Dorong Inovasi Dalam Negeri, Converter Kit BBM menjadi BBG Gunakan Teknologi Anak Bangsa
Maritim - Jakarta, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Jasa Agung Kuswandono menegaskan akan terus memperluas upaya pemunculan Converter Kit (alat konversi bahan bakar minyak ke gas) bagi para nelayan di seluruh Indonesia. Menurutnya upaya ini sangat baik, mengingat bahan bakar gas (bbg),terbukti lebih ramah lingkungan dan yang lebih murah dibanding penggunaan bahan bakar minyak (bbm), utamanya bagi para nelayan kecil karena bisa menghemat biaya operasional sampai dengan setengahnya, misalnya dari biaya yang biasa dikeluarkan nelayan untuk sekali melaut sekitar Rp 100 – 180 ribu, dapat ditekan hingga Rp 50 – 80 ribu. ” Ini kalau kita kembangkan gaungnya akan besar sekali, apalagi bagi nelayan kecil yang gross ton 10 ke bawah, makanya kami dorong untuk kembangkan Converter Kit,” ujar Agung, di kantornya (8/5/2017).
Agung menjelaskan, Kemenko Maritim akan lebih mendorong Conventer Kit buatan anak bangsa, karena diketahui ternyata sudah ada yang mampu merancang dan membuat piranti pengkonversi bahan bakar itu dengan teknologi mumpuni dan teruji, tidak kalah berkualitas dibanding alat serupa buatan luar negeri. Aplikasinya sederhana namun mudah, sudah mendapatkan paten dan juga telah bersertifikat SNI (Standar Nasinonal Indonesia). “Pembuat alat tersebut adalah seorang nelayan asal Kalimantan Barat bernama Pak Amin, alatnya bernama Amin BenGas, sudah produksi namun masih harus ditingkatkan, para nelayan yang mencoba juga puas. Kita akan mendorong supaya lebih berkembang diantaranya dengan mendorong memberikan permodalan, karena anggaran kita minim kita akan rangkul seluruh stakeholder untuk mendukung hal ini,” imbuhnya.
Kemudian Agung juga menghimbau kepada kementerian terkait yaitu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang juga diberikan wewenang menangani pengadaan Converter Kit untuk lebih memprioritaskan karya anak bangsa dibanding melakukan impor, karena menurut pandangannya Converter Kit yang sudah dibuat Pak Amin sudah memenuhi segala syarat dan aplikasinya juga terbukti mudah, sedangkan masih menurut Agung, Converter Kit impor sering mendapatkan keluhan dari para nelayan yang menggunakan karena terkendala dengan manual mesin impor tersebut yang dinilai rumit. “Ada 2 hal yang harus saya angkat, yang pertama, Converter Kit sudah mampu diproduksi anak bangsa, tapi teman-teman di Kementerian ESDM punya jalur lain yaitu impor, kalau saya berpikir kita angkat produksi anak bangsa, kalau ada masalah teknis adu saja antara mesin buatan anak bangsa dengan yang impor tadi. Kalau impor yang jelas biayanya lebih banyak, dan belum teruji di lapangan, kalau buatan Pak Amin sudah teruji tangguh dan mudah, jadi jangan hanya berorientasi ke impor, di lapangan mesin ini paten,sementara mesin impor masih banyak kendala,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Kemenko Maritim sudah bergerak cepat meningkatkan pemunculan Converter Kit kepada nelayan Indonesia baik di Indonesia bagian Barat maupun Timur. Kemenko Maritim selaku koordinator pun telah melakukan koordinasi lintas Kementerian (Kementerian Kelautan dan Perikanan dan ESDM), Pemerintah Daerah setempat dan Badan Usaha Milik Negara (PGN dan Pertamina) untuk merealisasikan target yang telah dicanangkan. Daerah-daerah yang nelayannya sudah mendapatkan Converter Kit antara lain, Kalimantan Barat, Wakatobi( Maluku Utara), Makassar (Sulawesi Selatan), Palembang (Sumatera Selatan) dan Padang (Sumatera Barat), ke depan Kemenko Maritim akan lebih masif memperluas program konversi bbm ke bbg bagi para nelayan di daerah-daerah yang belum mendapatkan. ***