Bersama Importir Garam Industri di Cilegon, Kemenko Marves Bahas Pemanfaatan Garam Sebagai Bahan Baku Pabrik CAP

Bersama Importir Garam Industri di Cilegon, Kemenko Marves Bahas Pemanfaatan Garam Sebagai Bahan Baku Pabrik CAP

Marves - Cilegon, Dalam rangka pemenuhan serta pemanfaatan garam sebagai bahan baku pabrik Chlor Alkali Plant (CAP), Kemenko Marves melaksanakan kunjungan dan koordinasi ke beberapa perusahaan importir garam industri di Cilegon, Jawa Barat. Kegiatan ini dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Safri Burhanuddin.

Adapun kunjungan tersebut yakni ke PT. Asahimas Chemical (PT. ASC) dan PT Sulfindo Adiusaha.

“Kali ini kita ingin lihat langsung mereka sebagai beberapa importir atau pemakai garam impor industri terbesar di Indonesia, seperti PT. ASC kurang lebih 1,2 juta ton pemakaiannya, kita lihat apakah bisa menggunakan subtitusi daripada garam lokal,” kata Deputi Safri di PT. ASC, Senin (28-09-2020).

Deputi Safri memaparkan, Kemenko Marves bersama dengan BPPT dan Kementerian/Lembaga terkait ingin mengupayakan bagaimana pemenuhan garam impor ini bisa coba terapkan dengan upaya mandiri.

“Kita coba teknisnya gimana, dan itu harus ada perubahan cara kerjanya. Nah ini akan mempengaruhi kinerja dengan mempengaruhi perekonomiannya, tentu menjadi masukkan mereka juga untuk pengembangan daripada industri menggunakan bahan baku garam di Indonesia ini,” ujarnya.

“Dan kami yakin mereka mensupply paling tidak ada 400 industri hulu di Indonesia yang menggunakan bahan baku mereka, sehingga kelanjutan daripada industri mereka ini harus kita jaga. Tentunya sekarang kita meminta mereka melihat industri garam yang kita miliki, berapa persen bisa mensubtitusi daripada garam impor, dengan itu diharapkan kita bisa mengurangi impor garam secara nasional,” jelas Deputi Safri.

Sementara itu, Asdep Hilirisasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Amalyos menambahkan adapun upaya mandiri sesuai apa yang diungkapkan Deputi Safri terhadap kedua perusahan yang bergerak di bidang petrokimia tersebut yakni melalui pengenalan inovasi teknologi yang diinisiasi oleh BPPT berupa pemanfaatan rejected brine dari PLTU yang berada di sekitar Cilegon ini, yang nantinya bisa disalurkan melalui pipa dan diterima langsung oleh pabrik petrokimia terutama 2 pabrik besar ini.

“Nah kita berharap pertemuan ini bisa membuat suatu kesepakatan untuk melengkapi feasibility study yang saat ini sedang dilakukan oleh BPPT, sehingga nanti kita dapat gambaran apakah inovasi ini bisa diimplementasikan dan tentunya kita berharap apa yg sudah diinisiasi oleh BPPT ini bisa kita dorong untuk menjadi program nasional,” ujar Asdep Amalyos.

Sehingga, lanjut Asdep Amalyos, dalam konteks pergaraman nasional apa yang sudah dilakukan BPPT ini merupakan inovasi baru yang diharapkan bisa diimplementasikan dalam rangka subtitusi garam impor yang selama ini cukup besar pemakaiannya, yang setiap tahunnya kita datangkan dari luar dalam rangka pemenuhan bagi kebutuhan industri CAP, dan tentunya kita harapkan ini akan menciptakan nilai tambah yang lebih besar dalam pergaraman nasional kita.

Biro Komunikasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi

[gallery link="file" columns="2" size="large" ids="51081,51082,51084,51085"]