Tol Laut Turunkan Disparitas Harga Kebutuhan Pokok di Indonesia Timur

Tol Laut Turunkan Disparitas Harga Kebutuhan Pokok di Indonesia Timur
Maritim – Penetapan program Tol Laut oleh Presiden Joko Widodo bukan merupakan program wacana belaka. Hal ini terungkap dalam rapat koordinasi Kemenko Maritim dan Sumber Daya yang membahas mengenai program dan perkembangan Tol Laut berdasarkan Perpres No. 106/2015 Tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang di Laut. Rakor dipimpin oleh Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya yang dihadiri oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Dirut PT. Pelni serta perwakilan dari Kementerian dan Lembaga terkait lainnya di Kantor Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Senin (30/5). ‎ Esensi dari penerapan program Tol Laut ini untuk menjaga agar disparitas harga logistik di pulau-pulau tersebut tidak berbeda jauh dari di kota-kota besar, berdasarkan hasil kajian dari Kemenko Maritim dan Sumber Daya sebagaimana disampaikan oleh Deputi III Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Ridwan Djamaludin bahwa contoh yang cukup baik dari penurunan harga-harga kebutuhan pokok di kota Namlea Kabupaten Buru, beberapa komoditas sudah cukup baik, target dari Perpres itu penurunan sampai 30 % sampai 40%. ‎ Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyampaikan dukungan anggaran Pemerintah dalam Program Tol Laut ini sudah cukup maksimal dan utamanya ada di Kementerian Perhubungan, khususnya Ditjen Perhubungan Laut dan Darat. Untuk Perhubungan Laut ada anggaran untuk Angkutan Laut perintis baik penumpang maupun barang sebesar 1,16 Trilyun yang rinciannya adalah untuk angkutan barang 220 Milyar, angkutan ternak 8 Milyard, dan penumpang khususnya untuk wilayah Indonesia Bagian Timur sebesar Rp.937 Milyar. Selanjutnya Anggaran untuk sarana Fasilitas Pelabuhan (Faspel), sebesar Rp.2.089 Milyar, Anggaran untuk pengerukan alur pelayaran, sebesar Rp.761 Milyar. Anggaran untuk pembangunan/rehab Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) dan Sistem telekomunikasi pelayaran, sebesar Rp.527 Milyar dan Pembangunan berbagai jenis kapal (kontrak tahun jamak) sebesar Rp.4.651 Milyar. ‎ Pada Kesimpulan Rakor tersebut Menko Rizal Ramli menggaris bawahi beberapa poin penting yakni pelaksanaan Program Tol Laut sudah dalam jalur yang tepat, namun masyarakat belum percaya dan perlu mendapat penjelasan dari Pemerintah.  Program Tol Laut sudah dimulai beberapa langkah serta ada dampak yang baik yaitu penurunan harga kebutuhan pokok di beberapa daerah karena Program Tol Laut yang sebagian disubsidi untuk menciptakan pelayaran reguler (reguler shipping). Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan, dan PT. Pelni agar melakukan kajian mendalam terhadap trend Program Tol Laut di masa mendatang terutama terkait jenis dan ukuran kapal yang akan digunakan pada jalur tol laut ini. Arus balik agar didorong oleh kementerian/lembaga tekhnis dengan mengumumkan jadwal kapal yang siap mengangkut barang-barang kebutuhan masyarakat. Kementerian Perdagangan diminta untuk mengumpulkan dan mengadakan pertemuan dengan para pedagang besar agar memanfaatkan penggunaan regular shipping yang sudah ada. ‎ Adapun guna memperkuat program tol laut ini dan berdampak serta bermanfaat langsung bagi masyarakat Indonesia Timur yang menetap di wilayah pegunungan dan dataran tinggi, Menko Maritim Rizal Ramli menugaskan secara khusus kepada Deputi III Kemenko Maritim dan Sumber Daya untuk merintis program “Jembatan Logistik Udara”. Ini dilakukan guna mengurangi disparitas harga yang lebih efekif di wilayah Indonesia Timur dengan menggunakan pesawat udara. (Arp/Sp)‎ ‎