI menurut Mr. Forrest, didukung oleh keahlian kelas dunia, memiliki keunggulan operasional, dan kemampuan yang telah terbukti dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di masa depan. Menurutnya, ia menjalankan bisnis berbasis nilai, berkomitmen pada tujuan strategi untuk memastikan kekuatan dan fleksibilitas neraca, berinvestasi dalam keberlanjutan jangka panjang dari bisnis inti.

“Keunikan 'Fortescue' adalah berintegrasi dengan komunitas dan membantu mereka terlibat secara setara dalam semua proyek kami dan membantu mereka dalam modal atau teknologi," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Menko Luhut mewakili Pemerintah Indonesia juga menyaksikan penandatanganan kerja sama dengan Minderoo Foundation yang bertujuan untuk mengurangi sampah plastik di pesisir Indonesia hingga tahun 2025.

Dalam kemitraan dengan yayasan tersebut, kedua belah pihak akan merintis kerjasama dalam sebuah rintisan "Sea The Future" yang bergerak dalam pengumpulan limbah, operasi daur ulang dan peningkatan infrastruktur.  “Sea The Future"  berkomitmen untuk mengakhiri kebocoran plastik ke alam dan mempercepat transisi ke ekonomi melingkar.

Kerja sama ini akan dilaksanakan di bawah koordinasi Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Nani Hendiarti.

“Kami memahami bahwa kerusakan yang disebabkan oleh polusi plastik yang pada lingkungan terutama berdampak masyarakat yang paling rentan. Krisis virus korona telah memperburuk kondisi masyarakat. Melalui Sea the Future Indonesia, Minderoo Foundation akan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk membangun ekonomi melingkar yang memberikan keamanan kerja bagi puluhan ribu orang dan keamanan lingkungan untuk semua,” kata Mr. Forrest.

Biro Komunikasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi