Demi Meningkatkan Pariwisata Buton, Pemerintah Pusat Dorong Festival Budaya Tua Buton Naik Kelas
[Humas-Maritim] Buton--Usai menutup kegiatan Festival Budaya Tua Buton, Rabu (24/8), Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman, Safri Burhanuddin, meminta agar even tersebut ditingkatkan skala pelaksanannya. “Kita bisa tingkatkan skalanya dari nasional menjadi internasional supaya ada pendorong kemajuan sektor pariwisata,” ujarnya saat mewakili Menko Maritim memberikan sambutan pada acara Festival Budaya Tua Buton di alun-alun Takawa, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Selain itu, Safri pun meminta agar pemerintah daerah menjadikan even Festival Budaya Tua Buton sebagai even rutin tahunan. “Bila hal ini dilakukan maka wisatawan dapat memiliki alternatif destinasi wisata selain wisata alam di Buton,” tambahnya. Efek positifnya, menurut Deputi IV ini adalah berkembangnya lapangan usaha dan pekerjaan dari sektor pariwisata.
Lebih jauh, Safri menambahkan, bahwa seyogyanya even festival budaya tersebut dilaksanakan dengan mengangkat tema-tema tertentu. “Kita kemas sedemikian rupa agar punya daya tarik yang khas. Tahun depan harus disiapkan, perlu didorong bersama oleh Maritim dan Kemenpar,” usulnya.
Namun demikian, ada satu hal penting yang dia minta kepada pemerintah Kabupaten Buton. “Pemerintah daerah baru dikatakan sukses menyelenggarakan sebuah even bila selesai acara tidak ada sampah,” tegasnya. Menurut Safri bila sampah tidak dikontrol, maka wisatawan akan enggan masuk ke Buton atau Baubau.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Kementerian Pariwisata (Sesmenpar) Ukus Kuswara yang juga hadir mewakili Menteri Pariwisata, Arief Yahya membenarkan gagasan Safri Burhanuddin. Menurutnya, Festival Budaya Tua Buton telah masuk dalam kalender even pariwisata nasional yang dibuat oleh Kemenpar. “Tapi tidak cukup hanya punya atraksi atau destinasi wisata yang menarik saja untuk mendongkrak kemajuan sektor pariwisata, namun juga harus memperhatikan aspek amenitas dan aksesibilitas,” ujarnya usai memberikan sambutan pada Festival Budaya Buton.
Amenitas, tambahnya, merupakan fasilitas pendukung pariwisata seperti air, listrik, hotel atau penginapan. Sedangkan aksesibilitas menurut Ukus, adalah transportasi dan sarana pendukungnya seperti bandara atau dermaga. “Seperti halnya Toba, untuk melakukan percepatan pengembangan sektor pariwisata, pemerintah memutuskan untuk menambah panjang landasan, sehingga pesawat berkapasitas besar seperti Boeing dapat terbang langsung ke bandara Silangit dan Sibisa,” urainya. Dia menyebut kebijakan tersebut dengan akronim 3A yakni atraksi, amenitas, dan aksesibilitas.
Lebih detil tentang Festival Budaya Tua Buton, festival ini telah diselenggarakan sebanyak empat kali. Festival tersebut berlangsung dari tanggal 19-25 Agustus 2016 dengan menampilkan tari kolosal yang diikuti oleh 10 ribu penari. Penari-penari yang merupakan pelajar SD hingga SMA itu menarikan empat jenis tarian yakni tari Ponare. Potimbe, Bosu dan Lumense. Tak hanya tarian, pemerintah Kabupaten Buton juga mengadakan Tandaki (tradisi khitan masal), Pikande-kandea (tradisi makan bersama) kuliner khas Buton yang diletakkan ke dalam 2 ribu talang/baki, hiburan rakyat dan pameran Seni dan Budaya se-Sulawesi Tenggara.
[caption id="attachment_5083" align="alignnone" width="300"] ?[/caption]