Indonesia Tegaskan Komitmen Transisi Energi Mencapai Ekonomi Hijau di COP 27
Marves - Sharm El Sheik, Indonesia menegaskan komitmennya mewujudkan transisi energi menuju ekonomi hijau dalam perhelatan the 27th session of the Conference of The Parties of the UNFCCC (COP 27) Mesir (08/11). Bertempat di Paviliun Indonesia, Kemenko Marves bersama Kementerian ESDM, PLN, Pertamina menggelar sesi temuwicara bertema “Energy Transition on Achieving Net Zero Emission: a High Call for Urgency”.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dalam pidato pembukaan sesi pavilion tersebut menegaskan kepada masyarakat dunia bahwa Indonesia berkomitmen untuk turut aktif mengurangi emisi karbon. Kepemimpinan Indonesia dalam Presidensi G20 juga akan mengangkat target transisi energi dalam mewujudkan ekonomi hijau.
Menko Luhut juga mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang dalam pembahasan peluang kerjasama Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan 10 negara maju yang tergabung ke dalam Internasional Partner Group (IPG) dengan pendanaan lebih besar dari pendanaan JETP Afrika Selatan. Pada sesi terakhir pidato Luhut B Pandjaitan menegaskan kembali bahwa Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan pada Penyediaan Tenaga Listrik sehingga dapat diharapkan melalui Perpres ini dapat mendorong global berkolaborasi dengan Indonesia dan investasi di bidang transisi energi yang bertujuan akhir mencegah peningkatan suhu permukaan bumi yang tidak lebih dari 1.5 derjat Celcius
Sesi talkshow Energy Transition tersebut yang di awali oleh presenter Climate Ambassador of Denmark, Tomas Anker Christensen, menyatakan bahwa Kerajaan Denmark yang merupakan salah satu anggota IPG berkomitmen membantu Indonesia bertansformasi dari energi fosil batubara kepada energi terbarukan yang saat ini sedang berjalan proyek energi terbarukan di 3 wilayah di Jawa Barat, Aceh dan Lombok.
Selanjutnya, Direktur Perencanaan Sistem dan Transmisi, Evy Haryadi, menyampaikan bahwa PLN sangat berkomitmen melaksanakan kebijakan dekarbonisasi energi transisi menuju Net Zero Emission 2060 or sooner, Haryadi menyatakan PLN berkomitmen tidak membangun PLTU batubara lagi kecuali pipeline project dan menyiapkan energy storage untuk pembakit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan seperti solar dan angin serta mendukung pengembangan teknologi dan ekosistem industry pemanfaatan energi bersih seperti EV (kendaraan listrik). Hariyadi juga menyatakan bahwa terkait kebutuhan pembiayaan, PLN menerbitkan Pernyataan Kehendak (statement of intent) on the Sustainable Financing Framework, sebagai salah satu strategi perseroan untuk mendapatkan paket green financing.
Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Maritim dan Investasi Nani Hendiarti. Deputi Nani menegaskan kesuksesan transisi energi memerlukan komitmen yang konkrit dari negara-negara maju dengan skema pembiayaan yang memadai serta perlunya konteks konstribusi pengurangan emisi karbon yang signifikan dan penguatan target NDC Indonesia.
Pada kesempatan itu juga, terdapat pembicara dari CEO of Global The Global Energy Alliance for People and Planet (GEAPP), Simon Harford, yang menyatakan pentingnya kolaborasi negara maju dalam pembiayaan energi transisi di beberapa negara berkembang yang bergantung kepada batubara sebagai penyokong energi nasional untuk menjalankan komitmen global COP26 Glasgow yaitu phase down PLTU batubara. Kemudian pembicara dari Indika Nature dan Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang memaparkan konsep best practices manajemen perusahaan dalam berkomitmen transisi energi fossil menjadi energi terbarukan.
Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
No.SP-363/HUM/ROKOM/SET.MARVES/XI/2022