Dengan Plastic Tar Road Kita Ingin Tunjukkan Pada Dunia Bahwa Kendala Sampah Plastik Sudah Tertangani

Dengan Plastic Tar Road Kita Ingin Tunjukkan Pada Dunia Bahwa Kendala Sampah Plastik Sudah Tertangani

Maritim - Jimbaran, Bali- Deputi Bidang SDM, IPTEK, dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Safri Burhanuddin mengungkapkan alasan kenapa memilih Provinsi Bali sebagai test case implementasi pemanfaatan sampah plastik untuk diaplikasikan dalam pembangunan jalan raya (Plastic Tar Road).

Menurutnya, Bali dipilih karena akan menjadi host atau tuan rumah event pertemuan tingkat tinggi ”Annual Meeting IMF World Bank” 8 – 14 Oktober 2017, yang rencananya akan dihadiri oleh delegasi dari 189 negara, yang terdiri dari ribuan partisipan dari seluruh dunia. Sehingga, lanjut Safri, hal tersebut sekaligus akan menunjukkan kepada dunia, bagaimana cara Indonesia dalam menangani masalah global sampah plastik, yang konon membuat Indonesia menempati peringkat ke 2 sebagai penyumbang sampah plastik lautan (marine debris) terbesar dunia.

“Event global tersebut akan berlangsung selama satu bulan, IMF dan World Bank salah satu temanya adalah menjaga lingkungan, bidang energi dan pengelolaan sampah, hal ini bukan lagi menjadi isu nasional tapi internasional, karenanya kita ingin memperkenalkan kepada dunia, bahwa kendala sampah di Indonesia kita bisa tangani dengan baik,” ujarnya usai mengisi acara Workshop dengan tema "Plastic Tar Road sebagai Solusi Penanggulangan Sampah Plastik", di Gedung Rektorat Universitas Udayana, Bukit Jimbaran- Bali, Kamis (15-7-2017).

Teknologi Plastic tar road sendiri, seperti sudah diberitakan sebelumnya adalah teknologi pembuatan jalan raya dengan cara mencampur aspal, kerikil dengan sampah plastik, yang sebelumya sudah dicacah kemudian dilebur bersama, komposisi hasil campuran tersebut kemudian dipakai sebagai bahan dasar pembuatan jalan raya. Teknologi ini ditemukan oleh Prof. Vasudevan, Dekan Fakultas Teknik dari The Thiagarajar College of Engineering (TCE) India, teknologi Plastic tar road ini juga sudah mendapatkan sertifikasi dan paten, serta sudah banyak diterapkan di berbagai negara, sebagai solusi pemanfaatan sampah plastik.

“Indonesia sudah berkomitmen di UN Ocean Conference untuk memerangi sampah plastik, diharapkan dengan teknologi ini, secara signifikan dapat mengurangi sampah plastik, mengingat dari 10 ton aspal, akan kita sisipkan 1 ton sampah plastik. Dan ini bisa menghemat karena daya tahannya bagus, jadi kita bisa meminimalisir biaya perawatan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Safri menuturkan, teknologi Plastic tar road ini juga bisa menjadi solusi bagi masyarakat desa, karena apabila diterapkan di pembangunan jalan desa, maka masyarakat akan diberdayakan dengan cara pengelolaan mandiri sampah plastik dan pembangunan infrastuktur jalan di desanya, dengan kata lain masyarakat akan dapat menentukan sendiri berapa anggarannya dan juga berapa penghematannya.

”Artinya, masyarakat desa bisa memanfaatkan sendiri untuk mengelola sampah plastiknya dan mengelola pembuatan jalan sendiri. Apa yang terjadi adalah pembangunan ekonomi yang luar biasa dengan biaya yang relatif hemat dan tahan lama,” pungkas Safri.