Upaya Membuat Harga Sawit Indonesia Bagus di Pasar Internasional
Maritim - Pembentukan Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) bertujuan untuk melindungi petani sawit serta membangun prinsip-prinsip industri minyak sawit yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Lembaga ini diinisiasi oleh Indonesia dan Malaysia yang menguasai 85 persen 'supplier' minyak sawit dunia. CPOPC ini resmi terbentuk dalam dua bulan saja. Lewat dewan ini diharapkan harga CPO Indonesia-Malaysia di pasar internasional akan lebih baik.
Deputi Kedaulatan Maritim Kamenko Maritim dan Sumber Daya, Arif Havas Oegroseno menjelaskan, saat ini terdapat 9-10 negara yang menjadi produsen minyak sawit. Afrika menjadi negara yang penting pada CPOPC ini karena sawit adalah komoditi asli dari Afrika.
Hal lain yang juga penting dibahas dalam CPOPC adalah sinergitas industri sawit dengan kelestarian alam. Makanya kemudian dibahas soal 'Green Economic Zone', ini merupakan zona industri sawit yang ramah lingkungan.
“Pemerintah butuh duduk bersama dengan NGO (National Government Organisation) nasional dan internasional mengenai perkembangan sawit di Indonesia, termasuk soal 'Green Economic Zone'," jelas Havas dalam Forum Group Discussions di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (12/4).
Standar sawit yang diharapkan dapat rampung pada kuartal I 2016 ini pun masih terus dalam penyusunan. “Masih terus disusun Standar ISPO kan ada, MSPO, juga RSPO (Standar Roundtable Sustainable Palm Oil)”, tambahnya.
Ditemui pada kesempatan berbeda, Menko Rizal sempat menyampaikan pembentukan CPOPC dilihat dari aspek kesejahteraan dan kelestarian lingkungan.
“Konsentrasi terbesar CPOPC adalah meningkatkan kesejahteraan petani kecil, memperhatikan praktik risiko bahaya lingkungan seperti kebakaran hutan, kabut asap dan penggundulan hutan," ujarnya.
(Nn/Arp)