Indonesia Youth Marine Debris Summit: Aksi Nyata Pemuda Atasi Sampah Laut

Indonesia Youth Marine Debris Summit: Aksi Nyata Pemuda Atasi Sampah Laut

Maritim-Jakarta, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) membuktikan komitmennya mendukung  kegiatan menyelamatkan samudera dari masalah sampah  laut (marine debris). Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),  kalangan LSM dan Komunitas Pecinta Lingkungan seperti Kehati dan Divers Clean Action (DCA) menggelar acara Indonesia Youth Marine Debris Summit (IYMDS). Ajang IYDS mempertemukan  generasi muda dari berbagai penjuru negeri mendiskusikan dan menciptakan aksi nyata atasi masalah sampah laut yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. IYMDS ini diselenggarakan 24-29 Oktober 2017 di Ancol, Jakarta. Peserta IYDS berjumlah 65 dibagi ke dalam 14 kelompok  sesuai domisili. Hal ini dimaksudkan agar kedekatan tempat tinggal mempermudah peserta IYDS mengimplementasikan Action Plan sebagai bentuk aksi nyata. Peserta dibekali pendanaan selama satu tahun penuh. Aksi tersebut dimonitor langsung oleh mentor dan praktisi agar capaian tiap aksi dapat dipresentasikan pada Our Oceans Conference, sebuah konferensi tingkat global dari US Department of State yang berfokus pada Marine Protected Areas, Sustainable Fisheries, Marine Pollution dan Climate-Related Impacts on The Ocean yang rencananya akan dilangsungkan di Bali tahun 2018 mendatang.

Asisten Deputi Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kemenko Maritim Nani Hendiarti mengungkapkan, acara IYMDS ini sangat positif,karena Kemenko Maritim  sedang mempersiapkan rancangan Peraturan Presiden untuk pengelolaan sampah plastik di laut, dimana salah satu pilarnya adalah merubah perilaku semua stake holder dalam menyikapi masalah ini. “Jadi behavioral change (perubahan perilaku) itu merupakan pilar utama, yang artinya penting untuk semua kalangan terutama anak muda untuk mengubah perilaku terkait sampah ini. Sampah tidak cukup hanya dibuang pada tempatnya, lalu selesai. Tidak. Sampah itu harus dipilah, diolah, bisa menjadi produk daur ulang, guna ulang atau menjadi energy (waste to energy).  Nah, anak muda ini pengaruhnya sangat besar pada era sekarang terutama dari sisi teknologi dan penggunaan sosial media.  Anak-anak muda  ini bisa mempengaruhi ke bawah, ke samping dan ke atas maka cakupannya jadi lebih luas,” ujarnya saat diwawancarai, Rabu (25/10).

Nani menambahkan, agar acara semacam ini tidak berhenti hanya di wacana, diskusi dan seminar semata saja. Nani menghimbau kepada  generasi muda agar tetap menunjukkan konsistensi dan komitmennya untuk terus menularkan hal-hal positif yang sudah didapatkan kepada teman-temannya. “Kita memang mendorong mereka agar melakukan aksi . Untuk mereka bukan hanya seminar, ngomong dan wacana, tapi melakukan sesuatu. Melakukan sesuatu yang bisa jadi contoh dan teladan. Kami siap mendukung dari apa yang mereka konsultasikan. Kami inginkan juga agar upaya ini bisa seperti bola salju yang terus bergulir hingga bisa menularkan hal-hal yang positif ini ke teman-temannya,” imbuhnya.

Sementara itu, Panitia IYMDS  Dianita mengaku sangat mengapresiasi acara ini. Menurutnya acara seperti ini adalah momen untuk mengajak dan menimbulkan perspektif baru kepada  generasi muda untuk bersama-sama memerangi dan membasmi sampah laut. “Saya mau mengajak teman-teman sekalian di seantero negeri untuk, ‘ayo kita basmi marine debris, ayo kita ubah perilaku dan kebiasaan kita agar jangan lagi buang sampah sembarangan’. Untuk Indonesia yang lebih baik dan bebas dari sampah plastik,” tegasnya.

Pada kegiatan IYMDS ini para peserta  bertemu dan  mencari solusi masalah sampah laut melalui serangkaian acara yang meliputi:  Workshop, Field Trip dan Action Plan. Workshop akan diadakan selama empat hari  terdiri dari kegiatan seminar dan diskusi interaktif. Di sesi ini peserta  mendapat kesempatan belajar dari pakar dan praktisi yang akan menginspirasi . Field Trip akan melibatkan kegiatan menyelam yang dilakukan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Kegiatan ini akan membantu peserta dalam memberikan gambaran mengenai bahaya sampah laut. kemudian Action Plan akan menjadi pamungkas acara sebelum para peserta kembali ke daerah masing-masing. ***