Bicarakan Mitigasi Perubahan Iklim, Deputi Nani Tekankan Karbon Biru sebagai NBS/EBA
Marves - Dubai, Solusi berbasis alam dengan pendekatan ekologi menawarkan potensi besar dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan berkurangnya keanekaragaman di alam. Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Nani Hendiarti, dalam diskusi bertajuk "Unlocking the potentials of Nature Based Solution (NBS)/ Ecological Based Approach (EBA) for Adaption and Mitigation of Climate Change" (01-12-2023).
"Pendekatan ini tidak hanya mampu menanggulangi perubahan iklim, namun juga berkontribusi terhadap pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Potensi pendekatan ini secara global diperkirakan 6,7 GT CO2/tahun pada tahun 2030, dan Indonesia menyumbang 15% dari angka tersebut," tutur Deputi Nani.
Menurut Deputi Nani, potensi yang berasal dari hutan, mangrove, lamun, dan rumput laut memiliki kapasitas yang besar dalam memitigasi perubahan iklim. Potensi sumber daya itu dikenal pula dengan ekosistem karbon biru. Dirinya menginformasikan bahwa melalui Peraturan Presiden nomor 98 tahun 2021, Indonesia telah meregulasi karbon biru.
"Pemerintah Indonesia berkomitmen dengan regulasi tersebut bahwa kebijakan sektor kelautan, dalam hal ini karbon biru, dianggap sebagai mitigasi perubahan iklim dan termasuk dalam upaya mencapai target NDC," katanya.
Deputi Nani selanjutnya merekomendasikan sejumlah hal yang dapat dilakukan untuk mengimplemenatasikan karbon biru, di antaranya integrasi multi stakeholder yang terdiri dari LSM, akademisi, swasta, strategic development partner, dan lembaga keuangan internasional.
"Diperlukan pula research and development terkait carbon stock dan MRVnya, peningkatan partisipasi masyarakat dan pemerintah, penegakan hukum untuk menghindari semakin parahnya kerusakan lingkungan, peningkatan ekonomi masyarakat, serta menyusun roadmap nasional untul karbon biru termasuk regulasi yang mendukung pengelolaan mangrove," imbuh Deputi Nani.
Dirinya juga merekomendasikan peningkatan pengetahuan dan diseminasi informasi untuk meningkatkan kesadaran pentingnya ekosistem karbon biru di masyarakat, sokongan modal yang konsisten, dan peningkatan komunitas mangrove baik lokal maupun nasional.
"Pemerintah Indonesia saat ini tengah menyiapkan blue carbon sector inclusion on its NDC. Langkah nyata yang sedang dijalankan saat ini adalah proyek Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) yang didukung oleh Bank Dunia," tuturnya.
"Dalam dekade terkahir, karbon biru telah dikenal dunia sebagai langkah NBS dengan pendekatan ekologi. Regulasi mengenai karbon biru di Indonesia menunjukan komitmen kami terhadap hal ini. Roadmap telah tersusun, dan sejumlah proyek telah kami jalankan untuk membuktikan komitmen tersebut," pungkas Deputi Nani.
Sebagai informasi, sejumlah tokoh hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut, yaitu Wakil Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan UAE, Senior Natural Resources Management Specialist Bank Dunia, Presiden Direktur PT. Sucofindo, Direktur Eksekutif Tropical Forest Aliance WEF, serta Wakil Presiden Pertamina Hulu Rokan.
No.SP-300/HUM/ROKOM/SET.MARVES/XII/2023
Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI