Bergerak Bersama untuk Kepentingan Dunia melalui Restorasi dan Konservasi Mangrove

Bergerak Bersama untuk Kepentingan Dunia melalui Restorasi dan Konservasi Mangrove

Marves - Dubai, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Ad Interim, Erick Thohir mendorong negara-negara yang memiliki mangrove dan negara yang peduli akan kelestarian hutan mangrove untuk mendukung kerja sama bersama dengan Mangrove Aliance for Climate (MAC). 

"MAC ini bergerak bersama untuk kepentingan masa depan kita, untuk itu pertemuan kali ini merupakan bukti konkret kepedulian bersama dalam restorasi dan konservasi mangrove, sebagai salah satu upaya mitigasi perubahan iklim dunia," ungkapnya. 

Hal ini disampaikan Erick Thohir pada kesempatan memimpin rapat MAC bersama dengan Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Uni Emirat Arab pada Sabtu (09-12-2023). Sebagai co-lead di MAC, Erick menyatakan kebanggaannya atas kerja sama UEA dan negara anggota MAC lainnya yang terjalin sejak COP27 lalu.

“Saat ini tercatat 36 negara telah tergabung dalam aliansi ini. Terkait hal tersebut, Indonesia telah turut mengundang negara-negara pada Archipelagic and Island States (AIS) Forum pada oktober 2023 lalu, serta negara ASEAN untuk terlibat dalam upaya mulia melestarikan mangrove ini,” ungkapnya.

Menko Marves Ad Interim kemudian menyampaikan bahwa total wilayah mangrove dari para anggota MAC diperkirakan mencapai setidaknya 40% dari total wilayah mangrove dunia. Dirinya kemudian menyampaikan bahwa bicara tentang mangrove tidak hanya mengenai upaya mitigasi, namun juga adaptasi. 

“Hutan mangrove terbukti mampu menangkap karbon lima sampai dengan delapan kali lebih tinggi dibandingkan hutan tropis. Sementara pada sektor adaptasi, mangrove merupakan penghalang alami kenaikan permukaan air laut," terang Erick.

Dirinya menambahkan bahwa Pemerintah mempunyai peran penting dalam memulihkan dan melestarikan mangrove. Dengan begitu, menurutnya Pemerintah tidak hanya menciptakan ekosistem yang kondusif bagi keanekaragaman hayati, namun juga potensi pemanfaatan karbon biru.

“Sebagai bagian dari langkah nyata untuk mewujudkan visi MAC, Pemerintah Indonesia dan UEA memahami pentingnya kontribusi penelitian dan inovasi. Dalam konteks inilah secara bilateral kami sepakat untuk mendirikan International Mangrove Research Center (IMRC) di Bali,” jelasnya.

Erick menambahkan bahwa IMRC akan menjadi wadah kerjasama internasional dalam peningkatan kapasitas, antara lain melalui pertukaran pakar serta penelitian bersama. Menurutnya, dengan belajar bersama, kita dapat bekerja sama dengan lebih baik. Selain itu lokasi IMRC di Bali, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai laboratorium mangrove terbesar di dunia.

“Indonesia mempunyai sumber daya, komunitas, dan telah melakukan langkah nyata. Indonesia akan terus mendorong negara-negara dengan wilayah pesisir yang luas untuk bergabung dalam MAC. Untuk menunjukkan pentingnya mangrove, pada KTT G20 Bali, Indonesia memamerkan taman mangrove dan mengundang negara-negara anggota G20 untuk ikut serta dalam upaya melestarikan mangrove,” tambahnya.

Dirinya kemudian menginformasikan bahwa Indonesia memiliki program restorasi mangrove dengan estimasi karbon biru dari program tersebut diperkirakan mencapai USD 3 M.

“Pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah langkah konkret dalam pelestarian mangrove, untuk itu kami mengundang negara-negara lain untuk melaksanakan hal serupa,” pungkas Erick.

No.SP-316/HUM/ROKOM/SET.MARVES/XII/2023
Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi