Indonesia Gandeng Akademisi AS Untuk Tangani Sampah Plastik Laut
Maritim--Jakarta, Pemerintah Indonesia, terus berupaya serius dalam memerangi sampah plastik dan mikroplastik khususnya di perairan. Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah plastik dan mikroplastik agar tidak masuk ke wilayah perairan.
Upaya tersebut mulai dari mengajak pelajar agar mau membuang sampah pada tempatnya, mengajak komunitas agar bersedia melakukan kampanye peduli sampah pada masyarakat dan mau ikut program bank sampah hingga mengundang para kepala daerah seluruh Indonesia untuk menggalakkan program kebersihan agar sampah di darat tidak masuk ke perairan.
Terbaru, pemerintah Indonesia menyerukan pentingnya kerjasama antar negara dalam penanganan masalah sampah plastik dan mikroplastik dilaut pada saat Konferensi Kelautan Dunia di PBB pada tanggal 5-9 Juni lalu. "Masalah sampah plastik laut adalah isu lintas negara sehingga perlu ada kerjasama yang komprehensif agar penanganan masalah ini dapat lebih efektif," ujar Asisten Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman Nani Hendiarti dalam Diskusi Ilmiah, Selasa (13/6).
Selain memaparkan tentang isu sampah plastik laut di PBB, dalam diskusi ilmiah yang digelar di Gedung BPPT itu, Kemenko Bidang Kemaritiman juga mengundang Jenna Jambeck, pakar lingkungan dan peneliti tentang tentang sampah dari Universty of Georgia, Amerika Serikat. "Kita ingin memaparkan capaian Indonesia dalam penanganan sampah dan kita juga berniat ingin bekerjasama dengan Dr. Jenna Jambek,” ujar Nani menceritakan tujuan diadakannya diskusi ilmiah tersebut.
Lebih jauh, dia menjelaskan, sosok Jenna dipilih sebagai narasumber karena kredibilitas, pengalaman dan keilmuan yang mumpuni di bidangnya. Menurutnya, metode dan pendekatan yang dilakukan oleh Jenna juga sangat bagus. Khususnya mengenai publikasi yang telah dilakukan oleh Jenna mengenai cara menyingkirkan sampah plastik dan cara penanganannya.
"Kita ingin bekerjasama dengan mereka karena mereka punya metode dan pendekatan yang bagus, akan tetapi mereka belum mengetahui situasi sebenarnya disini, karena mereka kan baru kunjungan yang pertama kali di Indonesia. Jadi kita dengan Dr Jenna ini akan membuat sejenis new publication atau publikasi scientific,” imbuh Nani.
Menanggapi keinginan pemerintah Indonesia tersebut, Jenna mengaku sangat senang. Dia pun bersedia untuk bekerjasama dalam pengelolaan sampah di darat maupun penelitian dengan menggunakan modeling mobilitas sampah plastik di perairan berdasarkan arus sungai maupun laut. "Kami bersedia membantu penelitian ini (modeling mobilitas sampah plastik, red) terutama untuk metodologinya," tuturnya.
Penelitian dengan menggunakan sistem modeling ini pernah digunakan olehnya ketika melakukan prediksi tentang sumber sampah plastik di laut pada tahun 2015. Dan hasilnya adalah Indonesia masuk dalam urutan ke-2 penyumbang sampah plastik ke laut terbanyak setelah China. "Namun penelitian tersebut masih bersifat prediksi sehingga saya sangat menyambut baik apabila negara-negara yang menjadi obyek penelitian kami mau menindaklanjuti dengan menggunakan metodenya masing-masing," tambah Jenna.
Metode modeling sampah itu, juga dikembangkan oleh Jenna dan beberapa peneliti di University of Georgia menjadi sebuah aplikasi. "Aplikasi pelacak sampah plastik laut ini bisa dioperasikan dengan mudah oleh masyarakat melalui telepon pintar mereka," ujarnya. Dengan aplikasi tersebut, dia menambahkan, masyarakat dapat mengetahui kemana arah sampah botol atau sampah plastik mereka lainnya setelah memasukkan data ke dalam aplikasi itu.
Dengan kunjungannya kali ini, Ia juga mengungkapkan dukungannya terhadap keinginan Indonesia dalam memerangi sampah plastik dan juga berniat akan mempelajari lebih jauh lagi mengenai situasi di Indonesia.
"Saya ingin belajar tentang sistem di Indonesia, dan negara lainnya. Indonesia sudah memiliki proyek bebas sampah yang bagus (zero waste), Indonesia juga punya berbagai proyek pembersihan dan rehabilitasi kanal yang luar biasa. Kami akan dengan senang hati membantu Indonesia,” jelasnya.
Jenna lantas merekomendasikan berbagai cara agar setiap orang dapat memainkan peranan dalam mengurangi sampah plastik. Cara tersebut antara lain menghindari konsumsi air dalam kemasan botol plastik apabila ada akses ke sumber air minum bersih, menghindari penggunaan sedotan dan produk plastik sekali pakai lainnya.
Selain itu, Jenna juga meminta agar masyarakat mau menggunakan tas yang dapat dipakai ulang ketika berbelanja, serta memungut sampah ketika diluar agar jumlah sampah yang masuk ke laut bisa dikurangi. “Karena kepadatan populasi lah yang mengendalikan isu ini, maka pilihan yang kita lakukan secara kolektif akan benar-benar membuat perubahan,” pungkas Jenna. (***)
[gallery ids="13435,13434,13433"]