Delegasi KTT G20 Dibuat Terpukau Oleh Kearifan Lokal Bali

Delegasi KTT G20 Dibuat Terpukau Oleh Kearifan Lokal Bali

Marves - Bali, persiapan maksimal kini tengah dilakukan oleh Bali dalam menyambut delegasi KTT G20. Potensi yang dimiliki Bali memang tidak main-main dalam menyambut setiap kegiatan kenegaraan. Dari kebudayaan, pariwisata dan sumber daya manusia yang dimilikinya semua dikerahkan.

Salah satu potensi yang sanggup memukau para delegasi adalah kearifan lokal dari desa-desa adat yang dimiliki Bali. Kekuatan ini memang tidak main-main, karena keunikan dan kekhasan dari desa satu dengan desa lainnya sangat berbeda. Dan, Bali menjadi salah satu provinsi yang ketat menjaga adat istiadat dan kearifan lokal yang dimilikinya.

Kekuatan memegang adat menjadikan desa-desa di Bali menjadi desa wisata yang diminati turis-turis mancanegara. Mengembangkan desa wisata bukan berarti meninggalkan unsur kelokalan yang dimilikinya. Seperti yang ditekankan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam setiap kunjungan ke daerah yang memiliki pariwisata menarik.

Menko Luhut berpesan agar pengembangan desa wisata tak meninggalkan budaya lokal. Budaya lokal yang memiliki nilai-nilai luhur yang dimiliki nenek moyang bangsa Indonesia wajiba dilestarikan.

"Kita semua berharap makin banyak desa wisata yang dikembangkan menjadi tempat wisata. Hal ini diwujudkan tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur, kearifan lokal dan budaya setempat serta dapat memberikan daya tarik tersendiri,” kata Luhut baru-baru ini dalam sambutannya secara daring di Investment Forum: 5 Super Priority Tourism Destinations yang digelar di Labuan Bajo, NTT, Jumat, (9/9/2022).

Hal ini terbukti, beberapa agenda dari working group G20 berkunjung di desa-desa di Bali sangat terpukau dengan kearifan lokal yang terjaga dan masih lestari. Seperti kunjungan delegasi Kelompok Kerja Education Working Group (EdWG) G20 ke Samsara Living Museum di Desa Jungutan, Kabupaten Karangasem.

Nilai gotong royong di Desa Jungutan, Karangasem, yang menjadi ciri khas desa ini berhasil membuat para peserta EdWG G20 tertarik. Chair of G20 EdWG Iwan Syahril berharap rangkaian kegiatan EdWG yang melihat praktek langsung di Desa Jungutan dapat memperkuat nilai gotong royong yang di dorong dalam Presidensi G20 di Indonesia. 

“Dengan peranan yang berbeda-beda satu sama lain dalam sebuah komunitas, budaya masyarakat Bali yang dihadirkan di Samsara Living Museum merupakan sebuah contoh nyata lainnya dari nilai gotong royong di Indonesia. Harapannya, kunjungan ini dapat memperkuat nilai gotong royong Indonesia untuk terus menginspirasi dunia untuk menjalani hidup yang harmonis,” kata Iwan dalam keterangan tertulis, Senin, 5 September 2022. 

Bali memang sangat menjaga tradisi dan ritual adat dari sejak lahir, dewasa, sampai meninggal dunia disampaikan melalui cerita dan dialami langsung melalui praktik oleh para delegasi. Siklus hidup masyarakat Bali direpresentasikan dalam rangkaian kuliner, visual, dan benda adat yang menggambarkan nilai-nilai upacara dan tradisi.

Kearifan lokal Bali terpancar dari berbagai macam ritual di Samsara Living Museum yang mengusung filosofi Tri Hita Karana. Dari Desa Jungutan ini para delegasi mengenal tentang nilai gotong royong dan keselarasan dengan alam.

Desa Panglipuran Ajarkan Anti Poligami

Jangan coba-coba berpoligami di Desa Wisata Panglipuran, Kabupaten Bangli, Bali! Siapa saja yang berani berpoligami akan dijatuhi sanksi adat berupa tinggal di sebuah tempat khusus bernama karang memadu. 

Sanksi ini merupakan bentuk perlindungan terhadap perempuan. Hal ini diutarakan oleh Bupati Bali Sang Nyoman Sedana Arta. "Hukuman yang dilakukan bagi siapa saja yang berpoligami merupakan bentuk perlindungan bagi seorang perempuan. Hal ini merupakan bentuk perlindungan terhadap perempuan," kata Bupati Bali ini saat menerima delegasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan Negara-negara G20 pada bulan Agustus lalu.

Adapun para delegasi Ministerial Conference on Women's Empowerment (MCWE) ini juga mengunjungi perumahan warga di desa tersebut. Desa Wisata Penglipuran berjarak 55 kilometer dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, dengan durasi berkendara hingga hampir dua jam.

Desa wisata, yang kini menerapkan e-ticket untuk pengunjung, ini masuk kategori Desa Wisata Mandiri Inspiratif dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Peran serta perempuan memang mengambil porsi yang besar dalam membangun desa wisata di Desa Panglipuran. Perempuan terlibat dalam usaha kerajinan tangan, usaha warung makan dan usaha kuliner lokal. Hal ini yang membuat perekonomian di rumah tangga terbantu dengan peran perempuan yang besar.

Potret Anti Korupsi Di Desa Kutuh Pandawa.

Sebuah potret anti korupsi yang diterapkan pada suatu desa, ternyata memberikan efek besar dalam perubahan yang terjadi dalam desa tersebut. Menjadi praktek baik apa yang telah ditunjukkan oleh Desa Adat Kutuh Pandawa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, membuat desa ini masuk dalam 10 besar desa percontohan anti korupsi di Indonesia.

Penilaian itu dilakukan oleh sejumlah kementerian dan KPK yang menilai bahwa Desa Adat Kutuh Pandawa memiliki keterbukaan dalam memberikan informasi yang berkaitan pelayanan. Masyarakat bisa menilai langsung perangkat desa dalam hal pelayanan desa. Bahkan, sejumlah agenda yang dilakukan oleh perangkat desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga eksekusi dilakukan secara terbuka dan dipublikasikan di sejumlah media sosial dan website resmi milik desa.

Desa yang terbentuk tahun 2002, dahulunya merupakan desa miskin tapi seiring waktu desa ini berhasil meraup pendapatan lebih dari bisnis pariwisata. Bahkan, Presiden Joko Widodo mengapresiasi desa ini yang berhasil mengelola dana desa secara tepat sasaran. Kebocoran dana tidak pernah terjadi, karena semua dilakukan secara terbuka dan akutabilitas.

Uniknya, desa ini menggunakan sistem dualitas kepemimpinan. Ada pemimpin adat yang disebut pendese, lalu ada kepala desa yang disebut perbekel. Keduanya memiliki fungsi berbeda, yang satu mengurus masyarakat adat dan yang satunya mengurus administrasi.

Kepala desa adat atau pendese atau disebut juga bende desa, dapat diartikan sebagai pengikat atau pengatur irama desa. Selanjutnya, pendese bertanggung jawab langsung kepada masyarakat adat di desanya.

Sedangkan kepala desa atau perbekel bertugas sebagai pelaksana tugas administratif atau pemerintahan. Perbekel bertanggung jawab langsung kepada struktur pemerintahan di atasnya yaitu camat.

Meskipun ada dua kepala di Desa Kutuh, tapi berjalan seirama dan pembangunan bisa dipercepat. Hal ini yang membuat kemajuan Desa Adat Kutuh Pandawa begitu cepat dan berjalan dengan baik. Tak heran ketika para delegasi Anti-Corruption Working Group (ACWG) G20 yang menggelar pertemuan di Bali, menjadikan desa ini disambangi oleh KPK dan para delegasi.

Melihat terkesannya para Delegasi KTT G20 yang menyambangi beberapa desa adat, menunjukan bahwa kearifan lokal Indonesia memiliki daya pukau yang tak main-main sebagai asset pariwisata Indonesia. Hal ini yang harus kita perhatikan dan pelihara dengan baik.