Deputi Agung Jabarkan Program Kerja Mengenai SDA dan Jasa di Rakornas Kemaritiman 2017

Deputi Agung Jabarkan Program Kerja Mengenai SDA dan Jasa di Rakornas Kemaritiman 2017

Maritim – Jakarta, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam (SDA) dan Jasa Kemenko Maritim, Agung Kuswandono menjabarkan program kerja kedeputiannya mulai dari SDA dan jasa, energi baru terbarukan, swasembada garam hingga konverter kit. Hal itu diungkapkannya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kemaritiman 2017 di Sasana Kriya, TMII, Jakarta Timur, Kamis (04-05-2017).

 “Mengenai SDA, kita tahu bahwa Indonesia kaya raya, jadi mulai sekarang saya ingin menekankan kita jangan merasa minder menjadi bangsa Indonesia.  Bangsa Indonesia bisa dikatakan bangsa terkaya di dunia, geografinya luar biasa, potensi kemaritiman di atas laut, di dalam laut, di dasar laut, di bawah dasar laut, apapun ada, tinggal kita mampu untuk memanfaatkan atau tidak,” kata Agung di ruang Rakornas.

2017-05-05-PHOTO-00008048Untuk menjaga dan melestarikannya, Agung bersama dengan 4 (empat) asisten deputi di bawahnya tengah melakukan program, seperti provokasi percepatan pembangunan hal-hal yang bisa selaras dengan kekayaan alam tersebut, seperti halnya dalam promosi wisata-wisata.

“Yang kita tangani di bidang SDA dan Jasa ini, jadi kita tidak ikut membangun, tetapi ikut mendorong percepatan pembangunannya, seperti promosi wisata-wisata di Indonesia, promosi dalam membangun bandara di Indonesia, promosi pelayanan supaya wisatawan mudah masuk ke Indonesia. Ini semua sudah berjalan dan kami harapkan hasil yang semaksimal mungkin,” ujarnya.

Selain SDA dan Jasa, Agung memaparkan mengenai energi baru terbarukan. “Jadi Indonesia ini sekarang mulai mengembangkan energi angin, energi air, energi gas, kemudian ada solar system segala macam. Kita harus tahu bahwa 71 tahun kita merdeka, masih ada daerah yang belum dialiri listrik, nah ini menjadi PR bagi kita.  Mungkin kalau lewat PLN mereka terlalu lama, maka masing-masing daerah bisa mengembangkan energi baru terbarukan terkait kelistrikan tersebut, nanti bisa berkoordinasi dengan kami,” jelasnya.

Kemudian setelah SDA, jasa dan energi baru terbarukan, Agung membahas tentang tata ruang laut di Indonesia. Agung menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai laut yang begitu luas, yakni 75% teritori Indonesia ini adalah ocean atau laut. Namun sayang, tata ruangnya masih belum jadi atau sebagian jadi, tetapi tak diketahui mana daerah yang dikuasai atau dipegang oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), mana yang dipegang oleh KKP, mana yang dipegang oleh Kementerian ESDM, mana yang dipegang provinsi, dan mana yang dipegang oleh kabupaten/kota. Dalam artian, masih banyak yang tumpang tindih.

“Sehingga begitu ada penerbitan ijin, sering terjadi pihak satu tidak mengijinkan, tetapi pihak lain bisa mengijinkan. Nah hal-hal begini selalu terjadi di lapangan. Ini harus kita bentuk tata ruang laut untuk konservasi untuk keperluan ekonomi dan sebagainya, agar bisa tertata rapi,” ucapnya.

Terkait laut, lanjut Deputi Agung, harus diperhatikan pula pembudidayaan ikan serta petambak garam. “Bahwa Indonesia adalah penghasil ikan hias yang luar biasa besar. Ikan hias kita sampai ke negara Amerika, Cina, dan ke mana mana, tetapi kita tidak pernah tahu prosesnya seperti apa, apakah itu berkontribusi kepada negara Indonesia atau tidak, kita tidak pernah melakukkan monitoring dan evaluasi. Untuk itu, untuk langkah pertama kami akan lakukan penangan ikan hias ini,” ucapnya.

2017-05-05-PHOTO-00008049Dan selanjutnya, Agung memaparkan mengenai swasembada garam hingga eksportir garam, yang tengah dilaksanakan oleh pemerintah. “Kita ingin mampunyai atau melaksanakan swasembada garam, bapak ibu tahu bahwa negara kita adalah maritim yang luas pantainya luar biasa panjang, tetapi garamnya masih impor, jadi banyak anomali yang terjadi. Nah kita ingin, kita menjadi produsen garam, kalau bisa eksportir garam. Jadi kalau Pak Presiden mengatakan mengatakan kita harus melangkah cepat, nah sekarang kita tidak hanya berpikir swasembada garam, tetapi harus berfikir menjadi eksportir garam, bisa atau tidak, harus pasti bisa,” jelasnya,.

Kemudian, lanjut Agung, mengenai pengadaan kapal perikanan, pengadaan konverter kit. “Kami ikut terlibat pendampingan ke nelayan-nelayan di daerah konverter kit itu, mengubah dari penggunaan bahan bakar bensin ke bahan bakar gas.  Gas elpiji itu yang untuk ibu-ibu rumah tangga itu kalau kita menggunakan bahan bakar gas ini mereka yang melaut tiga hari biasanya menghabiskan 10-12 liter bensin, bisa diganti dengan tabung gas 3 kg satu saja. Mereka bisa saving. Kalau di Kalimantan Barat, daerahnya bisa saving sampai Rp 80.000, Padang bisa saving sampai Rp 20.000, separuh dari ongkos yang biasa mereka lakukan, jadi cukup signifikan pergantian bahan bakar ini,” terangnya.